18

494 47 1
                                    

"Lo apain lagi si Jaemin?"

Winter menoleh kaget, tiba-tiba saja Haechan sudah ada di sampingnya dan menatapnya dengan tatapan menyelidik. Perempuan itu menghela nafas, lalu kembali meluruskan pandangan pada sekelompok orang yang sedang bermain Volly di depannya sana

"emangnya dia kenapa?" tanyanya cuek. Haechan semakin merapatkan duduknya, melirik kekanan dan ke kiri lalu berbisik

"Dia nembak lo dan lo tolak ya?"

Winter diam, tidak menjawab pertanyaan itu tapi malah balik bertanya

"kenapa lo bisa mikir gitu?"

Tak mendapat jawaban, Haechan kembali meluruskan tubuhnya dan melipat kedua tangan di dada

"ya abisnya sejak kemarin dia aneh, diem mulu nggak kayak biasa, diajak nongkrong di rumah kita juga tumben nolak biasanya paling cepet ini tadi juga anak-anak pada didiemin"

"tanya dia lah, kok nanya gue"

"dibilangin dia diem aja, mana mau dia jawab kalau ditanya"

"yaudah kalau gitu jangan nanya gue, gue juga nggak tau dan itu bukan karena gue, pms kali dia"

"lo pikir lo, pms dikit langsung diemin semua manusia di bumi ini, kayak beruang diganggu hibernasi"

"APA LO BILANG?" Winter ancang-ancang ingin memukul Haechan, membuat abangnya itu langsung menutup diri dengan kedua tangan yang sebenarnya tidak akan berguna sama sekali andai saja Winter benar-benar melakukannya, tapi gadis itu menahan diri dan kembali menurunkan tangannya. Terdiam sesaat lalu berdiri "udah ah gue mau main Volly aja"

Haechan menurunkan tangannya, melihat bingung pada adiknya yang sudah mulai menjauh itu. Ekspresi Haechan berubah serius, dia tau pasti ada sesuatu yang terjadi diantara mereka berdua.

Mata Haechan terus mengikuti siluet adik perempuannya yang saat ini sedang asyik bermain dengan bola kesukaannya itu. Sesekali Winter tertawa saat bolanya tak sengaja mengenai temannya di seberang ring lalu bersorak bahagia saat berhasil mencetak angka. Haechan akui kalau Winter terlihat jauh lebih bahagia saat dilapangan, karena itulah Haechan menjadi orang yang paling keras mendukung hobi adiknya itu.

Sebenarnya kedua orang tua mereka tak suka Winter bermain Volly, tapi berkat bujukan Haechan dan Doyoung, mereka akhirnya luluh dan tak jadi memasukkan Winter ke sekolah militer. Iya, Winter pernah hampir dimasukkan ke sekolah khusus militer perempuan atas permintaan nenek mereka namun tak jadi lantaran Winter tak mau dan kedua abangnya menolak keras.

Melihat adiknya bermain dengan bahagia seperti ini adalah suatu kebahagiaan untuk Haechan, walau dia tidak bisa membuat adiknya itu senang tapi setidaknya ada Volly yang menjadi pelepas stress si bungsu.

Haechan menyipitkan mata saat melihat seorang laki-laki yang tak asing mulai memasuki lapangan, entah apa yang dia bicarakan pada Winter namun gadis itu terlihat mengangguk dengan senyum cerah.

Ternyata keduanya sepakat bermain bersama dan berada di tim yang sama, tak jarang kedua orang itu saling bertabrakan lalu tertawa bersama, berpegangan tangan dan puncaknya si laki-laki mengelus kepala adiknya karena berhasil mencetak skor.

Haechan secara otomatis menoleh ke ujung lapangan, jauh disana dia bisa mengenali sosok laki-laki yang juga sedang menatap momen itu. Dia Jaemin, Haechan mendadak tak enak melihat situasi membingungkan ini.

Satu sisi ada adiknya yang sedang bahagia bersama laki-laki yang terus dia sebut namanya di rumah sementara di sisi lain ada sahabatnya yang terluka melihat gadis yang disukainya sedang bersama laki-laki lain. Haechan jadi dilema rasanya.

4WallsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang