TRITON

34 9 6
                                    


Story 21

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Story 21

Gen dan Isa mengekor di belakang Mr. Dippet, melangkah menyusuri dermaga. Di ujung sana, kapal ekspedisi TEV siap mengangkat sauh. Ukurannya lumayan besar.

Saat rombongan mendekati kapal TEV, salah seorang staf berteriak dan menunjuk ke arah timur. Semua orang menoleh. Di laut, di kejauhan, tampak kapal besar sedang berlayar. Haluannya mengarah ke dermaga.

Kapal besar itu semakin dekat. Ternyata benar-benar menuju dermaga. Ukurannya yang masif tampak semakin jelas. Pandangan semua orang masih terpaku pada kapal itu.

Sesaat kapal itu melambat, lalu berhenti, terapung-apung di lepas pantai. Berjarak sekira tiga puluh meter dari dermaga.

Isa ikut memperhatikan. Menurut kacamata awamnya, kapal sebesar itu memang tidak cocok berlabuh di dermaga kayu kecil. Kapal yang terlihat seperti kapal milik Angkatan Laut. Di badan kapal, tercetak nama yang dicat hitam mencolok: TRITON.

Rombongan TEV kembali fokus ke urusan semula. Bersiap menaiki kapal ekspedisi. Sementara di kapal besar, beberapa orang terlihat lalu-lalang. Mereka kemudian menurunkan sekoci. Beberapa dari mereka ikut menumpang di sekoci itu.

Sekoci berhasil mengapung di atas laut, lalu bergerak mendekati dermaga. Melihat ada perahu yang datang, Mr. Dippet menahan diri untuk berangkat. Dia berdiri di bibir dermaga sembari memonitor rombongan. Gen maupun Isa belum masuk ke kapal.

Sekoci berhasil sandar di dermaga. Penumpang melompat keluar, memijakkan kaki di papan deramaga.

Melihat siapa yang datang, Isa menggerutu dalam hati. Mereka Danuar beserta pengawalnya. Apa lagi kali ini?

Danuar berjalan cepat menghampiri Mr. Dippet,

"Masalah." Baru juga datang, Danuar melayangkan kata yang tidak menyenangkan. Mr. Dippet belum merespon.

"Dippet, kami mendapat masalah." Ulang Danuar dengan raut wajah yang tidak nyaman.

"Ya ...," Akhirnya Mr. Dippet menyahut, "Kita semua punya masalah hidup, kan?"

"TEV harus melakukan klarifikasi. Ada apa sebenarnya?" Danuar terus berbicara.

"Beberapa hari ini, beberapa warga mengeluhkan sakit yang sama. Gatal-gatal saat melaut. Mereka mengklaim melihat sesuatu yang hitam. Apa itu sebenarnya?" Tanya Danuar dengan nada agak gusar.

Mr. Dippet menggeleng, "Kami belum tahu apa itu." Jawabnya.

"Oh, ya? Jadi kalian tidak tahu apa-apa? Kalian ini peneliti apa, sih? Dengar, tugasku di wilayah ini adalah, memastikan proses ekplorasi berjalan lancar. Tanpa ada hambatan." Danuar berbicara sambil menunjuk ke arah laut. Mr. Dippet acuh tak acuh. Gen tampak jengkel.

"Dan kejadian beberapa hari ini cukup mengganggu. Kau tahu, suara-suara sumbang mulai terdengar. Ada yang bilang, itu semua adalah tumpahan minyak. Pada akhirnya mereka menyasar EN-GAS. Menuduh kami mencemari lautan. Aih. Tinggal menunggu waktu, Dewan akan memanggil kami untuk hearing. Merepotkan sekali." Danuar terus-menerus mengeluh.

Mr. Dippet hanya menyimak. Ekspresi wajah Gen seperti, kalian memang mencemari lingkungan, kok.

Danuar perlahan mendekati Mr. Dippet,

"Aku bisa menenangkan Dewan dengan caraku sendiri. Tapi tetap saja, kami butuh data ilmiah sebagai tameng. Jadi, bisakah satu kali ini saja, kalian berbaik hati membantu EN-GAS?" Bisik Danuar yang masih terdengar jelas oleh Gen dan Isa.

Mr. Dippet lantas mengangguk, "Ya ..., kami baru saja akan melakukan hal yang persis kau inginkan."

"Maksudnya?" Danuar loading sesaat.

"Ekspedisi kali ini untuk meneliti insiden itu." Tutur Mr. Dippet.

"Oh? Begitu rupanya. Baguslah." Danuar akhirnya bisa mencerna maksud Mr. Dippet, "Kenapa tidak bilang dari tadi?" Ujarnya sambil terkekeh.

"Kau sendiri tidak bertanya." Balas Mr. Dippet kalem.

"Baiklah. Berarti datanya langsung kuperoleh hari ini." Ujar Danuar dengan wajah senang. Mendengar itu Gen angkat bicara,

"Analisis data tidak sesederhana itu."

"Oh, ya? Kalau begitu, kutunggu sampai besok." Jawab Danuar.

Gen menggeleng, "Kita bicara observasi. Mencerna data yang keliru bisa fatal."

"Kau sensitif soal data, ya." Respon Danuar.

"Cakupan wilayah yang diteliti sangat luas. Bisa menemukan apa yang kita cari hari ini, persentase kemungkinannya kecil sekali." Terang Gen.

"Katakan itu kepada Dewan, Anak Muda. Mereka perwakilan suara rakyat. Mereka tidak peduli dengan hal teknis." Balas Danuar.

"Anda harus peduli. Ini masalah EN-GAS. Saya ulangi lagi. Laut Katomale begitu luas, sementara personil terbatas. Anda harus legowo kalau ekspedisi ini memakan waktu yang cukup lama." Papar Gen. Danuar terlihat berpikir.

"Jadi semua beres kalau jumlah kita banyak?" tanya Danuar kemudian.

"Saya tidak berani bilang iya. Tapi setidaknya, itu meningkatkan peluang kita." Respon Gen.

"Ah. Anak Muda. Biar kuberitahu kau satu hal. Aku ini suka pendekatan yang praktis. Pebisnis selalu seperti itu. Dan tentang masalah kurangnya personil itu, bagiku sekarang bukan masalah lagi." Tandas Danuar.   

Urita : Isa & Samudra BijaksanaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz