Cyan

58 8 5
                                    


Story 12

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Story 12

Biru yang luas. Pilar-pilar cahaya matahari berpendar-pendar, serupa lampu orkestra yang lembut.

Semua yang terpatri dalam mata Isa benar-benar menakjubkan. Hutan koral membentang luas. Berlatar biru laut. Di atasnya, ratusan, tidak, mungkin ribuan ikan mini beraneka rupa mengambang tenang, tidak terganggu kehadiran manusia.

Isa menoleh ke kiri. Gen stand by. Juga Mundo dan Vim. Sirip renang Isa bergerak-gerak di tempat. Mereka belum bergeser.

Gen memberi isyarat maju ke depan. Isa memajukan badan, menyerupai orang yang sedang tiarap. Isa menggerakkan sirip renang, mencari dorongan. Dia berenang maju.

Ikan-ikan menghindar. Isa tersenyum dalam hati. Dia berpikir, semua begitu artistik jika dilihat dari atas. Tubuh Isa di bagian tengah, sebagai sumbu simetris bergerak maju, menghalau ikan-ikan yang menjauh ke kiri dan kanan, dinamis dengan latar koral yang penuh warna.

Dan mereka terus begerak. Dan sekali lagi, napas Isa seperti tertahan. Setelah pemandangan hutan koral, kali ini landscape yang muncul lebih, entahlah, kompleks.

Ikan-ikan karang berseliweran, meluncur cepat ke segala arah. Jauh lebih besar dari sebelumnya. Sigap, berseni, tak terduga. Tidak hanya ikan. Isa mengapung di tengah keramaian laut dalam. Dia seperti menyusuri kota air. Jika ini film Wes Anderson, maka semua sudah sesuai set. Kombinasi, palet warna, sudut pandang, dan nuansa. Tersusun secara alamiah.

Isa membayangkan, di tengah, tepat di depan matanya, tulisan dengan font vintage dan berwarna mustard muncul: Sea Life.

Jika di laut dangkal Isa bertemu makhluk laut di setiap meternya, maka di sini benar-benar berbeda. Setiap incinya adalah kehidupan.

Isa bergerak ke dasar laut. Menghampiri bunga karang. Lihatlah koral-koral itu. Setiap bentuknya punya makna tersendiri. Koral empuk seperti jelly berwarna merah delima. Koral seperti kipas berwarna kuning pucat. Koral seperti daun cemara berwarna jingga api. Koral seperti jamur. Brain coral. Koral merwarna fuchsia. Perpaduan yang menarik, bukan?

Isa mungkin salah, membandingkan koral-koral itu dengan hal-hal yang ada di daratan. Sangat tidak ilmiah. Tapi hanya itu yang bisa dilakukan untuk memuaskan hatinya yang sedang excited.

Isa menoleh ke kiri dan kanan. Ada cumi-cumi di sana. Kepiting berwarna cyan. Lima bintang laut melekat rapi di atas koral berbentuk batu bulat. Isa naik sedikit. Ikan-ikan masih menyita pandangannya.

Tidak jauh di depan, ikan-ikan berukuran sedang, berbentuk lonjong seperti daun keben berenang-renang saling berdempet, membentuk gumpalan besar. Itulah yang ditemui Isa saat pertama kali melompat masuk ke dalam air. Shoaling.

Seperti tangan koreografer handal, rombongan ikan itu bergerak pelan, mengatup, lalu tetiba berpencar, berayun spontan, membuka. Lalu kembali melambat. Itulah tarian ikan. Enigma, solid, indah.

Urita : Isa & Samudra BijaksanaWhere stories live. Discover now