±±±±

348 24 3
                                    

Saat ketiga pria itu memasuki rumah, suara berisik dari arah dapur terdengar dan membuat mereka saling menatap ,seolah apa yang ada di pikirannya itu sejalan.

"Kalian dibelakang saja, biar aku yang memimpin ....." ucap boss memerintah.

Noeul dan dunk mengangguk, kemudian mengikuti boss menuju dapur.
Boss siap siaga untuk menangkap pencuri tersebut dengan memegang sebuah tongkat bisbol yang berada tidak jauh dari pintu masuk.

Boss benar- benar tidak tau mengapa penyusup itu bisa lolos ,sementara pintu gerbangnya di jaga ketat oleh 2 orang.

Ia tidak bisa berpikir positif, yang sering berada di dapur adalah kakaknya dan kakaknya tidak mungkin memasak dengan cara membanting semua alat- alat dapur.

Setelah tiba di dapur, boss berbalik dan meminta noeul dunk untuk tetap diam. Kemudian, boss memberi aba-aba untuk menyiduk pencuri itu.

"1 ..." bisik boss mulai menghitung

"2 ...." mulai lebih dekat.

"Tiga. Apa yang kalian lakukan .....?" Teriak boss seketika, bukannya menyiduk pencuri tapi ia menyiduk 2 orang yang sedang bercumbu di dapur.

Mendengar suara teriakan, keduanya pun berhenti dan menatap ketiga pria yang baru datang dengan mata terbelalak.

"Peat.... pak fort .....?" Ujar noeul dan dunk bersamaan, ekspresi mereka juga syok dan sedikit tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Phi boss....noeul....dunk .....?" Gumam peat yang saat ini masih mengalungkan tangannya di leher fort.

"Hia.. aku meminta penjelasan tentang ini, kenapa peat bisa ada di rumah kita dan apa hubungan hia dengannya ....?" Cecar boss dengan raut datar.

"Hia ....?" Bukannya menjawab pertanyaan, fort malah balik bertanya dengan raut senang.

Boss yang menyadari hal itu pun langsung diam dan pergi dari sana, meninggalkan mereka semua dengan pikiran masing -masing.

Di sinilah mereka berlima, duduk di sofa ruang tamu dengan diam.

"Jangan membuang waktuku, aku masih punya hal penting yang harus diselesaikan ....." ucap boss memulai pembicaraan.

"Nong ....." sendu fort menatap boss

"Aku meminta penjelasan, kalau tidak ingin menjawab bilang saja. Jangan membuang- buang waktuku ......" balas boss dengan nada sedikit membentak, membuat ketiga bott itu terperanjat kaget.

"Phii ......" noeul berucap spontan dengan nada takut, tapi tangannya meraih tangan boss lalu mengusapnya dengan niat meredakan emosi kekasihnya.

"Hia dan peat menjalin hubungan,,,,,- "

"Sejak kapan ?dan kenapa peat tidak memberitahu kami.....?" Pertanyaan itu bukan dari boss, melainkan dunk.

"Hubungan kita sudah berjalan selama 6-7 tahun-,,,,"

"Selama itu dan kamu tidak memberitahu kita ? Apa kamu benar- benar menganggap kita sebagai sahabat ?, selama ini kita tidak memaksamu untuk mengatakan hal yang bersifat pribadi, tapi apa harus kamu menyembunyikan hal ini juga pada kita......" cecar dunk sedikit emosi, noeul juga sama namun ia masih berusaha untuk berpikir positif.

"Nong,,, jangan membentak kekasihku. Aku mengerti perasaan kalian tapi jangan pernah membentak atau menyakiti perasaan peat ......" fort berucap tegas.

Selama ini, ia tidak pernah sekalipun meninggikan suaranya saat marah kepada peat. Kalaupun emosinya sudah sangat besar, ia akan meminta peat untuk memeluknya agar dirinya kembali tenang.

Dunk yang mendapat peringatan tersebut diam, sorot matanya menampilkan raut kecewa, marah, sedih yang bercampur.

"Phii~~...." suara lembut peat menyadarkan fort.

"Aku minta maaf karena tidak memberitahu kalian tentang hubunganku dan phi fort, tapi aku punya alasan dan aku belum siap untuk memberitahu kalian sebelumnya ......" ucap peat lembut dan sedikit sendu.

