Nauru

28 6 8
                                    

Story 29

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Story 29

"Kalian berisitirahat di sini. Menunggu cuaca membaik." Tangan Danuar menunjuk sofa empuk.

"Buat diri kalian rileks. Ada beberapa ruangan yang bisa dipakai untuk berbaring ..., untuk temanmu itu. Ah, Rita! Tepat waktu! Kita kedatangan tamu! Segera urus mereka." Danuar berceloteh sembari memiringkan kepalanya, berbicara dengan sesorang yang baru saja memasuki ruangan. Semua orang menoleh.

Yang dipanggil Danuar itu ternyata seorang gadis muda. Pakaiannya menunjukkan bahwa dia adalah seorang sekretaris yang profesional dan ramah.

Rita menghampiri orang-orang,

"Selamat datang di EN-GAS." Rita tersenyum manis yang terukur. Standar menyambut tamu. Isa melirik gadis yang sangat mungkin seumuran dengannya itu. Suasana EN-GAS memang sangat berbeda dengan TEV. Megah, berkelas, dan canggih. Jelas mereka perusahaan yang menekuni laba.

Adapun markas TEV, bersahaja, sebagaimana badan nirlaba pada umumnya. Kelebihan mereka mungkin adalah lebih ramah lingkungan.

"Ah, baiklah, mulai sekarang, Rita yang akan memenuhi kebutuhan kalian." Kata Danuar diikuti anggukan sopan Rita.

Danuar berdiri. Meninggalkan orang-orang, menghilang di balik pintu.

Semua orang akhirnya bisa beristirahat. Sahabi, Pak Baito, Jessie, Mundo, Pobita, Vatan. Agha ditempatkan di kamar khusus, beristirahat penuh. Bersama Hibta tentu saja.

Adapun Isa, dia tidak betah berdiam diri. Setelah merasa cukup beristirahat, Isa berdiri, berjalan ke sana ke mari, berpindah dari satu ruangan ke ruangan lain. Sulit dipercaya, mereka sedang berada di tengah laut.

Isa sampai pada satu ruangan yang cukup luas. Ruangan itu kosong, tidak ada yang menarik, kecuali kotak kaca besar yang ada di sisi kanan. Isa mendekati kotak kaca itu. Nampaknya kotak itu adalah akuarium yang belum digunakan. Hmm, akan sangat menarik jika ada Yellow Tang di dalamnya. Isa sampai tersenyum sendiri.

Isa melangkah lagi. Kali ini menyusuri koridor. Isa melengok ke arah jendela sisi kiri koridor. Jendela yang menampilkan aktivitas hangar yang super sibuk. Dia berhenti sejenak. Mengintip.

"Anjungan ini bukan anjungan biasa." Tiba-tiba terdengar suara. Isa sontak menoleh. Rita telah berdiri di samping hpintu. Tersenyum standar sebagaimana biasa.

"Ya ..., kurasa ini lebih besar dari biasanya." Isa menanggapi, "Ah. Jauh lebih besar."

"EN-GAS tidak terbatas pada proses pengeboran. Di sini kami melakukan penyulingan, processing, sampai produksi. Agar semua lebih siap dan lebih bernilai." Rita menjabarkan.

"Oh." Isa kembali memandangi jendela. "Jadi Kotamale lahan yang sangat prospektif."

"Benar." Kata Rita. "Apa kau pernah mendengar istilah lempeng agung? Piring yang seakan-akan Tuhan langsung yang menyajikan makanan di atasnya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Urita : Isa & Samudra BijaksanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang