2.8 || Obrolan Ringan

701 77 1
                                    

Sean dan Gracia kini duduk di atas motor masing-masing, mereka lagi-lagi tak sengaja bertemu, Sean sedang istirahat dan tanpa sengaja Gracia melihatnya. Gracia langsung menghampiri Sean yang tengah duduk di atas motornya.

Gracia akan membicarakan sesuatu pada Sean. "Sean," Sean menoleh, Gracia menatapnya dengan lekat.

"Ini tentang menikah," Gracia menundukkan kepalanya. "Kayaknya aku gak bisa,"

Sean membulatkan matanya. "Kenapa?"

"Sean, maaf. Pernikahan bukan tentang siap atau enggak siap doang. Aku juga perlu uang untuk menikah, aku takut membebani kamu. Aku gak punya uang sebanyak itu untuk menikah Sean," kata Gracia sambil menatap mata elang milik Sean.

Sean menggelengkan kepalanya. "Enggak Ge. Semua biaya menikah kita akan aku tanggung. Kamu gak perlu khawatirin itu, aku ngajak kamu menikah karena aku siap sama semuanya. Aku siap nanggung biaya nikahan kita tanpa ngerasa terbebani Ge," Sean menyimpan kedua tangannya di bahu Gracia.

"Aku siap dalam semuanya. Aku udah mempersiapkan semuanya, kamu gak perlu ngerasa gak enak sama aku," kata Sean sambil mengelus kepala Gracia lembut.

Gracia diam tanpa berbicara, Sean melepaskan tangannya dari bahu Gracia lalu menatap ke arah depan, dia terkekeh kecil. "Kalo aku ceritain dari awal. Sebetulnya aku udah siapin ini dari lama, tapi aku baru bilang sekarang aja ke kamu nya,"

"Mami sebenernya udah tau kamu, Papi juga. Aku suka ceritain tentang kamu ke mereka, kata mereka kalo aku mau nikah aku tinggal bilang aja. Aku bilang itu, sebelum kita ke undangan. Mami Papi juga keliatan seneng, karena mereka pengen aku segera menikah," kata Sean sambil terkekeh kecil.

"Makanya aku ajak kamu nikah," Sean kini kembali menatap Gracia yang diam membisu, dia kembali menaruh tangannya pada bahu Gracia. "Ge. Aku ngajak kamu nikah bukan tanpa kesiapan, aku udah siapin semuanya. Tetep mau nikah sama aku ya Ge?"

Gracia tersenyum. "Aku mau nikah sama kamu, kalau adik-adik aku udah kasih restu," Sean mengelus kepala Gracia lembut, tangannya kini terlepas dari bahu Gracia.

Sean tersenyum manis. "Aku bakalan usaha buat dapetin restu dari adik-adik kamu. Besok malem aku ke rumah kamu, aku pengen ketemu adik-adik kamu. Besok aku bakalan minta ke Abin biar kamu libur, sehari aja,"

"Siangnya aku mau bawa kamu ke rumah Ge. Mami Papi juga pengen ketemu kamu, siap kan?"
"Tiba-tiba banget,"

"Biar cepet nikahnya." Sean dan Gracia kini tertawa.

° ° °

Malamnya semua berkumpul di ruang tengah, tengah berbincang-bincang mengenai hari yang mereka lalui tadi, sudah lama tak seperti ini, semuanya di awali oleh Zee, lalu yang lainnya mulai menimpali. "Oh ya! Aku ada cerita nih."

Kini seluruh pasang mata menatap Zee dengan bergitu serius dan juga dengan beberapa rasa penasaran. "Eh- Ini boleh di ceritain gak sih?" Zee bertanya pada Muthe dan Christy yang sudah tau lebih dulu.

"Boleh lah, ini kan info ter-wow sepanjang kita sekolah," jawab Muthe yang di angguki oleh Christy.

"Di sekolah kita! Ada yang tiba-tiba nikah!" Gracia dan Eli membulatkan matanya dengan sempurna, mereka semakin mendekati Zee, berbeda dengan Gita yang terlihat tidak peduli, tetapi telinganya pun tetap mendengarkan.

"Siapa? Kok bisa sih?" Gracia mengerutkan keningnya, jiwa-jiwa menggosip Gracia seketika keluar.

