Koalisi & Oposisi

60 10 6
                                    

Story 19

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Story 19

Gen dan Isa kembali ke laboratorium atas. Dan kebetulan, Mr. Dippet baru saja kembali. Gen langsung melaporkan semua informasi yang didapatkannya. Mr. Dippet menyimak dengan saksama.

"Hm. Kau yakin itu bukan karena kerusakan LCD monitor?" Tanya Mr. Dippet memastikan begitu Gen berbicara tentang makhluk hitam. Agaknya beliau sedang berkelakar. Entahlah.

Gen menggeleng, "Gambarnya terang dan jelas. Itulah kenapa kami tidak boleh menghasilkan analisis yang salah."

Mr. Dippet terlihat maklum, "Ya, kalau begitu, kita perlu turun ke laut. Memastikan secara langsung. Selalu begitu, bukan?"

Gen mengangguk sepakat. Kalimat Mr. Dippet barusan benar-benar sesuai nalar.

Seorang pria masuk ke laboratorium. Memberi tahu Mr. Dippet bahwa ada tamu yang datang. Mr. Dippet menoleh sejenak. Alisnya berkerut,

"Tamu? Sore-sore begini? Dari mana?" Tanya Mr. Dippet.

"Dari perusahaan." Jawab pria itu singkat.

Mr. Dippet menghela napas sesaat. Raut wajahnya memberi kesan kelelahan.

"Baiklah. Biarkan mereka masuk." Ujar Mr. Dippet sembari mengangkat tangan. Pria itu mengangguk, lalu berbalik pergi.

Tidak lama, tamu yang dimaksud muncul. Jumlahnya ada tiga orang. Mr. Dippet mempersilahkan ketiga tamu itu untuk duduk.

Isa memperhatikan dari balik punggung Gen. Ketiga tamu itu berusia dewasa. Yang di tengah wajahnya klimis, mengenakan kemeja lengan panjang khas kantoran. Sementara dua orang di sebelahnya berpakaian serba hitam. Tubuh mereka tampak kekar, dengan pandangan mata yang galak.

Pria di tengah menunjuk Gen dan Isa,

"Hei, kenapa ada anak-anak di sini? Bisakah mereka keluar sejenak?" Suaranya terdengar ringan, tapi ada nada sedikit angkuh di sana.

Mr. Dippet menggeleng, "Mereka bagian dari TEV. Dan mereka bukan anak-anak. Biarkan mereka tahu hasil pembicaraan hari ini." Ujar Mr. Dippet. Nada bicaranya tegas.

Pria di tengah mengangguk paham. Entah kenapa Isa merasa gestur pria tu terkesan meremehkan.

"Ya, ya. Kalian belum tahu banyak tentang kami, kan ...," Pria di tengah bersuara kemudian, "Biasanya aku hanya mengirim utusan, tapi hari ini, aku, Danuar, datang sendiri. Yah, kupikir akan ada kesepakatan bagus kali ini."

Pria bernama Danuar itu melirik sekilas ke arah Gen dan Isa. Ekpresi wajahnya acuh tak acuh.

"Hasilnya tetap sama saja." Ucap Gen lirih.

Barangkali Danuar mendengar kalimat Gen barusan. Dia hanya tersenyum,

"Baiklah, Dippet. Tidak perlu basa-basi. Hari ini aku tidak lagi membahas negosiasi. Semua sudah selesai. Lewat. Hari ini kita bicara penyusunan dan penandatanganan kontrak. Kita bisa lanjut pada kepemilikan saham." Danuar memulai pembicaraan.

Urita : Isa & Samudra BijaksanaWhere stories live. Discover now