1.8 || Siapa?

1.2K 97 7
                                    

Sejuknya pagi hari mampu membuat Gracia menggeliat, dirinya bangun pukul empat lebih tiga puluh menit. Akhirnya ia bisa bangun pagi, dia akan segera membangunkan ketiga adiknya untuk segera pergi ke sekolah. Zee sudah bangun ternyata, syukurlah, Gracia hanya tinggal membangunkan Christy dan Muthe.

Ini pertama kalinya Gracia membangunkan mereka berdua, Shani yang biasa membangunkan mereka. Cukup berat bagi Gracia bangun di pagi buta seperti ini, dirinya sekarang harus masuk ke dalam kamar mandi terlebih dahulu, menggosok gigi dan juga mencuci wajahnya.

Setelahnya dia akan membangunkan kedua adik bungsunya. Zee sudah melakukan ritual mandinya, terdengar dari dapur suara gemericik air dari kamar mandi. Gracia kembali masuk ke dalam kamar. "Christy, bangun." ucapnya, dia sambil mengambil guling Eli yang terjatuh di lantai untuk di kembalikan pada pemiliknya, Gracia rasanya ingin muntah melihat guling milik Eli yang berwajah kan artis korea favoritnya yang terlihat memakai baju dengan tulisan 'Jaehyun sayang Eli.'

Gracia melemparkan guling itu pada kasur Eli, kembali menatap si bungsu yang masih terlelap dalam mimpi. Ternyata membangunkan mereka sulit sekali. Gracia mengelus lembut rambut Christy. "Ayo bangun.." Christy hanya menggeliat, lalu kembali tertidur nyenyak.

Berpindahnya Gracia pada kasur Muthe. "Muthe, ayo bangun." Sama hal nya dengan Christy, Muthe malah terlihat semakin nyenyak.

Gracia tak sesabar Shani, rasanya ingin marah sekarang, kedua adik bungsunya ternyata bersifat manja. Gracia berusaha menahan emosinya. "Bangun ayok, kalian telat nanti!" Gracia berkata lebih keras. Muthe bangun merentangkan tangannya, bibirnya mengerucut, meminta di peluk. "Mandi dulu, nanti peluknya. Okay?" Muthe mengangguk pasrah, dirinya turun dari kasur lalu pergi ke kamar mandi.

Zee masuk ke dalam kamar dengan baju yang belum sepenuhnya rapih. "Kak lihat dasi aku gak?" Dia mencarinya di lemari.

Gracia menggelengkan kepalanya, dia harus segera membuat sarapan untuk ketiga adiknya, sementara Christy belum bangun juga. Lalu sekarang? Dia harus membantu Zee mencari dasi. Repot sekali.

Sekali lagi dirinya membangunkan Christy, syukurlah dia bangun. "Mandi, abis Muthe." Gracia keluar dari kamar meninggalkan Christy.

° ° °

Gracia sudah sampai di tempat bekerjanya, dia mengandalkan motor bos nya untuk menjadi kurir paket. Berpanas-panasan di bawah terik matahari bukanlah masalah yang besar bagi Gracia, dia sudah semakin terbiasa sekarang.

"Gre," Panggil bos nya, Abin namanya.

Gracia menoleh, mengangkat satu alisnya seolah-olah bertanya kenapa. "Lo hari ini gak perlu anterin paket,"

Dia mengerutkan keningnya. "Lho, kenapa? Saya di pecat Pak?!" Nada bicara Gracia meninggi.

"Ngga, tapi lo harus ajarin seseorang buat antar paket," kata Abin.

Semakin mengerut lah kening Gracia. "Siapa?"

"AAAA!" Suara teriakan itu mampu membuat Abin dan juga Gracia terperanjat kaget, mereka segera masuk ke dalam ruangan belakang.

Di lihatnya di sana ada laki-laki yang sedang terduduk menimpa beberapa paket. Abin dan Gracia membantu laki-laki itu. "Aduh, lo gimana sih. Ini barang orang, rusak nanti," Abin mengomel, terlihat kesal dengan laki-laki yang berada di hadapannya itu.

Kotak Harapan dan Kisahnya || ENDOù les histoires vivent. Découvrez maintenant