31

8.6K 863 21
                                    

Malam harinya...

Di istana Leovarnost...

Keluarga Dickson tiba di istana, Calden dan Everly menyambut kedatangan mereka. Sekarang mereka menuju ke ruang makan, sedari tadi Verona diam saja.

"Verona, bagaimana kabar mu?" Tanya Everly menatap kearah Verona.

"Aku baik, ratu." Ucap Verona.

"Apakah Evan memperlakukan mu dengan baik?" Ucap Everly.

"Iya, ratu." Ucap Verona.

"Jangan berbohong,nak. Aku tahu semuanya." Ucap Everly.

"Kita bicarakan nanti saja soal perjodohan ini, sebaiknya kita makan malam dulu." Ucap Calden.

  Terlihat para maid menghidangkan menu makan malam di atas meja, Evan terus menatap kearah Verona di sebrangnya yang sedari tadi hanya diam saja.

'mungkin dia seperti itu hanya untuk menarik perhatian ku saja.' batin Evan.

"Ooo iya di mana pangeran mahkota?" Ucap Jack yang sedari tadi tidak melihat keberadaan Zale.

"Dia sudah makan malam duluan, mungkin sekarang dia sedang mengerjakan pekerjaannya." Ucap Everly.

"Atau tidak menelpon kak Cherly." Ucap Sierra.

"Hush...jangan berbicara seperti itu." Ucap Everly.

Verona tertawa kecil mendengar ucapan Sierra, Evan sedikit tertegun melihat Verona yang tertawa kecil.

"Kenapa kak Verona tertawa?" Ucap Sierra menatap kearah Verona yang tertawa kecil.

"Tidak ada, aku tertawa dengan kejadian tadi siang." Ucap Verona berbohong.

⭐⭐⭐⭐⭐

D

i ruang pribadi Zale...

Zale sedang membaca semua laporan tiap negara, memang pekerjaan sebagai pangeran mahkota sangatlah sulit. Tapi apa boleh buat karena dia adalah calon pewaris tahta kerajaan Leovarnost.

Tok...tok ...

"Masuk." Ucap Zale.

Cklek

Delvin masuk ke dalam ruang kerja pribadi Zale sambil membawa laporan dari negara timur yang baru datang.

"Pangeran mahkota,ini laporan dari negara timur." Ucap Delvin.

"Hm." Gumam Zale.

"Pangeran mahkota tidak berniat jalan-jalan malam ini?" Tanya Delvin.

"Tidak, memangnya kenapa?" Ucap Zale.

"Tidak ada,saya hanya bertanya saja." Ucap Delvin.

"Sebenarnya saya ingin jalan-jalan malam ini tapi saya harus memeriksa laporan." Ucap Zale.

"Kalau begitu biar saya saja yang memeriksa laporan nya, pangeran mahkota." Ucap Delvin.

"Tidak perlu." Ucap Zale.

"Kalau begitu saya permisi, pangeran mahkota." Ucap Delvin.

Delvin meninggalkan tempat itu sedangkan Zale kembali melanjutkan memeriksa laporan dari tiap-tiap negara,tapi tiba-tiba dia kembali teringat dengan kejadian tadi pagi.

"Sekarang dia sedang apa?aku jadi merindukannya,apa sebaiknya aku video call saja dengan nya?tapi aku takut mengganggu waktunya." Ucap Zale.

"Astaga Zale kenapa kau berbicara seperti itu?aku harus video call dengannya." Lanjutnya.

Zale mengambil ponselnya dan menelpon Cherly dengan video call, beberapa menit kemudian Cherly mengangkat video call dari dirinya. Terlihat gadis itu memakai piyama tidur dan tidak lupa boneka bebek di pangkuannya.

"Kenapa menelpon ku?" Tanya Cherly di sebrang sana.

"Aku merindukanmu." Ucap Zale.

"Sejak kapan seorang pangeran mahkota seperti ini?" Ucap Cherly.

"Aku seperti ini karena aku mencintaimu, Cherly." Ucap Zale.

"Manis sekali omongan mu itu, Zale. Sorry tapi aku tidak termakan oleh omongan manis mu itu." Ucap Cherly.

"Kamu sekarang sedang apa?" Tanya Zale.

"Seperti yang kau lihat." Ucap Cherly.

"Apakah kamu sudah makan?" Tanya Zale.

"Sudah,kalau kamu?" Ucap Cherly.

"Sudah,ooo iya keluarga Dickson datang berkunjung ke sini." Ucap Zale.

"Pasti membahas tentang perjodohan Verona dengan adikmu,kan?" Ucap Cherly.

"Hm." Gumam Zale.

"Aku yakin keluarga Verona akan memutuskan perjodohan ini, melihat Evan yang selalu memperlakukan Verona dengan begitu kasar." Ucap Cherly.

"Sepertinya begitu, apalagi aku mencurigai Caliza. Gadis itu seperti ada niat tersembunyi berpacaran dengan Evan." Ucap Zale.

"Aku juga merasa begitu, Zale. Apakah kamu sudah menyuruh orang untuk memata-matai Caliza?" Ucap Cherly.

"Sudah, sekarang aku tinggal menunggu laporan dari mereka." Ucap Zale.

"Ooo iya jangan terlalu banyak bekerja ya, nanti kau bisa sakit. Jangan tidur larut malam,aku berbicara seperti ini hanya menyarankan saja." Ucap Cherly sedikit gugup.

"Benarkah?tapi ku pikir kalau kau berbicara seperti itu karena mengkhawatirkan ku." Ucap Zale sambil tersenyum melihat Cherly di layar ponselnya.

"Kau terlalu percaya diri sekali, Zale. Kalau udah dulu telponnya, aku tidak mau mengganggu pekerjaan mu." Ucap Cherly.

"Temani aku." Ucap Zale.

"Untuk apa aku menemani mu? bukannya Delvin selalu menemani mu?" Ucap Cherly.

"Aku hanya ingin di temani oleh mu, Cherly." Ucap Zale.

"Baiklah aku akan menemanimu." Ucap Cherly.

"Terima kasih." Ucap Zale.

"Hm." Gumam Cherly.

Cherly menemani Zale yang memeriksa laporan, sesekali gadis itu menguap karena sudah mengantuk.

"Kamu mengantuk?" Tanya Zale.

"Seperti yang kau lihat." Ucap Cherly.

"Kalau begitu tidurlah, nanti aku matikan telponnya." Ucap Zale.

Cherly membaringkan tubuhnya dan tidak lama kemudian dia pun tertidur pulas, sedangkan Zale menatap calon istrinya yang tertidur.

"Selamat malam, Cherly. Semoga mimpi indah." Gumam Zale.

  Setelah itu Zale mematikan video call nya tapi sebelum itu dia screenshot Cherly yang tertidur,lalu dia kembali melanjutkan memeriksa laporan yang tinggal sedikit lagi.

TBC...

Sorry ya chapter ini sedikit.

Kakak juga minta maaf baru bisa update lagi.

Jangan lupa vote dan coment ya teman-teman karena itu gratis.

Dan alurnya kakak percepatkan.

MENJADI FIGURAN SAMPINGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang