41

399 44 4
                                    

Karina tak punya kenangan spesial dengan orang tua Jeno, dia hanya mengenal kedua orang tua laki-laki itu dari cerita-cerita singkat yang sangat jarang dia bagikan, entah apa alasan nya namun sesekali Karina bisa menangkap betapa sayangnya Jeno pada orang tuanya itu. Jadi, tanpa pikir panjang dan tanpa memikirkan semua situasinya dia langsung mengajak Giselle agar mengantarnya kesana.

Pemandangan ibunya Jeno yang sedang menangis keras di samping tubuh terbaring yang ditutupi kain putih adalah yang menyambut nya setelah menginjakkan kaki di rumah Jeno untuk pertama kalinya, tak ada sosok laki-laki itu disana

“kayaknya kita harus nyariin Jeno dulu deh Rin, gak enak kalau kita langsung ke ibunya” saran Giselle yang diangguki Karina. Disini sudah cukup banyak pelayat dan ibunya Jeno seperti sedang tidak mau diganggu, Karina tak bisa menahan air matanya untuk tidak ikut turun saat melihat wajah lelah bercampur air mata itu terus dipaksa untuk menangis.

Jihoon keluar dari dalam dan saat melihat Giselle juga Karina yang hanya berdiri diam di tengah-tengah pintu dia buru-buru mendekati kedua perempuan itu

“Masuk aja Rin, mau ketemu Jeno?”
Karina menoleh sementara Giselle tak ingin sedikitpun menatap mata laki-laki itu

“Jeno nya di mana Jie?”

“Di dapur, lagi sibuk nelponin keluarga nya yang lain” Karina mengangguk, ragu-ragu dia ingin bertanya namun dengan cepat Jihoon bisa membaca maksud gadis itu

“Masuk aja gih, daritadi dia nggak ada nangis, dia kayak gitu malah bikin khawatir”

Karina melihat ke Giselle minta pendapat dan barulah temannya yang sejak tadi sibuk membuang pandangan itu akhirnya menoleh

“Masuk aja, gue tunggu disini”

Karina menurut, dia melewati Jihoon dan semakin dalam memasuki rumah dimana Jeno tinggal itu, meninggalkan Jihoon yang kini mendekat pada Giselle

“duduk Sell, jangan berdiri aja”

Giselle tak menjawab namun dia tetap menurut dan memilih duduk lesehan bergabung dengan pelayat lain.

Jihoon paham dan dengan diam ikut duduk di samping gadis itu. Entah hanya perasaannya saja atau apakah gadis itu memang lebih diam hari ini?
Jihoon bertanya-tanya dalam hati, apakah ini sudah berakhir? Kenapa gadis ini tidak kunjung mengatakan sesuatu?

Pertemanan ini.... akhirnya selesai?

.....

Ada Jeno yang terlihat sibuk berbicara dengan seseorang dari ponselnya, wajahnya terlihat lelah, kemeja yang dia pakai dari sejak di sekolah tadi kini sudah acak-acakan.

Karina mendekat, tanpa membiarkan dirinya mengganggu dia duduk di samping Jeno dalam diam, memandangi laki-laki itu dari samping dan masih diam saat akhirnya mata mereka bertemu. Seutas senyum tipis Jeno berikan dan dibalas Karina dengan senyum kecil juga

“iya, om dan tante nggak usah khawatir, biar Jeno yang urus dulu disini” jeno mematikan telponnya, kini sepenuhnya berpusat pada Karina

“makasih udah mau dateng”

“lo gakpapa?”

Jeno kembali tersenyum, namun kini senyumnya berbeda dari sebelumnya.

“Boleh nyender nggak Rin?”

Meski sedikit kaget tapi Karina tetap mengangguk dan Jeno langsung menyandarkan kepalanya ke bahu Karina

“Jangan ditahan Jen, nangis itu wajar kalau kita lagi kehilangan sesuatu yang berharga” Karina berujar pelan, tengah berusaha kuat menjaga tangannya agar tidak mengelus kepala laki-laki itu

4WallsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang