0.1 || Tolong Maafkan

2.3K 167 12
                                    

Matahari sudah mulai menyinari dunia, di mana matahari tersebut sudah ada di sebelah timur. Terdengar juga para manusia-manusia yang mulai melakukan kegiatan masing-masing, suara kendaraan pun mulai terdengar. Hingga terlihat ada Shani yang tengah membangunkan ketiga adiknya, dari mulai Zee, Muthe dan juga si bungsu Christy.

Shani menyalakan lampu kamar mereka, tak hanya ada Zee, Muthe dan Christy. Di sana juga ada Gracia, Gita dan Eli yang masih tertidur nyenyak. Ternyata Zee bangun lebih awal, sekarang dirinya tengah menyiapkan peralatan sekolah, setelahnya dia akan segera mandi.Sementara Muthe dan Christy masih berada di alam mimpi.

"Muthe, ayok bangun.." kata Shani sambil mengelus kepala Muthe lembut, sementara yang masih tertidur itu hanya menggeliat, mengubah posisi tidurnya lalu kembali memeluk guling tanpa membuka matanya sama sekali.

Shani beralih menuju Christy yang kasurnya berada di atas Muthe. Kebetulan mereka semua satu kamar, ada dua kasur yang memiliki dua tingkatan dan satu kasur yang memiliki tiga tingkatan. "Christy, sayang. Ayok bangun, sekolah," Shani berkata lembut, mengelus puncak kepala Christy sambil tersenyum, begitu lucu di matanya saat Christy tidur seperti ini, pipi nya yang menggembung membuat Shani tak jarang merasa gemas pada adik bungsu nya ini.

Christy bangun dari tidurnya. "Iya kak, udah bangun kok Kitty," katanya sambil mengucek mata. Setelah Christy bangun, di susul oleh Muthe yang masih menguap dan mengucek matanya.

"Mandi gih, bau tau kalian," kata Shani sambil menutup hidungnya.

"Ish! Orang gak bau," kata Muthe lalu segera  keluar dari dalam kamar lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandinya.

Christy masih saja mengucek matanya, menatap Shani dengan matanya yang masih terlihat mengantuk. "Bobo nya bisa di lanjut pulang sekolah nanti, sekarang mendingan kamu siapin dulu barang-barang buat ke sekolah, abis itu mandi. Giliran sama Mumuchang," Shani mengusap kepala Christy yang hanya mengangguk tanda mengerti.

Shani keluar dari dalam kamar lalu pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuk ketiga adiknya yang hendak pergi ke sekolah, untuk tiga adiknya yang lain, mereka bisa makan nanti. Zee duduk di meja makan, menatap Shani yang sedang memasak Nasi Goreng untuknya dan kedua adiknya.

"Kak," panggil Zee, Shani menoleh lalu menaikkan satu alisnya.

"Kapan sih kita bisa sarapan dengan anggota keluarga yang lengkap lagi," lanjutnya dengan tatapan yang menginginkan hal itu terjadi, kegiatan sarapan bersama itu mulai hilang ketika Kakak-kakaknya kehilangan kebiasaan bangun pagi, tak hanya karena itu juga, tetapi karena sekarang Shani, Gita dan Eli sudah tidak terlalu dekat akibat masalah kuliah.

Shani menghembuskan nafasnya pelan. "Kapan-kapan," jawaban Shani selalu itu-itu saja.

Zee mengangguk tanda paham, walaupun di dalam lubuk hatinya sebenarnya ia kurang puas dengan jawaban Shani. Setelah mereka semua sarapan, mereka pergi bersama-sama menuju sekolah. Sampai di mana mereka harus berpisah dengan Shani karena perbedaan arah tujuan mereka.

Zee mencium tangan Shani, begitu pula dengan Muthe dan Christy. "Sekolah yang bener, belajar sampe pinter. Biar jadi sarjana!" kata Shani sambil tersenyum, dia juga mengelus pelan kepala adiknya satu persatu.

Shani merogoh sakunya, memberikan uang pada Muthe dan Christy. "Eh, Zee ngga usah. Masih ada uang sisa kemarin kok," tolak Zee, dia langsung mengembalikan uang itu pada tangan Shani.

Kotak Harapan dan Kisahnya || ENDWhere stories live. Discover now