Profil Yang Valid

1.4K 150 28
                                    

Story 1

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Story 1

Beberapa hari sebelum Ella.

Hujan sering turun akhir-akhir ini.

Bukan hanya volume, aromanya pun jadi jauh berbeda. Setiap tahun, rasanya semua semakin tidak baik-baik saja.

Hei, pagi yang sempurna untuk mengawali hidup.

Isa menutup pintu dorm, membentangkan payung, bergegas dengan langkah cepat-cepat.

Menyusuri gang yang sempit, jeri dengan jalan beton yang cukup licin. Riak-riak air berdesak-desakan di sepanjang kanal yang berwarna kelabu, satu tema dengan langit pagi ini. Untungnya hanya gerimis.

Sungai hanya kubangan air yang disesaki sampah manusia. Untung saja, masker dua layer milik Isa bekerja dengan sempurna. Dia bisa melihat, tapi tidak bisa mengendus. Sip­lah.

Isa keluar dari gang, menghadapi jalan besar, bergegas menghampiri halte. Tidak lama kemudian bus datang. Isa melompat naik.

Hujan belum juga reda. Penumpang bus diam. Tenang. Terhanyut suasana pagi yang kelam. Isa menutup payung, menyusuri kursi-kursi, lalu akhirnya menjatuhkan pilihan.

Begitu duduk, Isa lantas membuka tas, mengambil ponsel. Let me see. Semacam penyegaran timeline sebelum terjebak lingkungan kantor yang strict.

Isa segera masuk ke Instagram, membuka fitur jelajah, dan sekejap berbagai berita segar terpampang di depan hidungnya. Apa coba ..., artis A segera debut film horor. Artis B sedang dalam proses perceraian. Ah. Ada lagi yang viral. Dengan kekonyolan baru. Satu minggu trending. Satu minggu diundang stasiun televisi. Satu minggu terlupakan. Begitu terus berulang-ulang.

Isa tersenyum sinis. Dunia yang ruwet. Tapi toh, kita tetap menikmatinya. Membuka media sosial itu menyenangkan. Semacam kewajiban harian.

Ayolah, Isa adalah satu dari sekian juta orang dengan rutitinitas yang sama.

Dan untuk saat ini ..., maril lihat profil dimensi maya Isa. 799 followers, 691 following. Tidak buruk. Ingat, profil yang valid, adalah jumlah pengikut lebih banyak dari jumlah yang diikuti. Ah, pengakuan persuasif memang menyenangkan.

Akhirnya bus berhenti. Beriringan dengan penumpang lain, Isa melompat turun ke halte, kembali membuka payung. Setelah itu Isa berjalan cepat menuju utara.

Benar-benar, deh. Ada alasan kuat tempat ini dinamai Kota Hujan. Isa terus berkelit dari rembesan air yang menguasai paving block pedestrian. Dan saat itulah dia menoleh ke kiri, secara tidak sengaja.

Isa menyaksikan dua pria dan seorang wanita. Kondisinya suram, mereka berada di antara dua bangunan tua yang berdempet rapat, membentuk semacam gang buntu.

Isa bisa saja mengabaikan semua yang dilihatnya, menganggap tidak ada yang terjadi. Tapi wanita itu berteriak minta tolong. Isa tertegun. Buruk baginya. Jalan ini adalah jalur pintas yang tidak banyak orang melaluinya. Apalagi sepagi ini.

Isa mengalami glitch. Sepersekian detik dia tersadar, dan segera saja Isa melempar payung miliknya.

"Hei! Kenapa?" Isa bertanya dengan suara lantang. Di hadapannya, seorang pria dewasa terlihat sedang berbicara─atau seperti itu kelihatannya─dengan satu pria dan wanita. Keduanya masih muda.

Pria dewasa itu menoleh. Sekejap Isa tertegun. Pria itu berbalik tidak dengan tangan kosong. Sebuah belati berkilat-kilat di tangan kanannya.

"Jangan ada yang jadi pahlawan di sini." Ujar pria itu dengan suara sinis. Wajahnya memberi senyum jahat dan mengejek. Kulit pria itu keras, tangannya dipenuhi tato. Isa sukses memancing emosi residivis.

"Pergi." Ujar Isa pelan. Posisinya siaga, setengah memasang kuda-kuda.

Si residivis tidak mengubah sinis wajahnya. Dan Isa tidak menyurutkan gertakannya. Melihat wajah pria itu, Isa seperti terlempar ke masa lalu yang menyebalkan. Sorot mata itu, wajah dan postur semacam itu, mengingatkan Isa pada insiden kelam yang mengubah seluruh hidupnya.

Isa tersenyum sinis. Hujan seperti menghilang. Rasa panas memenuhi dadanya.

Ah, ini akan jadi pagi yang sempurna.

Urita : Isa & Samudra BijaksanaWhere stories live. Discover now