Hukuman Sang Raja

40 10 8
                                    

Story 23

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Story 23

Kedua sosok bertopeng itu berpenampilan ganjil. Berpostur tinggi kekar. Topeng yang menutupi wajah mereka berwujud makhluk menakutkan, dengan mata terbelalak dan gigi-gigi besar yang tajam.

Keduanya tidak beralas kaki, berbalut pakaian yang terlihat bertekstur kasar, menggantung hingga betis. Kain berwarna hitam melilit erat di pinggang dan kedua bahu.

Kedua sosok itu tidak bergerak maupun bersuara. Dan semua orang di ruangan melakukan hal yang sama. Isa sempat berpikir kalau dua sosok di depannya itu hanyalah patung.

Danuar lantas bangkit, memelototi kedua sosok itu.

"Ah! Akhirnya muncul juga! Jagoan di atas lautan! Apa ini?" Cibirnya. "Semacam pertunjukan reog? Apa-apaan topeng itu??" Danuar protes dengan suara keras.

Yang lain masih terdiam. Sikap Mr. Dippet dan Gen seakan siap menghadapi kemungkinan terburuk. Isa bisa mendengar Sahabi berujar lirih, Jangan gegabah. Itu benar-benar mereka.

Danuar berbicara sambil bercakak pinggang,

"Kuberitahu kalian. Aku tidak ada waktu untuk bermain-main. Jadi berhentilah─

"TAKK!!"

Bilah tombak menancap tepat di meja panel kemudi. Berjarak hanya beberapa senti dari tempat Danuar berdiri. Bagaikan kilat, sosok bertopeng baru saja melempar tombak miliknya.

Sontak Danuar terdiam. Bibirnya gagu. Dia ingin menoleh. Meyakinkan diri bahwa tombak itu benar-benar melesat melewati wajahnya. Bahwa tombak itu meleset bukan karena sengaja.

"Mia olae, orang luar tidak berhak bicara." Satu dari dua sosok bertopeng itu berbicara. Suaranya berat. Ada nuansa amarah terdengar.

Danuar memilih tidak menyangkal. Dia mundur selangkah tanpa menoleh ke belakang. Bahkan pangkal sepatu pantofel miliknya menyentuh ujung sepatu sneakers milik Isa.

Meskipun TEV menang jumlah, tapi tidak ada yang berani bergerak lebih jauh. Adegan tombak melesat barusan adalah ultimatum tegas. Bahwa tindakan bodoh tidak bisa ditolerir.

Bahkan Isa tidak berkutik. Tombak jauh berbeda dengan belati. Lagipula banyak orang di sini. Isa tidak mau mengambil risiko.

Tahu-tahu Mr. Dippet bersuara. Dia berbicara dengan bahasa yang tidak dipahami Isa. Mendengar itu Danuar berbalik,

"Ha! Sudah kuduga kalian bersekongkol!"

Sahabi memberi isyarat diam. Matanya mendelik marah. Danuar tidak bersuara lagi.

Dua sosok bertopeng hanya diam, tidak membalas kalimat Mr. Dippet. Sampai kemudian, salah satunya menjulurkan tombak ke depan,

"Kalian, Orang Luar, sudah terlalu jauh. Kalian terus merampas milik kami. Kami sudah bersorak berkali-kali. Tinggalkan pulau ini." Suara berat terdengar.

Urita : Isa & Samudra BijaksanaWhere stories live. Discover now