"Ada pokoknya. Temen sekelas Zee. Katanya sih dia nikah karena di jodohin, tapi ini info tuh lagi menyebar banget," kata Zee sangat menjiwai. "Banyak banget yang kaget karena bener-bener tiba-tiba banget, lagi pula anaknya pinter. Kayak Zee merasa tanggung aja gitu, soalnya dia kan sama kaya Zee, udah kelas dua belas,"

"Bisa jadi dia hami-" Eli berteriak kala Gita menepuk mulutnya cukup kencang, Eli mengelus mulutnya, sementara yang lainnya hanya menertawakan Eli. "Kan bisa jadi Git, belum tentu juga,"

"Tapi ngomong-ngomong tentang nikah ya," Eli mendekatkan dirinya pada Gracia, dia menyenggol bahu Gracia pelan. "Kakak gak ada niatan nikah gitu?"  kata Eli sambil menaik turunkan alisnya.

"Kalo kata aku sih, nanti kalo Kak Gre mau nikah cowoknya harus kita introgasi dulu," kata Zee yang di angguki oleh Muthe dan Christy.

Eli mengangkat jempolnya. "Bener tuh!"

Gracia hanya terkekeh kecil. "Kalian memang siap di tinggal Kakak nikah?"

"Siap-siap aja sih, kita juga udah cukup dewasa Kak Gre. Jadi Kak Gre gausah khawatir sama kita kalo Kak Gre mau nikah, ya 'kan?" Mereka mengangguk dengan pernyataan Eli, kecuali Gita.

"Tetep aja lah. Kakak tetep khawatir, Kakak takut kalian kenapa-kenapa," Gracia tersenyum tipis.

"Kita udah bisa jaga diri kita masing-masing. Zee juga udah kelas dua belas, Zee udah siap kalo di tinggal Kak Gre nikah," kata Zee menyakinkan.

Gita beranjak dari tempatnya duduk, menuju keluar rumah sambil membawa rokoknya.

Gracia berniat menahan Gita, tetapi dia mengurungkan niatnya. "Kalian tidur duluan aja ya?" Zee, Muthe dan Christy mengerti, mereka masuk ke dalam kamar lalu menutup pintu kamar rapat-rapat.

Sementara Gracia dan Eli kini keluar rumah, menyusul Gita yang tengah merokok di teras rumah sekarang. Gita mematikan rokoknya kala Gracia dan Eli datang menghampirinya. "Kapan lo nikah?" tanya Gita sambil mengerutkan keningnya.

"Hah?"

"Lo sama cowok lo. Kapan nikah?" tanya Gita sekali lagi.

"Lo tau dari mana?" Sebetulnya Gita memang sudah curiga dari awal jawaban Gracia dari pertanyaan Eli. Dia sudah memiliki pikiran bahwa sang kakak memang sudah merencanakan untuk menikah.

"Feeling." kata Gita singkat.

Gracia menghembuskan nafasnya pelan, Gracia dan Eli harus tau tentang ini menurutnya. "Setelah dapet izin buat nikah dari kalian semua, Kakak bakal di nikahin sama Sean. Mungkin dua bulan setelah kalian ngasih izin,"

Eli membulatkan matanya. "Lo siap Kak?"

"Siap. Semoga siap. Tapi Kakak belum bisa ninggalin kalian," jawab Gracia sambil menundukkan kepalanya.

"Nikah butuh uang Kak," kata Eli.

"Dia siap tanggung semuanya Li. Kakak udah nolak, tapi dia tetep pengen itu, Kakak juga gak enak sama dia. Tapi dia tetep mau itu,"

"Dia bakal kerumah besok malem, Kakak harap kalian ada di rumah besok,"

Eli menghembuskan nafasnya pelan, dia menatap Gita yang kini tengah menatap Gracia. "Gue setuju selama cowok lo itu cowok baik-baik. Tapi kalo cowok lo cowok yang gak bener, gue gak akan diem aja Kak,"

"Gue ikut Gita."






























































Tbc.

Duh, otw minta restu Seannya.

Vote and Comment!

-pikaa

Kotak Harapan dan Kisahnya || ENDWhere stories live. Discover now