6

832 71 0
                                    

Panas nya matahari di siang ini ternyata tak lebih panas dari perasaan gadis yang sedang melipat tangan di depan dada ini, bibirnya mengerucut dan matanya menatap tajam pada sosok laki-laki di depan sana yang malah terlihat santai-santai saja.

Sudah hampir setengah jam rapat antara OSIS dan semua ketua ekskul itu di adakan tapi tak ada satupun yang masuk ke otak nya, pikirannya dipenuhi sumpah serapah pada laki-laki itu.

Bagaimana tidak? dia terlihat mengenaskan sekarang karena hanya dia yang ikut rapat tanpa di dampingi wakil, saat ketua ekskul lain diam-diam saling berdiskusi dengan wakilnya, Ningning malah tak punya orang lain untuk di ajak bicara.

Karina yang seorang bendahara OSIS saja masih sempat duduk di samping wakilnya Yuna sebagai ketua ekskul dance, lalu apa pangkat Jay hingga melirik nya saja tidak? Jangankan untuk duduk bersama, disapa saja dia buang muka, sialan!

"mana boleh gitu sih, baru kali ini gue denger ada lomba ekskul paling menarik, yakin nih nanti gak bakal disabotase?" cecar seseorang, Ningning sangat malas untuk melirik orangnya

"ini emang perintah dari Bu Sarah bukan usulan dari osis, kita bisa bikin lomba ini adil kalau kita semua saling kerja sama, sabotase atau apapun itu gak akan mungkin terjadi karena sebisa mungkin kita bakal bikin semuanya setransparan mungkin. Juri nya juga bukan dipilih, tapi semua orang bisa jadi juri, semua bisa memilih ekskul mana yang terbaik bagi mereka" terang Jihoon, orang yang bertanya tadi tidak mengeluarkan suara lagi, bisa dipastikan semua setuju.

Rapat akhirnya selesai dan Ningning dengan cepat mendekati Jay dan menarik tangannya untuk bicara empat mata

"lo bener-bener mau berhenti? Lo segitu nggak peduli lagi ya sama ekskul kita?"

Jay tak menjawab, wajahnya datar menatap Ningning yang mukanya sudah memerah

"gue ada salah? Lo mau jadi ketua? Iya?"

"Gue nggak pernah bilang mau jadi ketua"

"terus apa? Jangan bikin gue terus bingung begini dong, terakhir kali ketemu kita masih baik-baik aja tapi kenapa sebulan ini lo malah menjauh? Oke lo gak mau join ekskul lagi tapi masa lo juga cut off gue jadi temen lo?"

Jay kembali diam, dengan pelan dia melepas tangan Ningning yang masih memegang tangannya

"anggap aja kemarin gue cuma main-main di ekskul lo, dan sekarang gue capek dan mau ngelakuin apa yang gue suka aja. Kalau soal pertemanan, kita cuma temen, lo gak bisa ngelarang kalau gue udah gak mau temenan lagi karena itu hak gue"

Kali ini Ningning yang terdiam, jujur saja dia sangat ingin menangis sekarang

"lo bener-bener berubah ya" lirihnya pelan

"oke kalau gitu" lalu dia berbalik dan melangkah meninggalkan Jay sendiri. Ningning terus berjalan dan tak berminat untuk melihat ke belakang lagi.

Sepertinya ini memang benar-benar akhir dari cerita persahabatannya.

"Lo kenapa?" cegat Haruto menghentikan langkah Ningning, dia memang sengaja menunggu perempuan itu karena sudah berjanji memberi tumpangan, namun belum sampai dia di ruangan OSIS untuk menjemputnya Haruto malah menemukan Ningning seperti ini, mana saat dia bertanya gadis itu tak menjawab dan malah melewatinya begitu saja.

Haruto kontan mengerutkan kening, melihat Ningning lalu berbalik melihat laki-laki lainnya yang masih berdiam di ujung sana. Sedikit banyak Haruto bisa langsung tau kalau ada sesuatu yang baru saja terjadi.

Laki-laki setengah gondrong itu memilih berbalik dan setengah berlari mengejar Ningning, temannya itu pasti sedang membutuhkannya.

....

4WallsWhere stories live. Discover now