1.0 || Kalian Terlalu Sibuk!

1.3K 123 3
                                    

Suara ambulance terdengar tadi, Shani masuk ke dalam Unit Gawat Darurat sekarang. Gracia langsung menelpon ambulance tadi, langsung karena tak ingin Sang Kakak kenapa-kenapa. Kini semua hanya mampu diam di luar dengan tangisan yang mendalam, terutama dari Muthe dan Christy, sejak tadi mereka sudah menangis, hidungnya sampai memerah.

Gracia, Eli dan Zee juga menangis, namun tak histeris seperti Muthe dan Christy, mereka terlihat lebih tenang walaupun hati mereka sama sekali tak bisa tenang. Gita juga hanya mampu menyenderkan tubuhnya pada tembok, duduk di lantai rumah sakit sambil menundukkan kepalanya, berusaha terlihat kuat walaupun dia juga sakit melihat Sang Kakak yang tergeletak di lantai dengan darah yang keluar dari hidungnya.

Kekhawatiran Gracia sudah tak bisa dibendung lagi sekarang, bibirnya terus ia gigit karena gelisah. Zee pun begitu, dia hanya menyenderkan tubuhnya di kursi rumah sakit dengan hidung yang memerah, matanya tak henti-henti mengeluarkan air mata.

Sesekali Eli berdiri untuk meringankan rasa khawatirnya, mondar-mandir lalu terduduk lagi dengan raut wajah cemas. Dia juga terkadang mengelus punggung Muthe dan Christy, berusaha menenangkan kedua adik bungsunya.

Pintu terbuka, mereka semua segera pergi ke arah pintu yang terbuka. "Keluarga pasien?"

"Iya, kami semua adiknya," jawab Gita dengan suara yang serak, terlalu banyak menahan tangis.

"Untuk perwakilan, boleh salah satu ikut saya?" kata Dokter laki-laki itu.

Gracia mengikuti dokter itu, masuk ke dalam ruangan, di sana terdapat Shani yang masih tak sadarkan diri dengan selang infus yang ada di tangan kanannya, Gracia merasa sedih sekali kala melihat Shani, Kakaknya yang terbaring dengan keadaan tak sadarkan diri.

Setelahnya Gracia dan Dokter itu duduk di kursi yang ada di sana. "Sebelumnya maaf, keluarga ada yang tau jika pasien mengidap penyakit?"

Jantung Gracia kembali berdebar kencang. "Penyakit?"

"Iya. Pasien mengidap Kanker Otak," Gracia menatap Dokter itu tak percaya, matanya berkaca-kaca, dia hanya mampu menutup mulutnya sambil menangis kecil.

"Stadium tiga, hampir mencapai stadium akhir. Bisa di lihat dari gejala yang di alami pasien, dia akan sering mengalami mimisan, dia juga akan merasakan pusing yang amat hebat, lalu lohat rambutnya, itu sudah mulai rontok,"

"Saran dari saya, pasien harus segera melakukan operasi, paling tidak dia harus di rawat di sini selama beberapa hari. Silahkan menuju administrasi." kata Dokter itu sopan, sambil tersenyum dia mengatakan hal itu pada Gracia yang masih menutup mulutnya tak percaya, dirinya masih mematung ditempat.

"Adik saya yang lain, boleh masuk kan Dok?"

"Silahkan. Asalkan jangan terlalu berisik,"

Gracia memberi tahu mereka untuk segera masuk, Dokter itu keluar dari dalam ruangan. "Kak Gre, kak Shani kenapa?" tanya Zee kala ia melihat sang kakak yang terbaring lemah dibankar rumah sakit.

Gracia belum menjawab sama sekali, dia masih menatap lantai dengan tatapan kosong. "Kanker Otak," Baru satu kata yang keluar dari mulut Gracia sudah mampu membuat mereka semakin rapuh, Gita hanya mampu menangis sekarang, Eli dan Zee pun juga begitu. Mereka menangis di sana dengan nafas yang tak teratur.

"Stadium tiga, hampir mencapai Stadium akhir," Kalimat itu membuat semua semakin tak bisa apa-apa, hanya bisa menangis sambil menundukkan kepala, begitu pun dengan Gracia yang terus mengusap air matanya.

"Harus segera di Operasi."

° ° °

"Mbak, saya janji bakal bayar nanti," Gracia terus memaksakan kehendak di depan administrasi.

Kotak Harapan dan Kisahnya || ENDWhere stories live. Discover now