21) Rasa Cemburu

29 3 0
                                    

oOoOo

Bersama dengan yang lainnya, Aru berdiri di barisan paling depan untuk menyaksikan penampilan Fiko dan Dina hari ini. Cuaca nampak panas terik, tapi hal itu tidak mengurangi semangat mereka untuk terus mendukung perwakilan sekolah mereka.

Aru tidak banyak bicara dengan Fiko karena pria itu sibuk latihan vokal bersama Dina. Bahkan, Aru sama sekali tidak tahu lagu apa yang akan mereka bawakan. Dan lagipula, Aru tidak terlalu ingin tahu. Karena dirinya lebih menyukai permainan biola Fiko daripada pianonya.

Akhirnya, acara dimulai dan diawali dengan beberapa sambutan lalu penampilan peserta pertama. Mereka harus bersabar karena Fiko dan Dina akan tampil terkahir. Waktu terus berjalan, keringat juga mulai bercucuran. Penampilan kedua pasangan sebelumnya berhasil membuat penonton terpana, termasuk Aru.

Ia menganggap acara ini sebagai festival musik kecil-kecilan, karena ia memang tidak pernah ke festival musik sebelumnya. Ia mengibaskan kipas ke depan wajahnya, mencoba mengurangi rasa gerah yang menguasai tubuhnya.

Gadis itu sedikit nyaman ketika tempat di mana ia berdiri sedikit menjadi teduh. Aru mengira bahwa angin membawa awan untuk menutup sang matahari, tapi ternyata, sebuah payung entah sejak kapan berada di atas kepalanya.

Aru kemudian menoleh ke samping kirinya, mencari siapa yang memegangi payung tersebut. Dirinya nampak terkejut dengan penampakan pak Ashel yang tengah menikmati sebatang es krim stroberi, berdiri di sampingnya sembari memegangi payung berwarna biru.

Menyadari siswinya itu memerhatikannya, pak Ashel berkata, "Hari yang panas, ya?" ucapnya.

"Ya, sangat panas."

"Payung yang cukup berguna, kan?"

"Ya, sangat berguna. Te-terima kasih."

"Apa? Untuk apa?"

Saat itu, Aru menyadari kesalahpahamannya. Ia berpikir bahwa pak Ashel sedari awal tidak berniat memayunginya. "Tidak, Pak. Lupakan saja."

"Golden Hour," ungkap pak Ashel, menatap panggung megah itu. Matanya kemudian beralih pada Aru yang dirinya payungi. "Itu lagu yang akan dibawakan Fiko."

Aru mengerenyitkan dahinya, merasa tak asing dengan judul lagu itu. "Aku belum pernah mendengarnya."

"Kamu pasti akan menyukainya," jawab pak Ashel, "penampilan Fiko dan Dina."

"Aku berharap seperti itu."

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya sepasang remaja itu naik ke atas panggung dan memberikan sedikit sambutan kecil pada para penonton. Di atas sana, nampak Dina lebih banyak bicara dibanding Fiko yang sekedar memperkenalkan dirinya saja.

"Dan pada akhirnya, Fiko yang memilih lagu Golden Hour di mana sebelumnya aku yang memilih lagu pertama," kata Dina, lalu melirik Fiko. "Ia mengatakan, kalau lagu ini sengaja ia bawakan untuk seseorang."

Mendengar pernyataan blak-blakan itu, Fiko menyatukan alisnya, ada raut kekesalan dan malu di wajahnya. "Aku tidak akan membantahnya," gumamnya.

Para penonton yang didominasi oleh para remaja hanya bersorak ria. Pasalnya, mereka mengira bahwa Fiko memilih lagu itu untuk pasangan duetnya, Dina. Begitu juga dengan gadis anggun yang memegangi microphone di sampingnya.

Seberang JendelaWhere stories live. Discover now