Cepat

39 10 6
                                    

Story 24

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Story 24

Semua begitu cepat. Ombak raksasa segera menjangkau Trtion. Laut menggila. Garis putih sejauh mata memandang, memberi gambaran betapa luasnya ruang lingkup ombak itu. Mr. Dippet dan Gen tetap bergeming. Hiruk-pikuk kepanikan semakin kuat terdengar. Danuar tampak gelisah, tapi dia memilih berdiri di dekat Mr. Dippet.

Gelombang tinggi semakin dekat. Sedikit lagi menabrak kapal. Nahkoda memutar kemudi, membelokkan kapal demi menghindari benturan fatal. Menyongsong ombak seperti peselancar, bergerak searah arus.

Tapi terlambat. Kapal belum berbelok sempurna, sekonyong-konyong buih air menerpa semua orang. Sepersekian detik, air bervolume besar menghantam lambung kapal. Dan saat itulah semua bergetar hebat.

"Pegangan kuat-kuat!!" Seru Mr. Dippet keras-keras.

Semua orang meraih apapun yang bisa diraih. Isa mencengkeram tiang besi kuat-kuat. Kapal Triton yang besar itu limbung. Berayun ke kiri dan kanan seperti gerak bandul.

Isa bergeming mencengkeram tiang besi. Tubuhnya seperti akan terseret, terpelanting ke laut. Percikan air memenuhi matanya. Dunia seolah terguncang. Kapal semakin miring. Yang paling berbahaya adalah saat kemiringan itu mencapai sudut kritis, maka maknanya hanya satu: kapal akan karam.

Stabilitas kapal menjadi buyar. Di depan Isa, Pangda tampak berjuang menguasai dirinya. Dia berpegangan pada jari-jari pagar pembatas. Namun sial, gempuran air laut yang tidak ada habisnya membuat konsentrasi Pangda buyar.

Tangannya tergelincir, melepas jari-jari pagar pembatas. Pangda kehilangan kendali, kedua tangannya bergerak liar mencari pegangan, terseok-seok, sampai kemudian tubuhnya jatuh menghantam lantai kapal.

Lantai kapal yang dipenuhi air laut menjadi licin, membuat tubuh Pangda yang besar meluncur pelan ke tempat yang lebih rendah. Kapal Triton miring di sebelah kiri, Pangda mencoba meraih apapun yang bisa diraih, tapi tubuhnya terus merosot mengikuti kemiringan kapal. Isa berharap Pangda tidak terlontar ke laut. Jangan sampai.

Tubuh Pangda terus meluncur, sampai punggungnya menghantam pagar pembatas. Cukup keras. Isa meringis membayangkan rasa sakit yang diterima Pangda. Kapal Triton masih berayun keras. Isa semakin kuat mencengkeram tiang besi. Pangda beruntung tidak terjun bebas ke dalam laut. Jangan sampai Isa bernasib sebaliknya.

Pelan-pelan gejolak di atas kapal berkurang. Triton masih oleng, tapi intesitasnya tidak seperti satu menit yang lalu. Lalu semakin berkurang. Waktu seperti melambat. Sampai akhirnya laut menjadi tenang sepenuhnya, menyisakan riak ombak kecil yang mengayun kapal dengan lembut.

Isa menoleh ke arah timur, menyaksikan punggung ombak yang bergerak menjauhi kapal. Sulit membayangkan apa yang akan terjadi di daratan sana.

***

Isa menghempaskan dirinya di lantai kapal yang dipenuhi air laut. Tidak peduli. Lututnya terasa lemas, bahkan untuk sekadar berdiri. Sementara itu Mr. Dippet bergerak cepat, mengecek semua personil satu per satu. Kalau-kalau ada yang jatuh.

"Kalian baik-baik saja? Isa? Far? Mian? Semua lengkap?" Mr. Dippet menoleh ke kiri dan kanan demi mendengar jawaban semua orang.

Danuar mengusap wajahnya yang basah diterpa air garam. Pakaiannya tidak jauh lebih baik. Dia meringis sambil meremas lengan kanannya. Senapan laras panjangnya raib entah ke mana.

Danuar lantas mendatangi Mr. Dippet. Dia tidak berkata apa-apa. Ekpresi wajahnya memberi makna seperti baru terkena badai sekaligus mandi pagi. Napas Danuar terengah-engah.

"Dippet," Ujarnya, "Apa itu tadi?"

Mr. Dippet diam saja.

"Hei! Apa itu tadi??" Danuar mengulang pertanyaan.

Mr. Dippet memelototi Danuar dengan tatapan tajam.

"Kurasa kau sudah tahu jawabannya. Dan kurasa kau juga sudah tahu, ekspedisi kita berakhir detik ini juga." Mr. Dippet berkata.

Urita : Isa & Samudra BijaksanaWhere stories live. Discover now