⚠️+++++

535 34 13
                                    

"Chimon, kemarilah nong....." panggil fort pada anak laki- laki yang baru saja menuruni tangga.

Yang di panggil menatap sang kakak lalu berjalan ke arahnya, Raut wajah chimon seperti bingung saat melihat pria asing duduk di samping phi- nya.

"Siapa, hia....?" Tanya chimon begitu mendudukkan bokongnya di sofa, ia menatap kakaknya bertanya- tanya.

"Dia peat, kekasih hia....." jawab fort memperkenalkan, chi hanya mengangguk santai tapi tidak dengan peat. Ia ingin sekali memeluk anak laki- laki itu dan mengakui semuanya.

Fort yang paham perasaan peat, menggenggam tangan kekasihnya dan menatapnya dengan memberikan intruksi agar peat tidak gegabah.

"Kenalkan namamu ,nong...." pinta fort. Chi berdiri dari duduknya dan mendekati peat.

"Kenalin phi, aku chimon wachirawit chaijindar. Tapi phi bisa memanggilku chimon atau chi, seperti hia dan phi memanggilku......." jelasnya.

Peat mengerutkan keningnya bingung, chimon yang melihatnya langsung terkikik melihat ekspresi pria di hadapannya.

"Phi peat pasti bingung karena nama belakangku berbeda dengan hia. Phi harus tau kalau kita bertiga memiliki nama belakang yang berbeda, tapi kita beneran saudara kok, iya kan hia.....?" Ucap chimon lalu bertanya pada fort yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya.

"Hm...." hanya deheman yang fort lakukan untuk menanggapi pertanyaan itu.

"Hia, kalau begitu chi pamit ya !! Chi harus ke rumah phi....." (fort mengangguk tanpa melihatnya karena sibuk dengan pekerjaan).

Peat semakin bingung !! Ia tidak bingung mengapa nama belakang mereka berbeda, yang ia pikirkan adalah perkataan chimon yang mengatakan ' mereka bertiga', 'phi'

Berarti fort punya saudara lain ? Tapi kenapa peat tidak tau akan hal itu ?, tuan bible juga tidak pernah membahasnya dan peat tidak tau karena dari dulu, fort dan ayahnya selalu bersama.

Peat mengira kalau fort adalah anak tunggal.
Ia melirik ke samping dimana fort berada, ia ingin bertanya tapi takut akan respon fort nantinya.






.
.
.

"Tidak phi, jangan lakukan itu...." teriak memohon, namun anak laki- laki tidak mempedulikannya.

"Aahkkhh,,, sa-kit phii......." Rintihnya saat tubuh yang lebih besar memasukkan miliknya, membuat lubangnya robek sampai mengeluarkan darah.

Meskipun ia terus menangis, memohon dan merintih kesakitan. Bocah itu tak juga melepaskan dirinya, ia tak pernah berpikir jika orang yang sangat ia percaya dan anggap saudara adalah orang yang menghancurkannya.

Di saat semuanya terjadi, ia tidak tau mengapa tubuhnya tiba- tiba menjadi kaku. Meskipun sudah berusaha untuk melawan, tapi tubuh itu rasanya lemas dan seolah mati semua.

Hati dan batinnya serasa hancur, malu dan jijik dengan dirinya sendiri, ia juga benci dengan dirinya karena tak mampu melakukan apapun saat dirinya dilecehkan. Hanya tangisan dan rasa sakit yang ia rasakan sementara pelakunya mengerang dan mendesah karena menikmatinya.


Fort yang masih terjaga karena harus mengerjakan pekerjaan kantor mengalihkan perhatiannya, ia menoleh ke arah dimana kekasihnya sedang tertidur.

"Hentikan !!!! Jangan lagi, kumohon....." peat berteriak dalam tidurnya, ia bergerak gelisah yang membuat fort menghampirinya dengan cepat.

"Baby !!! Hey,....." panggil fort menepuk pipi peat pelan.

Fort dapat melihat wajah kekasih kecilnya yang dibanjiri keringat, tubuhnya dingin dan sedikit gemetar.

