Prolog

1.4K 52 9
                                    

Masa-masa SMA memang masa dimana para remaja atau anak muda sedang dimabuk asmara, tak jarang pula dapat kita temui para remaja bersenang- senang dan melakukan hal romantis di tempat umum.

Sebagian masyarakat dan sekolah pun tidak mempermasalahkan hal tersebut, mereka hanya berpikir jika nilai siswa atau anaknya bagus, maka mereka tak akan mempermasalahkan kegiatan lainnya.

Namun, diluar sana juga tak jarang ada anak yang di tuntut harus ini dan itu. Bahkan orang tua membatasi pergaulan anak- anak mereka, hal tersebut memang sangat bagus demi keselamatan anak mereka.

Tapi, apa jadinya jika hal yang mereka kira baik justru menimbulkan tekanan bagi anak itu..? Menuntut banyak hal, sehingga anak mereka tak bebas untuk berekspresi atau melakukan hal yang sebenarnya mereka inginkan.

"Mau kemana...?" Tanya seorang pria paruh baya pada pemuda itu.

"Aku mau berangkat kerja, paman..." jawabnya.

"Tugas sekolahmu gimana ? Udah selesai ?, jangan mempermalukan keluarga ini dengan mendapatkan nilai yang buruk...." ucap paman.

"Sudah paman. Kalau begitu aku pergi dulh, takut telat...." pamitnya sopan, ia juga ingin menghindari perkataan yang tak mengenakkan lainnya.

"Hari ini kamu gajian ,kan ? Jangan lupa membeli keperluan dapur dan susu untuk adikmu. Jangan menambah beban kami dengan membiayai keperluan kalian..." cecarnya membuat pemuda itu tersenyum tipis, lalu keluar dari rumah.

Sepulang dari tempat kerja, pemuda itu singgah di supermarket dan membeli apa yang pamannya titipkan.

Setelah selesai dan membayar belajaannya, ia keluar dan berjalan cepat menuju halte. Bisa gawat jika ia tertinggal dan harus menunggu 3 jam lagi.

45 menit kemudian, ia tiba di rumah dan melihat bibinya tengah menonton dengan bayi yang di biarkan tidur di sofa.

"Aku pulang....." ucapnya, wanita itu menoleh sekilas lalu kembali beralih pada benda kotak itu.

"Ke dapur dan buatkan makanan, aku sudah sangat lapar. Buatkan susu untuk adikmu juga, dia sangat rewel daritadi dan membuat kepalaku sangat sakit....." pinta bibi itu.

Anak itu mengatakan apapun, ia mengeluarkan barang belanjaannya dari plastik. Lalu memilih bahan makanan yang akan ia masak malam ini.

"Kenapa merk susu dan pampers-nya berbeda dengan sebelumnya ....?" Tanya pria yang lebih tua, membuat anak itu sedikit terperanjat dan gugup.

"Aku lihat wachi tidak cocok dengan susu dan pampers yang biasa. Dia akan terus muntah dan badannya akan memerah karena iritasi...." jelasnya.

"Mana struk belanjaan kamu..." pinta pamannya dengan datar. Wasu memberikan struk belanjaan tadi pada pamannya, kemudian melanjutkan kegiatannya.

Saat sedang memasukkan barang- barang itu ke kulkas, si paman mendekati wasu dan menarik rambutnya kuat, membuat anak itu berteriak kesakitan dan minta di lepaskan.

"Kenapa ribut- ribut..." tanya wanita yang baru saja datang. Pria dewasa itu melepaskan tarikannya dan meyerahkan struk itu pada istrinya.

"Lihat saja harga susu dan popok bayi itu...." ujarnya dengan nada marah.

"Apa kamu tidak bisa berhemat ,hah..! Kamu taukan kalau kita punya banyak hutang, tapi kamu malah menghamburkan uang itu untuk keperluan tidak penting...." cecar pria tua marah.

In The CampusWhere stories live. Discover now