±±

437 26 5
                                    

Sudah seminggu lebih dan peat sangat bahagia karena hubungannya dengan chimon semakin akrab. Mereka sering pergi bersama, berbelanja dan peat senang karena chimon mulai mulai terbuka padanya.

Seperti sekarang ini, peat sedang bersama chimon di kamar milik anak laki- laki itu. Sehabis bercerita tentang percintaannya dengan peat, chimon ketiduran karena lelah menangis. Peat yang melihat itu hanya tersenyum, ia mengusap- usap rambut chimon yang tertidur di pangkuannya.

"Phi merasa sangat senang karena tumbuh menjadi anak yang baik, phi juga senang karena kamu sudah menerima dan mempercayai phi ......" ucapnya, ia tidak berhenti tersenyum menatap adiknya yang terlihat sangat polos.

Namun semenit kemudian, senyuman itu perlahan memudar dan di ganti dengan ekspresi sedih.

"Maafkan phi naa, maafkan phi karena tidak melihat proses pertumbuhanmu. Maafkan phi karena tidak menjadi kakak yang baik ...." suara isakan kecil terdengar di kamar itu, beruntung karena orang yang berada di pangkuannya tidak terbangun karena hal tersebut.

"Sayang !!" Justru orang yang berada di luar yang mendengarnya, dia berdiri tak jauh dari pintu dan menatap peat dengan lembut.

Meskipun sedang menangis, peat masih sempatnya membuat gestur diam. Lalu meminta bantuan kekasihnya untuk memindahkan chimon.

Setelah memindahkan chimon dan memastikan anak itu tidak bangun, mereka keluar bersama dan menuju lantai satu.

"Mau makan ? Ke mall ? Taman ....?" Tanya fort pada kekasihnya, namun peat menanggapi semua itu dengan gelengan pelan dan membuat fort menatapnya bingung.

"Sayang !! Aku tau bagaimana perasaanmu, tapi kamu harus menahan dirimu. Ingat sayang, kamu melakukan ini semua untuk melindunginya ......." ucap lembut fort dan memeluk peat di tangga.

"Tapi phi !! Aku tidak bisa melakukan ini semua terus- terusan, aku ingin chi tau yang sebenarnya ......." balas peat yang berada dalam pelukan.

"Phi mengerti sayang, tapi coba kamu pikirkan lagi. Bagaimana reaksi chi saat jika kamu memberitahunya secara tiba - tiba.? Semua butuh waktu sayang, jadi berikan chi waktu itu untuk lebih mengenalmu dan biarkan ia tau kebenaran itu saat dirinya benar -benar siap ......" pinta fort

"Pikirkan bagaimana perasaan chi saat tau kalau selama ini aku bukan saudara kandungnya, tapi kamu. Bayangkan apa yang akan chi pikirkan tentang mu, kalau ia tau kakaknya menyerahkannya pada orang lain ......" lanjut fort dan berhasil membuat peat lebih tenang.

Peat tidak ingin itu terjadi ,ia tidak mau kalau chi membencinya, ia tidak mau kalau chi akan kembali asing dengannya, ia tidak mau itu semua.

Setelah berpelukan selama 2 menit di tangga, mereka kembali melanjutkan langkahnya menuruni satu persatu anak tangga.

"Mau phi masakin apa ....?" Tanya fort setelah peat duduk tenang di kursi.

"Apapun, peat akan menyukai semua masakan phi ....." jawab peat tersenyum, membuat fort gemas karena ekspresi lucu itu.

"Baiklah tuan, hamba akan menyiapkan makanan yang lezat untuk tuan ...." balas fort ala kerajaan, tak lupa ia membungkuk dan mencuri satu ciuman di bibir peat.

Peat merona dan hanya menanggapi fort dengan deheman, ia terus melihat dan memperhatikan fort yang masuk ke dapur dengan apron yang melilit di pinggangnya.

....

Baru 5 menit ditinggal ke dapur, peat sudah merasa bosan. Ia ingin menonton saja tapi malas menonton, mau kembali tidur tapi takut ketiduran dan terbangun di malam hari.

Matanya melirik ke arah dapur dan menyunggingkan senyuman, ia berjalan dengan langkah pelan agar fort tak mendengarnya.

Peat terpanah, terperangah, mematung dan terdiam saat baru memasuki dapur. Di lihatnya sosok pria tampan berubah menjadi super -super tampan, ekspresi seriusnya saat memotong sayuran membuatnya berkali -kali lipat lebih tampan.

