2.9 || Restu

716 75 4
                                    

Siang hari ini cukup cerah, Gracia kini sedang bersiap diri untuk menunggu jemputan Sean. Hari ini cukup membuat dadanya berdebar kencang, hari ini dia akan bertemu dengan keluarga Sean. Sungguh rasanya sangat menegangkan, Sean sudah memberikan Gracia pesan kemarin malam sebelum Gracia tidur. Katanya, Gracia akan di ajak makan siang di rumahnya.

Motor Sean kini sudah ada di halaman Gracia, Gracia segera menghampiri Sean lalu menaiki motornya, motor mereka kini sudah membelah jalanan. "Aku takut Sean,"

"Gak apa-apa. Mereka pasti terima kamu kok, gak usah khawatir ya," kata Sean berusaha menenangkan rasa takut Gracia.

"Di rumah kamu ada siapa aja?" Lagi-lagi Gracia bertanya.

"Ada semuanya. Mami, Papi, Adik aku juga ada sekarang. Dia sengaja pulang biar bisa ketemu sama kamu," jawab Sean menjelaskan.

"Kamu punya Adik? Kok gak pernah bilang?" Sean menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Kamu gak pernah nanya sih. Tapi tenang aja, dia baik kok, pasti nyambung sama kamu juga, dia cewek soalnya. Dia emang gak di rumah, dia di Jojga buat kuliah." Sean lagi-lagi berusaha menenangkan rasa khawatir Gracia.

Kini mereka sudah di depan rumah yang cukup besar di mata Gracia, rumah dua lantai itu terlihat megah, rumah itu berwarna putih, terparkir dua mobil hitam di parkiran rumah itu. Sean menggenggam tangan Gracia untuk masuk menuju rumahnya.

"Sean," panggil Gracia.

"Gak apa-apa Ge. Jangan khawatir." Sean membuka pintu rumahnya, di sana ada perempuan yang tengah duduk di depan laptopnya langsung menoleh.

"Eh. Hai!" Perempuan itu menghampiri Gracia dan Sean sambil melambaikan tangannya.

Perempuan itu mengulurkan tangannya. "Chika." katanya sambil tersenyum manis.

Gracia membalas senyuman itu. "Gracia." Chika melepaskan tangan Sean dari tangan Gracia, dia memutar bola matanya tajam pada Sean lalu membawa Gracia berjalan lebih ke dalam rumah.
Gracia di bawa menuju ruang makan, disana ada kedua orang tua Sean. "Eh, Gracia ya? Kok sama Chika sih." kata pria dengan rambut yang sudah sedikit memutih.

Gracia menyalami tangan pria itu, dia pasti papanya Sean. "Gracia Om," kata Gracia sambil tersenyum.

"Saya Indra, Papinya Sean." katanya sambil tersenyum juga.

Gracia kini beralih menyalami perempuan yang tengah sibuk menyiapkan makanan. "Tante, Gracia," kata Gracia sambil tersenyum juga.

"Eh, iya Gracia. Saya Tania, Maminya Sean," katanya sambil mengelus lembut kepala Gracia.

Gracia rasanya lebih tenang, dia terima sangat baik oleh keluarga Sean. "Ayok, duduk dulu." kata Mama Sean, Gracia dengan senang hati duduk di samping Mama Sean, sedangkan Chika duduk di samping Gracia.

"Eh, apaan. Gue di sana dong!" kata Sean protes, dia merasa tak terima dengan Chika yang duduk di samping Gracia, Chika juga tak hanya diam, dia beberapa kali mengajak Gracia mengobrol. "Kak Gracia juga suka mbak Taylor? Kaget banget aku seriusan," katanya dengan mata yang berbinar.

Sean memutarkan bola matanya malas. "Sok asik banget, kayak kenal aja," kata Sean berniat menyindir Chika.

Sementara Tania dan Indra kini tertawa sambil menggelengkan kepalanya pelan, sungguh mereka tak heran dengan Chika dan Sean yang setiap bertemu pasti merebutkan sesuatu. Mereka menikmati makan siang terlebih dahulu, setelahnya Tania memulai pembicaraan.

"Gracia," Panggilnya.

"Iya, Tante?" Gracia menjawab.

"Bagaimana? Kamu sudah siap di nikahi Sean?" tanpa basa-basi, Tania langsung menanyakan hal itu.

Kotak Harapan dan Kisahnya || ENDWhere stories live. Discover now