9) Bekas Luka

21 3 0
                                    

oOoOo

Sembari membaringkan tubuhnya, Aru terus memerhatikan sebuah kotak persegi panjang yang berisi kacamata kotak milik gurunya itu. Ia masih ragu, bagaimana cara mengembalikan benda penting itu kepada pemiliknya.

Aru tidak memiliki nomor ponsel pak Ashel, dan rasanya akan sangat tidak pantas jika harus berkunjung ke rumahnya. Terlebih lagi, ia tidak ingin dihujani pertanyaan oleh Arul, kakaknya, yang saat ini berhubungan baik dengan gurunya itu.

Apakah ia harus menunggu besok? Rasanya itu akan sangat aneh, jika pak Ashel bertanya kenapa ia tidak mengembalikannya kemarin, padahal rumah mereka bersebalahan. Aru mengusap wajahnya, meletakkan benda itu di atas meja, di samping tempat tidurnya.

Gadis itu bangkit dari posisinya, lalu berjalan ke arah jendela, untuk melihat balkon. Saat ia sedikit menyibak tirainya, Aru melihat kalau jendela kamar pak Ashel ternyata terbuka lebar. Mungkin, ini kesempatan yang bagus untuk memberikannya.

Aru mengambil kotak itu, lalu membuka jendela kamarnya dan menuju balkon. Aru bisa melihat ada sebuah televisi dan lemari buku di dalam kamar itu. Tapi, ia tidak menemukan di mana pemiliknya. Ia menunggu, mungkin pak Ashel akan kembali ke balkon untuk menutup jendela.

"Pak Ashel ... permisi," panggil Aru, saat melihat gurunya itu meletakkan sesuatu di atas mejanya.

Pandangan mereka saling bertemu. Pak Ashel lalu menuju balkon, untuk menyapa muridnya itu. "Selamat malam, Arunika," sapanya.

"Malam, Pak," balas Aru, "Maaf, pak. Sebenarnya saya ingin memberikan ini." Gadis itu menyodorkan sebuah kotak.

Pak Ashel membelalakkan matanya, terkejut. "Ah, saya kira sudah hilang entah ke mana." Ia menerimanya. "Terima kasih, ya. Kamu menemukannya di mana?"

"Di ruang UKS, Pak. Sepertinya Bapak lupa untuk membawanya kembali."

"Ya, kamu benar."

Mungkin, ini adalah waktu yang tepat untuk membalas ejekan gurunya. "Saya tidak menyangka kalau Bapak seceroboh ini."

Pak Ashel terkejut, tapi ia tertawa kecil. "Haha, kamu benar. Sebenarnya, saya orang yang cukup ceroboh. Kamu tahu? Saya pernah meletakkan segelas kopi dingin di atas buku. Dan karena hal itu, jilid buku murid saya basah karena gelas yang berembun," ungkapnya.

"Benarkah?" Aru menahan tawa.

"Ya, hal seperti itu sering terjadi. Meski pun kita sudah beranjak dewasa," katanya, "tapi, jangan katakan pada siapa pun, ya. Ceroboh itu bukan sikap yang baik."

"Pasti, Pak."

Pak Ashel bisa melihat, bahwa muridnya itu mencoba untuk memutus kontak mata dan menyembunyikan lukanya. "Bagaimana dengan lukamu?"

Aru secara refleks menyentuh pipinya. "Lebih baik, tapi sepertinya bekasnya akan hilang cukup lama."

"Apa kamu terkadang merasa malu saat memiliki bekas luka di wajahmu?" Pertanyaan pak Ashel, membuat Aru meliriknya.

"Tentu, Pak. Hal yang pertama kali dilihat saat bertemu seseorang adalah wajah mereka," ucap Aru, sedikit menundukkan kepalanya. "Saya tidak tahu bekas ini akan hilang dengan mudah atau tidak."

Seberang JendelaWhere stories live. Discover now