0.6 || Dia Kenapa?

1.4K 130 5
                                    

Pagi hari begitu terasa dingin sekarang, Zee baru terbangun dari tidurnya, ia menatap jam dinding yang baru menunjukan pukul 05.30 WIB. Zee sedikit mengucek matanya yang masih mengantuk, menguap lalu meregangkan kedua tangannya. Saudara nya yang lain masih tertidur pulas, Muthe dan Christy masih tidur dengan posisi yang sulit di deskripsikan. Kakak-kakak nya yang lain juga masih tertidur, Gita, Eli dan Gracia. Sementara Shani sudah tak ada di tempat tidurnya, mungkin dia sedang berada di dapur.

Zee menatap kaca di kamar, matanya sembab karena menangis semalam. Tak mempedulikan matanya yang sembab, Zee langsung keluar kamar dengan membawa handuk. Akan pergi mandi. "Pakai air anget, udah ada di kamar mandi," kalimat yang terlontarkan dari mulut Shani hanya di balas anggukan oleh Zee. Ngambek ceritanya.

Zee melakukan ritual mandi nya, sementara Shani kembali memasak air untuk dua adiknya lagi mandi. Melihat pagi ini yang begitu dingin Shani segera memasak air, takut adiknya sakit jika mandi menggunakan air dingin. Muthe dan Christy sudah terbangun dari tidurnya, biasanya harus di bangunkan Shani, tetapi kali ini adalah moment yang cukup langka. Christy menyenderkan kepalanya di pundak Shani. "Dingin Kak," Dia memeluk Shani erat, menyembunyikan wajahnya di dada Shani.

"Iya dingin. Kakak lagi siapin air anget, nanti kamu sama Muthe mandi nya pakai air anget kok, gak akan dingin," katanya sambil membawa Muthe juga ke pelukannya. Mengelus kepala kedua adik bungsu nya dengan tersenyum manis, Shani suka jika Christy dan Muthe sedang bersifat manja seperti ini, lucu sekali.

Zee keluar dari kamar mandi, tangannya masih basah oleh air. Dengan sifat jahilnya Zee mencipratkan air itu tepat di wajah Muthe dan Christy yang sedang memejamkan matanya. "Zee!" kesal mereka berdua, sedangkan si pelaku langsung masuk ke dalam kamar.

"Jangan berisik, nanti Kakak-kakak kalian yang lainnya kebangun," Shani memperingati.

Christy dan Muthe mencebikkan bibirnya, lihat saja balas dendam mereka nanti. Shani melepaskan pelukan mereka dengan lembut, lalu menyiapkan air hangat untuk mereka berdua mandi. "Kita mandi bareng aja Kak," kata Muthe yang di angguki Christy. Shani hanya menggelengkan kepalanya pelan sambil terkekeh kecil, mereka memang suka mandi bersama, padahal sudah SMA, tak ada malu-malunya.

Shani menyiapkan sarapan untuk mereka, kali ini Shani hanya menggoreng telur untuk sarapan ketiga adiknya dan dirinya. Zee duduk di kursi, masih menggunakan sunscreen milik Gracia yang ia temukan di kamar. Tak izin terlebih dahulu karena pemiliknya masih berada di alam mimpi, kalau pun sudah bangun pun tak akan izin. Zee memang senang memakai barang ketiga kakaknya.

Tak membutuhkan waktu lama Muthe dan Christy keluar dari kamar mandi. Membalaskan dendam nya tadi mereka berdua langsung mencipratkan air tepat di wajah Zee. "Astaga!" Setelahnya mereka berlari ke kamar tanpa meminta maaf sedikit pun. Lalu Zee? Sibuk mengelap wajahnya menggunakan lengan bajunya.

° ° °

Matahari tepat berada di tengah sekarang, panas begitu terasa di tubuh, keringat pun akan mengucur dimana-mana. Di sana ada Gracia yang sedang mengendarai sebuah motor matic dengan kecepatan sedang. Di belakangnya ada karung dengan berbagai kotak, tak hanya di belakang, di depan juga ada sebuah karung yang isinya sudah tinggal setengah. Gracia mengendarai motornya dengan fokus, lalu berhenti di beberapa rumah untuk mengantarkan pesanan mereka.

Kalian tau Gracia sedang apa? Ingat kala Gracia meminta pekerjaan pada Gita? Tepatnya sekarang dia bekerja menjadi kurir paket, walaupun Gracia harus mengorbankan kulit putihnya dan mulai berpanas-panasan, ia sama sekali tak  peduli sekarang, yang terpenting sekarang ia memiliki pekerjaan yang tetap. Gracia terus mengantarkan berbagai paket ke rumah-rumah, tak mengenal lelah walaupun keringat terus mengucur di dahinya. Tak mengenal 'Gengsi' karena ini demi keluarga dan juga dirinya.

Kotak Harapan dan Kisahnya || ENDWhere stories live. Discover now