Hal-Hal Yang Kurang Menyenangkan

52 9 13
                                    

Story 20

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Story 20

"Terima kasih, ya, Isa."

Itulah kalimat Hibta sebelum beranjak. Meskipun khawatir, pada akhirnya Hibta harus bersikap profesional. Dia harus menyelesaikan semua rangkaian kegiatan sesuai kontrak.

Dan meminta tolong Isa untuk menemani Agha. Kondisinya semakin membaik, tapi tetap butuh pendampingan.

Isa setuju saja. Semua orang punya job desk yang jelas dalam urusan mendampingi Hibta, kecuali dirinya.

Maka di sinilah Isa sekarang. Di kamar penginapan. Menjaga Agha yang sedang terlelap.

Isa menghabiskan waktu dengan membaca buku. Menenangkan pikiran dari kejadian random kemarin. Benar-benar, ya.

Waktu berlalu. Isa melirik jendela. Masih cukup pagi. Lalu Isa melirik ke arah Agha yang masih tertidur. Isa mengangguk tenang. Semua baik-baik saja.

Well, kalau mau jujur, kondisi di sini cukup awkward. Isa tidak kenal dengan Agha.

Yang Isa tahu, Agha seorang musisi yang meniti karir di jalur indie. Katanya dia punya kanal YouTube yang cukup populer. Pemusik dan selebgram adalah dua hal yang sering beririsan. Jadi tidak perlu dibahas lagi kenapa Agha 'cocok' dengan Hibta.

Dan Agha akhirnya terbangun. Gestur tubuhnya menampakkan dia belum prima seutuhnya. Isa berdiri dan menghampiri tempat tidur. Menjelaskan kepada Agha ke mana Hibta pergi.

Agha mengangguk lemah. Isa memberitahu, jika ada yang diperlukan, dia siap membantu. Agha mengiyakan.

Isa lantas menyiapkan sarapan. Membuat bubur hangat. Peralatan memasak yang praktis cukup lengkap di penginapan itu. Tidak lama kemudian, sarapan siap.

Isa meletakkan nampan bubur di atas meja samping ranjang Agha. Tahu-tahu tangan Agha bergerak cepat. Langsung menggenggam tangan Isa. Erat. Isa terpaku.

"Makasih, ya, Iz." Ujar Agha masih menggengam tangan Isa. Isa tidak bergerak. Perasaannya campur aduk.

"Ya ...," Isa memandangi genggaman tangan Agha dengan canggung. Pelan-pelan Isa menepis genggaman Agha.

Agha mulai memulai sarapan. Isa kembali ke tempat duduknya semula. Hatinya bergejolak. Apa yang dilakukan Agha barusan? Apa hal itu wajar?

Isa ingin sekali pergi, tapi dia merasa tidak enak kepada Hibta. Maka Isa memutuskan tinggal. Melihat Agha yang mengunyah bubur pelan-pelan.

Agha selesai sarapan. Dia lantas meminta tolong agar Isa membantunya ke kamar mandi. Cukup sampai pintunya saja. Isa mengiyakan. Dengan gerakan hati-hati Isa memapah Agha.

Agha melangkah tertatih-tatih. Betis kanannya masih dibalut perban. Agha masuk ke kamar mandi. Setelah beberapa saat, Agha keluar. Isa kembali memapah, mengantarkan Agha kembali ke tempat tidur.

Urita : Isa & Samudra BijaksanaWhere stories live. Discover now