2.6 || Nikah, Yuk?

861 81 11
                                    

Matahari belum terbit sekarang, hari masih gelap. Hari ini terasa begitu dingin di kulit Gracia, hidungnya menghirup udara segar hari ini. Di lihatnya pemandangan adik-adiknya yang masih tertidur pulas, tetapi di sana tak ada Gita, kemana pergi nya anak itu? Gracia tak jarang khawatir jika Gita tidak pulang ke rumah. Dia segera membuka ponselnya, membuka room chat Gita lalu memberi Gita beberapa pesan.

Agitaa

Gita.

Di mana? Tidur di mana?

Nanti pulang ya.


Namun Gita tidak mengaktifkan ponselnya, Gracia menyimpan kembali ponselnya lalu menyambar handuk yang tergantung di paku kamarnya, dia harus segera mandi lalu menyiapkan sarapan untuk adik-adiknya pergi ke sekolah.

Gracia tak terlalu mahir memasak, mereka sekarang lebih cenderung membeli dari pada memasak. Dahulu Shani lah yang mahir dalam memasak, Gracia tak terlalu tahu menahu soal memasak. Dia hanya menggorengkan telur untuk ketiga adiknya, seperti pada hari biasanya.

Ini saatnya Gracia membangunkan ketiga adiknya, seperti biasa Zee sudah bangun terlebih dahulu, dia langsung masuk ke dalam kamar mandi. Sementara Muthe dan Christy masih memeluk gulingnya masing-masing.

Singkatnya mereka kini sedang sarapan bersama, Gracia tak sarapan sekarang, dia hanya melihat ketiga adiknya sarapan dengan tenang. Gracia bilang dia belum lapar, dan akan makan nanti saja, padahal persediaan telur mereka habis, jadi Gracia tak bisa makan apapun. Nasi pun akan habis di makan mereka bertiga, tak apalah, Gracia bisa makan nanti.

Gracia akan pergi berkerja bersama Sean. Sean sudah mengatakan kemarin malam melalui pesan yang di kirimnya jika dia akan menjemput Gracia di rumah untuk pergi bekerja bersama. "Engga ada yang ketinggalan?" tanya Gracia sambil menyiapkan barang-barangnya.

Mereka semua menggelengkan kepalanya, Gracia masuk ke dalam kamar, melihat Eli yang masih tertidur. Di sana ada juga dasi sekolah berwarna abu-abu yang tergeletak di lantai, berserta dengan kotak pensil berwarna pink. Gracia membawanya keluar, dia memasukkan kotak pensil berwarna pink itu pada tas Muthe. "Untung engga ketinggalan." katanya sambil menutup kembali resleting tas Muthe, yang di lakukan Muthe hanyalah terkekeh kecil sambil menalikan tali sepatunya.

Gracia juga memasangkan Zee dasi kala adik yang tingginya melebihi dirinya itu berdiri. "Lain kali lihat dulu, jangan main bilang engga ada yang ketinggalan,"

"Iyaa kak. Maaf ya." kata Zee sambil mengecup pipi Gracia cepat, setelahnya anak itu malah terkekeh kecil sambil tersenyum pada Gracia.

"Kakak berangkat sama siapa?" tanya Christy, kini dia berdiri juga.

"Kak Sean." Gracia memakai sepatunya sekarang.

"Cielah, udah di jemput-jemput aja nih." Zee menutup mulutnya menggunakan tangan sambil menaik turunkan alisnya, menggoda Gracia.

Suara motor berhenti di halaman rumah mereka, Gracia dan lainnya segera keluar rumah. Sean di sana, dia membawa satu helm di tangannya. Gracia, Zee, Muthe beserta Christy menghampirinya.

"Eh, mau pada berangkat sekolah ya?" tanya Sean sambil memberikan Gracia helm.

"Iya nih kak. Kita mau pergi sekolah," Sean hanya ber-oh ria mendengarkan jawaban Zee. "Yaudah kak. Kita mau berangkat dulu ya!" Zee menyalami Sean dan juga Gracia, di ikuti oleh yang lainnya.

Kotak Harapan dan Kisahnya || ENDWhere stories live. Discover now