Referensi

43 9 7
                                    

Story 18

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Story 18

Gen membuka pintu laboratorium. Ruangan itu masih sama seperti terakhir kali Isa memasukinya. Suasana sepi. Mr. Dippet sedang keluar.

Isa sendiri tidak banyak bertanya. Dia mengikuti setiap gerak langkah Gen. Di depan, Gen menghampiri sudut kiri ruangan, lalu berjongkok. Gen terlihat mengangkat benda-benda yang ada di lantai. Mendorong kotak kayu yang terlihat cukup berat. Isa menghampiri Gen untuk membantu.

Semua perkakas telah dipindahkan, menyisakan lantai dasar yang gelap. Gen menyentuh lantai, lalu sesaat dia menyentakkan tangannya. Bunyi berdecit terdengar.

Isa terkesiap. Jika diperhatikan baik-baik, lantai di sudut itu bukan papan biasa. Terdapat semacam tingkap dari besi seukuran satu orang dewasa. Dan Gen baru saja membukanya.

Pintu besi itu pasti menuju ruangan di bawah laboratorium. Jika dipikir lagi, TEV memiliki basemen adalah hal yang masuk akal, mengingat posisinya yang berada di ketinggian.

"Ayo, hati-hati kepalamu." Gen berujar sambil mendahulukan kakinya masuk ke dalam pintu bawah tanah. Isa ikut berjongkok.

Setelah yakin Gen sudah cukup jauh turun ke bawah, Isa mulai bergerak. Tepat di bawah pintu, tersedia tangga vertikal yang juga terbuat dari besi. Dengan hati-hati Isa menapakkan kakinya ke tangga, lalu mulai turun ke bawah. Suasana semakin gelap.

Sekira tiga meter, Isa sampai di dasar basemen. Gen sudah menunggu sembari menggunakan ponsel sebagai penerangan. Gen menyorot ke depan. Ada pintu besar di sana. Tepat di samping pintu, terdapat semacam panel mengkilap dengan angka-angka terpampang di permukaannya. Gen menekan beberapa angka, lalu mendorong pintu.

Pintu terbuka. Saat kaki Gen dan Isa melewati pintu, mendadak lampu panjang di langit-langit menyala. Mereka memasuki ruangan yang lebih besar dari laboratorium. Isa memperhatikan sekitar. Rasanya cukup aneh, berada di bawah permukaan.

Ruangan itu tidak lebih padat dari laboratorium. Bahkan terkesan kosong. Hanya ada beberapa meja dengan komputer di atasnya. Tapi yang paling menarik perhatian adalah monitor yang, tidak berlebihan, seukuran dinding kamar tidur. Besar sekali.

Gen menghampiri monitor. Suasana terang. Gen menekan sesuatu di meja, monitor dihidupkan. Sekelebat cahaya putih tersaji di monitor. Lalu setelah itu, perlahan muncul gambar masif berupa semburat warna yang bercampur baur. Isa seperti menyaksikan lukisan abstrak karya Jackson Pollock.

Awalnya Isa menyangka gambar di monitor hanyalah background desktop biasa (tema-tema abstrak memang sering dipakai untuk latar komputer). Lalu Isa perlahan sadar, bahwa yang di monitor itu adalah sesuatu yang berbeda.

"Hei," Gumam Isa, "ini kan ...,"

"Ya. Koral." Sambut Gen.

***

Isa menatap monitor tanpa berkedip.

"Kalian ..., bisa menangkap citra koral berbentuk foto jernih seperti ini? Maksudku ..., ini mirip citra foto yang ditangkap satelit untuk daratan bumi. Tapi ..., bukankah itu tidak mungkin? Maksudku ..., iya ..., kau tahu ..., laut jauh berbeda. Air yang menghalangi, kedalaman yang ekstrim, arus yang kuat, dan sebagainya. Kupikir semua hanya sebatas data batimetri, penggunaan sonar. Tapi ini ..., benar-benar keren. Bagaimana bisa kalian melakukannya?"

Urita : Isa & Samudra BijaksanaWhere stories live. Discover now