Fort tidak tau mimpi apa yang dialami pria kecilnya, yang ia lakukan sekarang adalah membangunkannya dari alam bawah sadar. Peat terus memeluk dirinya dan berteriak seolah sedang menahan rasa sakit.

Fort tidak bisa melihat itu, ia terus menepuk pelan pipi peat dan memanggilnya. Tak peduli jika lengannya berdarah akibat cengkraman tangan mungil, yang ada di pikirannya saat ini adalah membuat peat bangun.

"Sayang !!! Bangun ,heyyy...."
"Baby !!!"
"Baby !!!!"

Fort hampir putus asa, air matanya sudah keluar dari tempatnya karena melihat peat menderita. Peat terbangun saat panggilan ketiga dengan napas terengah.

"Phii......" panggilnya saat mendapati kekasihnya sedang menatap dirinya. Ia terisak lalu memeluk pria di hadapannya dengan sangat erat.

"Peat takut phi,,, tidak ingin hal itu terjadi lagi....." tangis peat pecah. Meskipun ia tidak mengerti dengan ucapan peat barusan, fort tetap menenangkannya.

"Phi ada di sini, tidak ada yang bisa menyakitimu ataupun menyentuh milik phi sedikit pun......" tutur lembut fort sambil mengusap rambut halus anak laki- laki itu.

"Tenanglah, phi akan melindungimu. Tidak ada yang bisa menyakitimu selama masih ada aku di sampingmu......" lanjutnya.

Saat merasa peat cukup tenang, fort memberikan segelas air mineral untuk diminum. Kemudian kembali membaringkan tubuh kecil itu ke kasur.

"Kalau masih ngantuk, tidurlah. Phi akan menemanimu di sini...." ujar fort namun peat menanggapinya dengan gelengan.

"Aku ingin ke kamar mandi, badanku gerah dan lengket. Bisa kan phi...?" Ucap peat lalu memohon.

Fort melihat jam yang berada di atas nakas, lalu kembali melihat ke arah peat yang menutup matanya nyaman di dadanya.

"( ini sudah jam 2 pagi, tapi peat pasti tidak akan nyaman jika tidak membersihkan tubuhnya)"

"( haahh !!! Tidak apa- apa fort, kali ini saja ikutin keinginan pria kecilmu. Deman sedikit tak masalah daripada harus menangis dan meraung karena mimpi buruk....)"

"Boleh sayang !! Mau phi temenin....?" Ucap fort dengan niat menggoda, tapi anak laki- laki itu mengangguk bahkan merentangkan tangannya agar lebih memudahkan fort untuk menggendongnya.

Fort tersenyum dan menggendong peat ala koala, kepala peat bersandar di bahu fort sambil menghirup aroma khas dari tubuh pria itu.

"Peat mencintai phii ......" ujar peat tiba - tiba kemudian mengecup pipi fort, lalu kembali menyembunyikan wajahnya di leher pria itu.

Jangan tanya reaksi fort seperti apa. Ia sangat senang dan juga gemas dengan tingkah pria di gendongannya.

Ia juga mencintainya, bahkan sangat mencintainya. Fort tidak tau bagaimana lagi cara untuk mengungkapkannya.



..........

Setiap hari sejak kejadian mengerikan itu, peat hanya bisa menangis setiap kali adegan itu muncul di kepala . Bahkan saat tidur sekalipun ia masih dihantui rasa takut, ia terus bersembunyi di dalam kamarnya karena takut seniornya datang dan melakukan hal itu lagi padanya. Padahal ia sudah berada di tempat yang aman.

Saat kejadian itu juga peat mulai takut pada orang asing, ia tidak mudah percaya pada seseorang baik teman maupun pria yang mencoba mendekatinya, ia sangat takut untuk berinteraksi dengan orang lain.

Batinnya selalu berteriak meminta tolong setiap kali bayangan itu muncul, ia lelah, capek tapi saat itu ia punya tujuan di masa depan.

Sampai akhirnya, seorang pria berhasil memasuki hatinya dan membuat peat merasa nyaman. Karena pria itulah peat bisa seperti sekarang, pria itu (fort) membuatnya lebih baik dan perlahan mulai melupakan kejadian di masalalu.



















.
.
.
.
.
.

T. B. C






In The CampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang