±

472 30 0
                                    

Sang fajar telah berada pada titik tertingginya, namun seorang pria masih sibuk bergelung dibalik selimut dan hanya bergerak gelisah sesekali.

Mata itu nampaknya tak ingin melihat cuaca yang begitu cerah ini. Disamping pria itu, ada sosok pria besar lainnya yang sedang asik memciumi leher, pipi dan juga bibir si proa kecil.

Pria besar itu seperti lupa seberapa berat dan besar tubuhnya, ia sangat nyaman dan santai melakukan aksi itu di atas tubuh si kecil.
Anak laki- laki yang di tertindih pun enggan untuk membuka mata dan menjauhkan tubuh raksasa yang berada di atasnya. Ia hanya melenguh dan menikmati sentuhan yang raksasa itu berikan.

Tubuh keduanya saling menyatu karena mereka tak memakai sehelai kain pun, hanya selimut yang menjadi penutup untuk keduanya.

Tubuh anak laki- laki itu bergerak mengikuti arah pergerakan pinggul sang dominan, gerakan itu sangat lembut, pelan tapi pasti yang membuat peat merasakan nikmat yanh sesungguhnya.

Bibir tebal nan berisi juga tak tinggal diam, benda itu melahap dan menikmati bibir tipis yang sudah menjadi candu baginya. Mereka terus bermain dibalik selimut dan mengabaikan beberapa suara yang dianggapnya sebagai pengganggu.

Alarm yang terus berbunyi beberapa saat yang lalu hilang bagai di telan bumi, suara dering telpon pun tak membuat keduanya menghentikan permainan panas itu.
Hingga sebuah ketukan pintu dan teriakan dari luar kamarlah yang membuat keduanya berhenti, bersamaan dengan sang dominan yang mencapai puncaknya.

"Hiaa !!!! Hia bangun....." teriak orang di luar memanggil sang kakak.

Anak laki- laki yang tadinya menutup mata dengan nyaman dan enggan untuk membukanya langsung mendorong tubuh raksasa itu, lalu membuka matanya dan duduk sebentar sembari mengumpulkan roh yang beterbangan.

"Apa itu chi ....?" Tanya nya dan yang ditanya menanggapinya dengan deheman.

"Aku akan menyapanya, kamu mandi lebih dulu ....." pinta fort dengan lembut, tak lupa mengecup kening peat sebelum beranjak dari ranjang.

Fort berjalan ke arah pintu dan mengambil handuk kecil yang berada di rak sepatu. Ia melilit kain itu untuk menutupi bagian bawahnya, lalu membuka pintu untuk sang adik.

Chimon yang tadinya tersenyum sumringah kini memasang wajah terkejut karena melihat kakaknya bertelanjang dada, apalagi wajah pria yang berdiri di hadapannya terlihat sangat kelelahan, dengan mata yang sayu.

"Apa kamu ingin pergi .....?" Tanya fort setelah memperjelas penglihatannya, di lihatnya adik kecil itu sudah berpakaian rapih dengan tas yang berada di gendongannya.

Chimon tak menjawab pertanyaan fort karena dirinya kembali di kejutkan oleh sosok pria manis yang menutupi tubuhnya dengan selimut, pria itu berlari kecil menuju kamar mandi dan membuat chimon terkikik.

"Chi~ !! hia sedang bertanya, kenapa malah tertawa ....?" Ujar fort lagi.

"Iya hia, tapi mobil chi masih di ada di bengkel. Jadi chi ingin numpang sama hia....." jawab chimon.

"Phi peat memang lucu,, tapi hia jangan kasar- kasar. Tadi chi liat kalau peat berjalan seperti pencuri ......" goda chimon menambahi, membuat fort melotot.

"Hia tidak usah menatapku seperti itu, aku dan phi peat berada di role yang sama. Jadi tidak mungkin ....." ujar chimon lalu pergi dari sana setelah berpamitan.

Fort bukan melotot karena chimon menggoda kekasihnya, tapi karena ia tidak tau kalau chimon akan melihat peat dalam keadaan seperti itu.
Ia juga tidak mungkin marah jika chimon benar- benar menyukai peat, karena mereka tidak akan pernah bisa bersama.


"Baby !! Hari ini chi akan ke sekolah bareng kita. Tidak apa- apa kan, .....?" Tanya fort sebelum menyantap makanannya.

"Tentu saja bisa, kenapa phi malah bertanya ....?" Ketus peat membuat fort hanya memasang senyum menyebalkan.

Sudah 3 minggu peat mencoba mendekati chomon, tapi anak itu sepertinya enggan untuk berteman dengannya. Mereka hanya saling bertegur sapa karena chimon menganggap peat adalah calon iparnya.

"Makasih phi ...." ucap chimon yang duduk di depannya.

Peat mengangguk dan tersenyum ke arah chimon. Ia berharap hari ini adalah langkah awal agar dirinya bisa dekat dan akrab dengan sang adik.

"Kamu tumbuh dengan sangat baik dan juga imut ....." celetuk peat tiba- tiba membuat fort berhenti mengunyah karena cemburu, sedangkan chimon menundukkan kepala menahan tawa.

Sangat jarang chimon melihat hia-nya itu cemburu atau menampakkan ekspresinya. Chimon merasa kalau peat benar- benar pilihan yang tepat untuk kakak nya yang terlampau kaku itu.









.
.
.
.
.

Sepulang sekolah, peat mengajak chimon untuk berburu kuliner. Dengan antusias dan senang chimon menerima ajakan tersebut.

Mereka tidak pergi berdua saja, ada fort yang menemani sekaligus menjadi orang yang membayar semua jajanan keduanya.

"Uwahh, phi peat !! Di sana ada yang jual makanan jepang. Kita ke sana ya phii ....." ajak chimon dengan nada memohon.

"Kamu juga suka makanan jepang ....?" Tanya peat dan balas anggukan.

Mereka mengobrol dengan serunya sampai tak mengingat jika mereka membawa satu orang lagi dan sangat penting. Fort yang berada dibelakang hanya bisa menghirup napas dalam dan menghela panjang.

Dirinya sempat bingung dan bertanya mengapa mereka memiliki selera yang sama ...? Mulai dari makanan manis, tingkah yang seperti bocah kematian, suka jajan dan suka dengan makanan jepang. Tapi semenit kemudian ia kembali sadar kalau itu adalah hal yang wajar bagi kakak adek.

Tangan fort sudah penuh dengan kantung plastik, kekasihnya itu memiliki kebiasaan yang dimana ia akan membungkus setiap makanan yang menurutnya enak. Bukan sisaan, melainkan ia akan memesan lagi untuk di bawa pulang.

Marah ? Tentu saja fort tidak marah. Harga ratusan makanan yang peat makan tidak membuatnya menjadi orang miskin. Meskipun fort memegang salah satu perusahaan milik ayahnya dan menjadi rektor di kampus milik sang ayah, tidak menjadikan fort orang yang boros dan suka berfoya - foya.

Ia menyimpan uang dari hasilkan kerjanya (di gaji oleh sang ayah), dengan tujuan dimasa depan.
Jadi meskipun nantinya keluarga mereka bamgkrut, fort tidak akan menjadi gelandangan karena investasi yang ia buat untuk masa depannya.



*

*

*





Dari kejauhan, sosok pria memakai pakaian seba hitam memperhatikan mereka. Orang itu menampilkan senyum tipis sembari tetus menatap ke depan.

"( Akhirnya, aku menemukanmu).."








.

.

.

T. B. C

See you next chapter and happy reading !!!

In The CampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang