Epilog || Membuka Kotak Harapan

1.4K 123 11
                                    

Semilir angin meniup pelan rambut panjang seorang gadis yang tengah berdiam diri di hadapan sebuah rumah yang sudah lama tak ia kunjungi sejak kejadian enam tahun lalu yang membuatnya hancur sehancur-hancurnya. Kini Christy datang kembali ke rumah ini, rumahnya dengan memakai pakaian khusus yang biasanya di pakai untuk wisuda, dia terlihat memakai toga sambil menatap rumah dengan banyak kenangan di setiap sudutnya. Christy tak hanya datang sendirian, dia datang bersama perempuan dengan rambut berwarna coklat, perempuan yang memiliki gummy smile menjadi dekat dengan Christy setelah kejadian enam tahun lalu.

Chika, adik dari laki-laki yang seharusnya menjadi kakak ipar Christy, tetapi sayang, dia juga harus tewas saat kejadian itu. Christy menjadi lebih dekat dengan Chika setelah mereka saling tau, saling memahami jika mereka sama-sama kehilangan di waktu yang bersamaan. Chika selamat dari penembakan masal dan juga bom yang meledak karena dia sedang berada cukup jauh dari gedung tempat Sean dan Gracia menikah.

Kala itu Chika sedang menemui kekasihnya yang baru saja sampai di Jakarta setelah sekian lama melaksakan pendidikannya di Jepang, Chika menjemput kekasihnya itu di Bandara, padahal kala itu satu-satunya kakak laki-laki Chika sedang menikah. Tapi tenang saja, kala itu Chika juga izin terlebih dahulu pada kedua orang tuanya untuk menjemput Aran di Bandara.

Chika kini menatap Christy yang tengah menatap rumahnya sambil tersenyum tipis, dia tau Christy pasti sangat merindukan ke-enam kakaknya. Apalagi dia kembali datang ke rumah ini yang pastinya banyak menyimpan kenangan, setelah kejadian enam tahun lalu Christy tak pernah berani menginjakkan kakinya di rumah ini, bukan apa-apa, dia selalu merasa sedih setiap melihat rumah dengan banyak kenangan ini.

Christy berjalan lebih dekat, menatap teras rumah yang dahulu sering di tempati Gita, kakak ketiganya dan juga Zee, kakak kelimanya. Dahulu, setiap malam Zee sering memainkan gitarnya di sini, terkadang dia mengiringi Eli bernyanyi dengan permainan gitarnya di tempat ini.

Christy perlahan membuka pintu rumahnya menggunakan kunci rumahnya yang dahulu ia simpan baik-baik. Pintu rumahnya kini terbuka lebar, dia menatap ruangan tengah yang dahulu sering di pakai oleh anggota keluarganya untuk berkumpul, sofa lusuh dan juga karpet yang berada di bawahnya itu selalu menjadi tempat dengan kenangan yang lumayan banyak di rumah ini, dia mendudukkan dirinya di sofa yang sudah cukup berdebu sambil menatap televisi yang dahulu sering kali rusak karena televisinya sudah cukup kuno, untungnya mereka memiliki Gita yang bisa memperbaiki televisi tersebut.

Di sini mereka sering kali berkumpul sambil sedikit berbincang-bincang tentang apapun itu, di sini juga mereka sering melakukan kegiatan mereka masing-masing, seperti Shani, Eli, Muthe dan dirinya yang selalu sibuk menonton serial drama di televisi, lalu Zee yang sibuk memainkan gitarnya, terakhir ada Gracia dan Gita yang selalu sibuk memainkan ponselnya.

Christy kembali berdiri lalu menatap sekeliling, dia mendapatkan sebuah mesin jahit yang sering ia lihat di rumah ini, itu sebuah mesin jahit kecil yang di beri nama oleh Muthe 'Jeno', dahulu dia sering menemani Muthe untuk menjahit di sini. Lalu dia berjalan menuju meja makan dengan empat kursi di sekelilingnya, dia menatap meja kompor yang dahulu sering di pakai oleh Shani, kakak pertamanya untuk memasak di sini.

Dia juga mengingat di mana setiap hari selain di hari libur, dirinya, Muthe, Zee dan Shani sering sarapan dengan menu sederhana di sini. Dia lalu kembali berjalan menuju kamar yang paling banyak menyimpan kenangan untuknya, setelah menghembuskan nafasnya pelan dia segera membuka pintu kamar itu perlahan.

Sungguh, Christy tak sanggup menahan air matanya lagi, beberapa tetes air mata mulai mengalir di pipinya, Christy mengusapnya lalu semakin masuk ke dalam kamarnya itu. Kamar dengan tujuh kasur di sana, dua menggunakan kasur tingkat dengan dua tingkatan dan satu kasur tingkat dengan tiga tingkatan. Di sebelah kanan terdapat satu kasur dengan dua tingkatan yang di pakai oleh Eli dan Gita, Eli di bawahnya sementara Gita di atasnya. Di sebelah kirinya juga terdapat kasur yang sama, itu tempat tidur Shani dan Gracia, Shani tidur di bawahnya, sementara Gracia di atasnya. Dan di hadapannya sekarang itu kasur dengan tiga tingkatan, kasur paling bawah itu di gunakan oleh dirinya, di tingkatan kedua itu kasur Muthe, lalu yang paling atas itu kasur Zee.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 19 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kotak Harapan dan Kisahnya || ENDWhere stories live. Discover now