"Sudah 7 tahun peat, itu bukan waktu yang sebentar. Apa kamu benar- benar belum siap atau memang tidak menganggap kita bertiga sahabatmu ....?" Kali ini noeul-lah yang meledak, ia benar- benar sudah tidak bisa berpikir jernih.

Fort yang mendengarnya ingin marah, namun peat lebih dulu menggenggam tangannya. Ia sebenarnya tidak tahan dengan sikap teman-teman peat. Apalagi noeul yang terus mencecar peat dengan nada tinggi, memarahi dan menghina kekasihnya secara tidak langsung.

"Nara !!!" Peat dan dunk berteriak karena terkejut dengan apa dilakukan oleh temannya.

Nara yang baru saja tiba langsung menghampiri noeul, menarik tangannya untuk berdiri kemudian menamparnya.
Yin yang baru masuk juga terkejut dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, dengan cepat ia melangkahkan kakinya apalagi saat melihat boss yang mulai bergerak.

"Apa pantas seorang sahabat menghina sahabatnya ....?" Tekan nara marah kepada noeul.

"Yang aku ucapkan itu memang benar dan dia tidak pantas untuk disebut sebagai sahabat (menunjuk peat). Seharusnya kamu juga marah dengan dia atau membelaku, bukannya menamparku ....." tantang noeul

"Aku mendengar semuanya, peat punya alasan mengapa dia tidak mengungkapkan hubungannya dengan pak fort kepada kalian berdua. 7 tahun memang bukan waktu yang singkat, tapi menyiapkan diri juga tidak semudah itu noeul ......" jelas nara dan mulai meredakan emosinya.

"Kenapa kamu terus membelanya, atau kamu juga sudah tau dan menyembunyikannya dari kami .....?" Sahut dunk tidak tinggal diam.

Nara berpikir sejenak, kemudian menatap peat yang menganggukkan kepalanya.

"Iya, tapi peat punya alasan mengapa dia hanya mengatakannya padaku. Peat bukannya tidak mempercayai kalian, hanya saja kalian berdua memiliki sikap yang selalu oversharing....." jawab nara

"Peat takut jika kalian tidak sadar dan malah membongkar semuanya. Apa kalian tega melihat sahabat kalian menjadi bahan bully atau omongan teman kampus, karena berpacaran dengan rektor .....?" Tanya nara pada dunk dan noeul.

"Kalian pasti tau kan, apa yang akan teman fakultas lakukan jika tau tentang berita itu ....?" Tanya nara sekali lagi, membuat noeul dan dunk diam seolah memikirkan sesuatu.

"Kalian lakukan apa yang kalian inginkan, aku akan membawa peat kembali ke kamar kita untuk beristirahat ....."

Keheningan yang terjadi selama beberapa detik itu pecah, saat fort membuka suaranya.
Ia menarik tangan peat dan mulai melangkahkan kakinya menuju kamar mereka.

"Aku belum selesai, masih banyak yang harus aku tanyakan ....." ujar boss menahan tangan kakaknya, namun tidak menatap pria itu.

"Phi lanjutkan saja urusan phi dengan p' boss . Peat akan ke kamar sendiri saja ...." sahut peat dengan lembut.

Fort sebenarnya tidak setuju dengan peat, namun ia juga tidak bisa menghilangkan kesempatan ini. Ia harus memperbaiki hubungannya dengan boss dan meluruskan kesalahpahaman yang terjadi di antara mereka.

"Phi yin, aku ingin menemani peat. Boleh .....?" Tanya nara meminta izin pada kekasihnya. Yin yang benar- benar peka dan paham hanya tersenyum dan mengangguk.

Setelah kepergian nara dan peat, yin menyuruh noeul dan dunk untuk menyusul mereka dan menyelesaikan permasalahan mereka. Lalu pamit pada semuanya.

Yin memilih untuk menunggu di mobil saja, ia tidak mungkin ikut bergabung dengan nara dan lainnya, lebih tidak mungkin baginya untuk masuk dalam permasalahan kakak-beradik itu.






.

.

.

.

.

T. B. C

See you next chapter !!!!

In The CampusOnde histórias criam vida. Descubra agora