0.0 || The Prolog & Introduction

4.8K 207 1
                                    

Wangi masakan menyeruak di dapur, wanginya bahkan sampai tercium ke ruangan lainnya saking wanginya, siapapun yang mencium wangi masakan buatan seseorang yang disebut oleh semua adiknya 'Sempurna' akan tergiur dengan masakannya, bahkan gadis yang tengah sibuk membaca buku di kamarnya pun segera berlari menuju dapur untuk melihat apa yang di masak sang kakak kesayangannya.

Shanira Anindhita, seorang yang sedang memasak itu lebih sering dipanggil Shani oleh semua orang. Perempuan yang lulus sekolah dua tahun yang lalu, ah! Ralat, lebih tepatnya dia sudah memutuskan untuk keluar sekolah setelah melihat ekonomi keluarganya yang memang bisa disebut 'kurang', demi keluarganya dia merelakan pendidikannya agar lebih fokus mencari uang untuk kebutuhan keluarganya.

Shani mencicipi makanan yang ia buat terlebih dahulu. "Pas! Enak!" katanya sambil menganggukkan kepalanya beberapa kali.

Hingga seorang gadis yang sekarang berada di belakangnya mencomot satu mendoan yang di buat oleh sang kakak dengan seenak jidat, dia Gracia, nama lengkapnya Gracia Abirupa, gadis yang memiliki gigi gingsul yang akan terlihat jika ia tersenyum, hidungnya mancung dengan senyumannya terlihat manis. Seharusnya dia melajutkan kuliahnya, tetapi dia memutuskan untuk berhenti di tengah jalan demi tak merepotkan kakaknya. Gracia sekarang bekerja dengan kerjaan yang tak jelas, dia hanya bekerja jika ada yang membutukannya, seperti membereslan rumah, mencuci pakaian atau menyetrika pakaian di rumah orang.

"Gee.." kata Shani pada Gracia yang hanya cengengesan setelah menikmati satu mendoan.

"Sore ini kamu ada kerjaan?" tanya Shani, menatap Gracia yang sekarang duduk di kursi yang tepat berada di sampingnya.

Gracia menggelengkan kepalanya. "Gak tahu, gak ada kerjaan sore ini,"

"Ga usah kerja, lebih baik lanjutin kuliah kamu, Kakak ada uang kok kalo kamu memang mau lanjutin,"

"Aku gak mau ngerepotin Kakak, lebih baik uangnya di simpan aja buat kebutuhan mendadak," jawabnya sambil tersenyum pada Shani. Tak apa jika Gracia tak melanjutkan sekolahnya pada jenjang kuliah, Gracia memang sudah memilih untuk bekerja dari pada kuliah.

Suara pintu yang terbuka mengalihkan perhatian mereka, di sana terdapat tiga remaja yang tengah menggunakan seragam SMA, dan juga dua orang perempuan yang tampak memakai pakaian biasa.

Yang langsung mendudukkan dirinya di kursi tanpa tersenyum sama sekali itu Gita, nama lengkapnya Agita Akankala, dia juga seharusnya sudah memasuki jenjang kuliah, tetapi Gita menolak permintaan Shani yang menyuruhnya untuk kuliah. Dia pribadi memang memiliki.sikap yang lebih cuek dari pada saudara-saudaranya, bahkan dia terlihat tak perduli dengan lingkungan sekitarnya, terkecuali keluarganya.


Sementara sekarang dirinya memutuskan untuk menyewa ruko untuk membuat Toko Service barang-barang elektronik, sejak kecil Gita memang sudah dekat dengan barang-barang elektronik, bahkan dia sudah bisa memperbaiki remote televisi yang rusak saat masih berumur tujuh tahun.

Malamnya Gita beberapa amplop coklat berisi beberapa lembar uang di bawah bantal Shani yang tengah tertidur, lalu dia pergi ke kasurnya untuk tidur. Esoknya Gita akan berangkat ke Toko Service miliknya, namun secara tiba-tiba Shani melemparkan amplop coklat itu pada punggung Gita yang tengah memakai sepatu.

"Kenapa?" Gita langsung menatap Shani yang tengah terbalut sedikit amarah.

"Gak perlu kasih Kakak uang, lebih baik uangnya kamu pakai untuk kuliah kamu," Shani menatap.Gita tanpa tersenyum sama sekali.

Kotak Harapan dan Kisahnya || ENDWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu