Storm

35 6 0
                                    

Story 28

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Story 28

Jeda sesaat. Isa membuka mata. Tidak terjadi apa-apa. Belum. Isa menyaksikan kelebat ekor helikopter yang seketika menghilang dari pandangan.

Di saat-saat menentukan, detik-detik terakhir, pilot berhasil merubah arah lesatan helikopter, menghindari tumbukan keras. Helikoter unit dua menukik ke atas, bergerak melengkung, terbang menjauh.

"Hei! Apa-apaan itu tadi!!" Seru Danuar sembari mengepalkan tangan. Matanya menyorot helikopter unit dua yang melayang-layang di atas sana. Ingin rasanya Danuar mendamprat pilotnya secara langsung. Hampir saja mereka celaka.

Sementara Rudo sibuk menepuk-nepuk pundak Danuar. Mata Rudo lekat menatap laut.

"Bos, lihat!"

Awalnya Danuar tidak peduli, lalu sekejap ia melirik ke bawah, dan seketika matanya terbelalak.

Air laut di bawah sana bergejolak. Dan bukan berwarna biru penuh. Tapi hitam. Yang bermakna satu hal: Embu di bawah sana!

Danuar tidak mengalihkan pandangannya. Lautan benar-benar menghitam. Danuar tersenyum tipis. Matanya lekat mengawasi apa yang terbentang di hadapannya, bersiap mengantisipasi semua kemungkinan.

Rudo yang ada di sebelah Danuar ikut tersenyum, "Lihat, Bos, bukankah itu—

"Ya, aku tahu!" Danuar menyela. Pandangan matanya tidak bergeser sedikit pun. Danuar menggenggam walky talky erat-erat, lalu mulai mendekatkan alat komunikasi itu ke wajahnya.

Danuar bergumam sebentar. Suaranya samar, tidak berisik. Aneh sekali. Lalu ia kembali menatap laut.

Setelah itu ia menoleh ke belakang, berteriak ke semua penumpang helikopter,

"Lihatlah ke bawah!" Seru Danuar.

Hibta mengernyit heran. Tapi pada akhirnya ia menurut. Hibta bergeser sedikit, mengintip ke bawah, memandangi laut, dan akhirnya—untuk kesekian kali—berteriak histeris.

Isa tidak mau ketinggalan. Ia segera mengintip. Sesaat napas Isa seperti tertahan. Lautan menghitam, karena Embu ada di bawah sana. Tapi kali ini berbeda. Pemandangan ganjil tersaji. Embu tidak berada di bawah air, melainkan berada di atas permukaan air, mengkilap, bergerak-gerak liar. Isa menggigit bibir. Untuk kesekian kalinya. Makhluk apa sebenarnya itu?

Sulit untuk menjelaskannya. Terlepas apakah Embu makhluk hidup atau bukan, wujudnya benar-benar di luar kewajaran. Embu terlihat seperti gumpalan magma pekat hitam yang mendidih, menggeliat, bergolak cepat seperti detak jantung.

Tapi aneh. Embu tidak berpindah ke manapun. Tetap di area yang sama. Tampak sangat hidup dan misterius. Isa menyaksikan warna gelap yang melingkupi lautan tanpa berkedip.

"Ini saatnya!! Kesempatan emas!!" Tahu-tahu Danuar berteriak. Memukul dinding besi untuk kesekian kalinya. Matanya masih menyasar Embu.

Tahu-tahu helikopter terpental ke atas. Napas semua orang tersentak. Helikopter melesat menjauhi laut. Manuver yang tidak disangka-sangka. Hibta kembali berteriak histeris. Isa memejamkan mata. Menjauhi laut mungkin ide yang tepat.

Urita : Isa & Samudra BijaksanaWhere stories live. Discover now