Pemandangan ini bukan yang pertama bagi peat, setiap hari ia akan melihat pemandangan itu. Namun tetap saja peat masih terkejut dan merasa kagum.

Dengan langkah pasti ia mendekati fort dan memeluk pria itu dari belakang. Yang di peluk hanya tersenyum dan menghentikan kegiatannya.

Ia berbalik tanpa melepaskan pelukan pria kecilnya, mencuri ciuman dan membalas pelukannya.

"Kebiasaan. Bagaimana kalau phi terkejut dan membuat jari ini terluka seperti sebelumnya ....?" Ucap fort lembut namun tegas, membuat peat mengerucutkan bibirnya dan menatap fort dengan raut bersalah.

"Peat minta maaf, peat janji tidak akan melakukan hal itu lagi ...." ujar peat pelan, ia tidak bermaksud seperti itu. Gambaran fort yang terluka saat dirinya tiba- tiba muncul, membuat peat sangat sedih.

"Phi tidak melarang sayang. Hanya saja kalau phi sedang memotong sesuatu, kamu juga harus hati -hati, bagaimana kalau phi tidak sengaja menggores tanganmu dengan pisau itu ......?" Ucap fort menasehati kekasih kecilnya.

Si kecil hanya memanyunkan bibirnya, menatap fort dengan ekspresi yang menurut fort lucu.

Tangan fort mematikan kompor yang sedang menyala, membuat peat menatap keheranan.

"Sepertinya, phi akan memakanmu lebih dulu sebelum makan siang ......" goda peat, tubuhnya bergidik ngeri.

"Ta-pi kan, kita sudah melakukannya pagi ini dan sebelum aku ke kamar chi, kita melakukannya lagi ....." tutur peat berusaha menahan desahannya saat bibir tebal fort mulai menciumi lehernya.

Fort membalik tubuh peat, menjauhkan sayuran dan alat masak lainnya. Kemudian menganggkat tubuh peat dan mendudukkannya di sana.

"Phii~ kalau chi bangun bagaimana .....?" Ucap peat melenguh.

"Dia sudah sering melihat kita seperti ini, semalam dia melihat kita bermain karena phi lupa menutup pintu ....." ucap vulgar fort menghentikan aksinya sejenak, lalu kembali mencium bibir peat, turun ke lehernya dan kembali meninggalkan jejak di sana.

Peat hanya melototkan matanya, ingin berbicara tapi tidak bisa dan hanya mendesah ,merasakan sentuhan dari kekasihnya.







.
.
.
.

Di waktu yang bersamaan.
"Phi boss, dunk minta di jemput karena phi joong harus ke kantornya tiba- tiba ....." ucap noeul memberitahu.

"Tidak apa- apa, lagi pula rumah kita dengan rumahnya searah ..." noeul tersenyum dan memeluk kekasihnya sebentar.

"Kalian pulang jam berapa ?, mau phi jemput ....?" Tanya boss pada noeul.

"Kata nara kita pulangnya malam, sekitar jam 8. Tapi pulangnya, kita mau singgah ke toko buku ......" jawab noeul

"Jangan pulang larut sayang, kalau butuh sesuatu hubungi phi saja ....." boss sambil mengusap lembut rambut kekasihnya.

"Peat ?apa dia juga ikut ....?" tanya boss karena peat adalah orang yang cukup jarang ikut bersama mereka.

"Dia juga ikut kok phi, semalam kita sudah janjian ......" (boss hanya mengangguk lalu kembali fokus menyetir ).

"Sehabis menjemput dunk, kita singgah di rumah ayahku dulu. Hanya mengambil beberapa berkas dan phi akan mengantarmu ke restoran ...." ucap boss dan memberi alasan sebelum kekasihnya menanyakannya.





...
"Peat, angkat dong !!" Ucap nara panik, yin yang melihat kegelisahan kekasihnya pun bertanya.

"Ada apa terr ? Kenapa kamu panik setelah telponan dengan noeul ...?" Tanya yin dan membuat nara terdiam.

Ia harus mengabari peat secepatnya, ia juga kalut dan akhirnya memberitahu yin kalau peat berpacaran dengan fort, hanya itu.

Yin juga mengerti perasaan kekasihnya, dan mengemudi dengan cepat sebelum keduluan.















"Apa yang kalian lakukan ???" Teriaknya membuat orang itu terkejut dan menghentikan aktivitasnya.







.
.
.

T. B. C


In The CampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang