43

435 51 5
                                    

Giselle melangkah sendirian melewati koridor kelas setelah meninggalkan kedua sahabatnya Winter dan Ningning di kantin, awalnya dia ingin masuk kelas tapi dia harus ke ruang osis lebih dulu karena katanya ada yang harus disampaikan Jihoon pada semua anggota.

Sebenarnya Giselle malas dan tidak nyaman untuk bertemu laki-laki itu sekarang, kemarin dia bisa menghindar tapi kalau di sekolah mana bisa, mau bagaimana pun giselle masih anggota OSIS dan dia8 adalah ketuanya.

Sepanjang jalan Giselle cukup memikirkan semua ucapan Winter dan Ningning tadi, tentang Soobin dan tentang kelanjutan perasaannya ini. Sudah kepalang tanggung teman-temannya tau tentang siapa yang dia sukai ya walaupun mereka mengira dia sudah move on tapi tetap saja dia harus benar-benar move on kan?

Mengingat ke belakang, Giselle juga pernah memikirkan hal ini akan terjadi, sejak melihat Jihoon dan Karina yang sangat dekat dul, dia sudah menyiapkan hati kalau-kalau ternyata sudah ada perempuan lain di hati laki-laki itu, sudah Giselle tanamkan kalau dia akan mengikhlaskan semuanya, dan tak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya untuk berusaha merebutnya.

Dia kira akan mudah, tapi ternyata sulit juga.

“Gue udah ajuin jauh-jauh hari dan kita juga udah dapet lampu ijo jadi tenang aja”

Giselle berhenti melangkah, di depannya ada Jihoon dan Soobin yang sedang berbincang, entah kebetulan atau tuhan memang sedang berusaha mempermainkannya

“Oh Sell”

Berusaha terlihat se-biasa mungkin, Giselle tersenyum dan mendekati kedua orang itu

“kenapa gak di dalem aja?”

“lagi di bersihin sakura, liat tuh anaknya ngomel-ngomel karena katanya ruang osis kita mirip kandang ayam” Jihoon yang menjawab dan Giselle hanya mengangguk paham, diam-diam melirik Soobin yang nampak diam dan tidak melihat ke arahnya sama sekali

“uhmm kalau gitu gue bantuin sakura di dalem aja ya” tanpa melihat kedua laki-laki itu lagi Giselle berlalu memasuki ruang OSIS yang diam-diam Soobin perhatikan lewat ekor matanya

“lo ada masalah sama dia?” Soobin menoleh, menaikkan alis bertanya maksud atas pertanyaan itu

“biasanya akrab”

Setelah paham konteksnya, Soobin kembali menatap ke depan “nggak, biasa aja”

Tentu Jihoon tidak percaya begitu saja, tapi tetap memaksa mencari tau lebih dalam pun sepertinya percuma karena bukankah posisi mereka sekarang sama? Meski gadis itu terlihat bersikap seperti biasa tapi jangan dipikir dia tidak menyadari asing nya tatapan itu untuknya, bahkan untuk melihatnya pun gadis itu tak ingin berlama-lama lagi.

“gimana sebenarnya perasaan lo ke dia?” kali ini Jihoon yang dibuat menoleh penuh tanya

“perasaan apa?”

dengan dingin Soobin balik menatap Jihoon “jangan kira gue nggak tau kalau selama ini Lo cuma pura-pura gak tau aja”

Jihoon melihat ke dalam ruang osis memastikan tidak ada yang mendengar ucapan itu

“Ayo ikut gue” sepertinya ini akan menjadi obrolan yang panjang, jadi lebih baik menghindari tembok-tembok berkuping yang berpotensi menyebarkan semuanya. Untung saja Soobin menurut dan mengikutinya ke lorong yang ada di dekat lab di mana disana jarang ada siswa yang datang

“gue nggak tau Lo se-ahli itu ngeliatin orang lain”

Soobin menaikkan bahu acuh “Cuma nggak sengaja denger”

Ah, obrolannya dengan Jeno hari itu.

“jadi, menurut lo gue harus apa?”

“setidaknya jangan bikin dia makin berharap”

4WallsWhere stories live. Discover now