1.7 || Penampilan Si Penyuka Gitar

1.3K 122 4
                                    

Jarak rumah sakit dari sekolah memanglah cukup jauh, Zee dan Muthe memutuskan untuk pergi menaiki angkutan umum. Walaupun itu akan menguras uang jajan mereka tetapi tak apalah jika uang itu di pakai untuk bertemu dengan Shani.

Tak membutuhkan waktu yang lama lagi untuk mereka berdua sampai di rumah sakit. Di lihatnya di ruangan Shani tak ada siapa-siapa, hanya ada Shani yang sedang memejamkan matanya, tak ingin mengganggu sang kakak, mereka berdua hanya duduk di dua kursi yang berada di samping kasur Shani. Kemanakah ketiga kakaknya ini?

Zee lupa belum makan sejak tadi, sarapan pun tidak karena mereka terlambat bangun. Berbeda dengan Muthe yang sudah makan terlebih dahulu di kantin sekolah tadi. "The, aku beli makanan dulu ya ke bawah." katanya yang diangguki Muthe, dia masih sibuk memainkan ponsel milik Gracia yang ia dapatkan di meja yang berada di sampingnya sekarang.

Bosan dengan ponsel Gracia dirinya hanya menatap sang kakak yang memejamkan matanya dengan nafas teratur. Sedikit sedih melihat sang kakak, rambut indah milik sang kakak itu sudah sangat tipis.

Perut Muthe terasa sakit, apa ini efek memakan mie di kantin sekolah tadi ya? Sepertinya iya, Muthe menambahkan begitu banyak sambal pada mienya tadi. Dia pergi ke toilet, meninggalkan Shani yang tertidur sendirian.

Hanya cukup 10 menit Muthe berada di kamar mandi. Dia kembali masuk ke dalam ruangan Shani, tangisan menggema di dalamnya. Apa yang terjadi? Kenapa Gracia memeluk tubuh Shani begitu erat sambil menangis kencang?

Zee berada disana sambil menangis. Otak Muthe berusaha berpikir positif, tapi tak bisa! Dirinya sedikit berlari pada Shani yang kini tengah di peluk oleh Gracia. Matanya berkaca-kaca melihat Shani yang terbaring dengan mata yang tertutup dan juga detak jantung yang sudah hilang. Tolonglah, Muthe hancur sekali sekarang.

Dia menangis sejadi-jadinya disana, sebelum dokter menyuruh untuk keluar terlebih dahulu untuk memeriksa Shani, mencabut infus dan akan dipindahkan pada ruang mayat, ruangan yang Shani gunakan akan segera digunakan oleh orang lain.

° ° °

Embun pagi menyejukan pagi hari ini, Zee masih terduduk di sofa sejak malam. Semalaman dirinya tak tidur, hanya menonton televisi, lebih tepatnya televisi yang menontonnya. Pandangan Zee memang menuju televisi itu, tapi pikirannya berada di arah lain. Dia masih terpukul atas kepergian sang kakak.

Semalaman dirinya dan Gita sama sekali tak tidur, Zee hanya diam di sofa, sementara Gita diam di luar rumah sambil merokok. Sekarang dirinya pergi ke ruko, meninggalkan Zee yang terbangun di rumah ini sendirian, kakak dan adik-adiknya belum bangun.

Siang nanti, Zee harus mengikuti lomba itu, apa dia akan mengikutinya ya? Atau mungkin tidak? Zee kebingungan, padahal dirinya ingin Shani hadir di perlombaan ini, tetapi takdir berkata lain.

Pintu kamar terbuka, langsung menampilkan Gracia dengan mata sembabnya dengan handuk yang berada di bahunya. Tak bicara sama sekali, dirinya langsung masuk ke dalam kamar mandi. Di ikuti oleh Eli yang keluar juga dari kamar mandi, dia menghampiri Zee yang terduduk di sofa sambil menatap televisi.

"Semalem gak tidur?" tanya Eli.

Zee menggeleng. "Tidur, sebentar." Zee berbohong agar tak di marahi sang kakak, nyatanya dia tak tidur sama sekali semalam.

Eli menghembuskan nafasnya pelan, setelah Gracia keluar dari kamar mandi, dia segera masuk ke dalam untuk sekedar mencuci mukanya dan sikat gigi.

Kotak Harapan dan Kisahnya || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang