32

397 44 4
                                    

Semua orang dengan heboh mempersiapkan acara Bazaar besok, semua orang kecuali satu gadis yang terpaksa harus menyendiri di ruang OSIS yang sunyi hanya untuk merapikan berkotak-kotak kaos yang sudah di sablon pesanan mereka.

Sebenarnya ini bukanlah tugas perorangan tapi harusnya ada orang lain yang menemani Giselle tapi orang itu tak tau dimana batang hidungnya jadi terpaksa dia lah yang harus menghandle semua ini.

Satu tarikan nafas untuk satu kaos yang dia tumpukkan rapi menurut ukuran masing-masing, dan tak terhitung sudah berapa kali gadis itu menghembuskan nafas berat. Pikirannya kacau sejak tadi dan dia kebingungan harus bagaimana untuk mengurai semua isi kepalanya.

Tak lama pintu ruang OSIS terbuka dan dua orang yang sudah dia tunggu sejak tadi mendekatinya dengan langkah santai, tak ada sama sekali raut wajah penyesalan disana

“masih banyak Selle? Lama amat dah perasaan”

Giselle menatap Renjun dan Haechan dengan malas, namun tangannya akan sangat rajin untuk mengambil satu kaos dan melemparkannya tepat ke muka Haechan

“Anjir, selow dong Selle, maap kita telat, lo tau sendiri kelas kita gimana” Renjun mencoba menenangkan dan mulai ikut duduk di samping Giselle

“Kenapa semua cewek di sekolah ini pada sensi dah hari ini, pms berjamaah ya lo pada” Haechan masih memegang kaos yang dilempar Giselle tadi lalu melemparkan asal ke tumpukan kaos lain yang belum di rapikan.

Sementara Renjun sudah mulai membantu, Haechan malah masih berdiri dengan santai menatapi keduanya, tangannya ia masukkan ke dalam saku dan pinggangnya bersandar ke belakang meja

“Tadi pagi Winter ngamuk-ngamuk, semua barang-barang dibanting gak jelas, tadi lagi Karina gue denger ngamuk juga di kelasnya sampe temen-temen cowoknya pada ngungsi ke kelas kita, ini lagi sekarang temennya malah kek ayam baru lahiran”

“Apa urusannya sama lo?” Giselle menjawab sarkas, tak melihat Haechan sama sekali

“ya jelas ada, lo semua bikin gue bertanya-tanya ada dengan hari ini? Padahal kemarin baru aja semua pada happy nonton lomba, eh tapi ngomongin soal kemarin...” Haechan berjongkok, mendekatkan kepalanya ke Giselle dan berbisik

“kemarin lo di anterin Jihoon pulang ya?”

Giselle mendecih “tau dari mana lo?” tanyanya pelan, Renjun yang cukup berjarak darinya hanya curi-curi pandang karena tak bisa mendengar apa yang mereka bisikkan

“Dari Soobin, semalem gue ketemu dia di warung bubur ayam langganan gue”

“iya, tapi ya gitu deh”

“kok gitu? Bukannya ini tuh berarti lo selangkah lebih maju?”

“selangkah lebih maju apaan, ini aja gue malu mau ketemu dia”

“kok bisa?”

“ya iya orang semalem gue keceplosan bilang bareng dia itu bagai mimpi buat gue, kayaknya dia mulai nyadar gue naksir dia”

“lah bukannya bagus? Jadi lo tau harus gimana selanjutnya”

“maksudnya?”

“kalau dia juga ada rasa ke lo berarti otomatis dia bakal mulai deketin lo juga, tapi kalau dia gak ada rasa sama sekali kemungkinan dia akan pura-pura gatau dan disitu lo udah harus tau artinya saatnya untuk mundur dan ikhlas”

“anjing belum kejadian tapi gue udah sesek duluan”

“itu kan cuma kemungkinan menurut gue aja, siapa tau dia emang beneran udah suka?”

Bahu Giselle melemah, matanya sayu dan bibirnya melengkung ke bawah
“kayaknya gak mungkin, gue bukan tipe dia sama sekali dan sekuat apapun gue berusaha selama ini, nyatanya gue gak pernah dianggap se-spesial itu sama dia, jadi kayaknya gue gak akan pernah jujur ke dia”

4WallsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang