Bab 20. Dini dan Cintanya

485 17 1
                                    

"Mas, ada buku baru," ungkap seorang laki-laki, kerap dikenal dengan nama Amir yakni pemilik toko buku usang yang ada di dekat pesantren.

Fariz baru saja pulang dari kantor Kyai Zakaria. Di sepanjang perjalanan menuju asrama, ia hanya melamun memikirkan permintaan gurunya. Ia baru tersadar setelah disapa oleh Amir dan mengungkapkan ada buku baru yang menandakan sesuatu hal yang penting.

Setelah berjalan 5 menit, Fariz akhirnya tiba di toko buku Amir. Ia berjalan melewati rak demi rak sehingga menggapai satu buku yang ada di ujung rak. Buku baru yang dimaksud oleh Amir adalah buku usang yang di dalamnya ada surat dari seseorang.

لقد سمعت للتو بأن ديندا ستتزوج بك. هل هذا صحيح يا فاريز؟ والداي سيقومان بتزويجك من شقيقتي التوأمة. أنا مندهشة ولكنني لا أستطيع فعل أي شيء. أنا أيضًا لا أستطيع أن ألوم أحدًا. أنا حيرة وأنا أفكر في ما إذا كنت ستقبل هذا الزواج المرتب. سأنتظر ردك على هذه الرسالة بصبر. شكرًا لك.

Artinya:

"Baru saja saya mendengar kabar bahwa Dinda akan menikah dengan Anda. Apakah itu benar, Fariz? Ayah saya akan menjodohkan Anda dengan saudara kembar saya. Saya terkejut, tetapi saya tidak bisa melakukan apa-apa. Saya juga tidak bisa menyalahkan siapapun. Saya bingung dan mempertimbangkan apakah Anda akan menerima perjodohan ini. Saya akan menantikan balasan Anda dengan penuh kesabaran, terima kasih."

Benar dugaannya, kabar perjodohannya sudah sampai di telinga Dini. Padahal jauh sebelum ini, ia dan Dini sudah berencana akan mendaftarkan diri dalam pernikahan massal yang diadakan oleh pesantren Al-Qur'aniyah. Semua dokumen sudah lengkap, tapi mereka harus menerima kenyataan yang menyakitkan.

Fariz dijodohkan dengan Dinda, saudara kembar dari wanita yang ia cintai. Ia bahkan tak pernah menduga akan berhubungan dengan Dinda, wanita yang selalu diceritakan oleh gurunya memiliki kepribadian yang menakjubkan dan tidak mudah ditimang oleh lelaki manapun.

Apakah ini sebuah teguran dari Tuhan? Bahwasanya menjalin hubungan di luar hubungan sah ditentang oleh Allah. Bukankah Fariz dan Dini harus menyadari kesalahan mereka? Berkirim surat secara diam-diam selama kurang lebih 6 bulan adalah kesalahan yang fatal. Mereka sudah melanggar peraturan pesantren Al-Qur'aniyah.

Islam mengajarkan batasan dan kesopanan dalam interaksi antara pria dan wanita, serta mendorong untuk menjaga kehormatan dan menjauhi godaan yang dapat menyebabkan pelanggaran terhadap ajaran agama.

Fariz membuang surat itu di dalam bak sampah lantas melanjutkan langkah ke masjid. Ia membutuhkan Allah, ia merasa berdosa karena telah mengkhianati agamanya. Ia baru menyadari kesalahan ini, pantas saja Allah tidak menerima hubungan mereka. Allah tidak ridha pada hubungan yang tidak berjalan dengan syariat Islam.

Setelah salat Isya biasanya ada jadwal pidato dari salah satu santri untuk memberikan pemahaman terhadap suatu permasalahan yang lazim di sekitar mereka. Kebetulan malam ini jadwal pidato untuk Fariz, tampak dia berdiri di atas mimbar dengan wajah tenang sambil menatap ke depan.

Semua ustadz dan para santri siap mendengarkan, begitupun area paling belakang yang ditempati para ustazah dan santriwati yang ditutupi kain melintang besar berwarna abu. Mereka hanya boleh mendengarkan, tidak boleh melihat.

"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh," salam Fariz dengan suara khas yang lembut dan merdu.

Salamnya hampir disambut serentak di seluruh penjuru masjid. Fariz adalah salah satu santri yang dimuliakan karena akhlaknya. Hampir tidak ada orang yang tidak menyukai pidatonya karena Fariz selalu membahas hal-hal yang ada dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka bisa memahaminya lebih dalam.

Sujud Terakhir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang