7

773 68 0
                                    

"emangnya Jay sepenting itu ya buat lo?" tanya Haruto. Keduanya berada di halaman belakang rumah Haruto tempat biasa mereka bermain waktu kecil.

Haruto dan Ningning adalah tetangga dekat sejak mereka berusia lima tahun, rumah keduanya hanya terpisah jalan setapak dan saling berhadapan, tinggal jalan lurus sudah sampai di rumah satunya. Haruto sudah menganggap Ningning sebagai adik walaupun faktanya dia lebih muda satu tahun tapi dia tetap mendeklarasikan sebagai kakak Ningning dan sudah saling menjaga sejak itu.

Keduanya berakhir disini setelah Haruto memaksa agar Ningning cerita tentang kejadian di sekolah tadi. Haruto tentu tau tentang pertemanan Ningning dan Jay atau tentang masalah yang terjadi diantara mereka tapi, dia masih belum mengerti kenapa Ningning terlihat se-tidak mau ini melepas laki-laki yang bahkan belum dia kenal lama itu.

"Bukan buat gue Ru, tapi buat ekskul kita" cicit Ningning, tangannya saling bertaut dan Haruto langsung tau kalau perempuan itu sedang gelisah

"lo bisa cari orang lain, atau gue juga jago tuh main gitar"

"tapi lo itu prefer ke drum, kalo lo di gitar siapa yang bakal main drum nya? Sedangkan yang lain masih pemula semua"

Masuk akal

"oke, kalau cari orang lain?"

Ningning menghembuskan nafas lelah "gak ada yang mainnya sejago dia, musik Jay beda dan dia gak pernah gagal menyatu sama musik yang dia buat, bukan kayak orang yang cuma gitaran doang tapi feel nya nggak dapet"

Haruto mengernyit, sedikit tidak paham dengan pemilihan kalimat perempuan ini

"jadi maksud lo dia mainnya beda?"

Ningning mengangguk "beda banget, gue juga ngerasa suara gue makin bagus kalau digitarin sama dia"

"Ya terus gimana? Kalau anaknya udah gak mau main gitar lagi ya lo mau apa?" Haruto mencoba menyadarkan, pasalnya Ningning malah terlihat makin melow sekarang

"ya gak tau, mana gue tadi kelepasan bilang bakal biarin dia berhenti lagi, ah bego banget deh lo Ning"

"tapi faktanya Ning, lo emang harus ngebiarin dia berhenti karena itu emang pilihan dia"

"dia bisa berubah pikiran kalau aja gue lebih berusaha"

Haruto menghembuskan nafas, ia mengusak wajahnya kasar tak habis pikir dengan kerasnya kepala perempuan di sampingnya ini

"dia bahkan gak pernah ngangkat telfon lo lagi, jadi lo mau berusaha sebanyak apa lagi sih?"

"itu dia masalahnya, Ruuuu.... bantuin gue dong" mohon Ningning sambil memegang tangan Haruto, menatap penuh harap pada yang lebih muda tapi merasa paling tua di hadapannya ini

"gue nggak bisa bantu anjir, lo mau gue ngapain? Ikut mohon-mohon? Ogah banget"

Ningning berdecak, ia melepaskan tangan Haruto sembarang dan kembali menatap ke depan, merajuk.

"cari yang lain aja lah kalau kata gue"

"Nggak! Pokoknya gue mau nya Jay, titik!"

"buset ngegas betul, pacarin aja dah sono anaknya"

Ningning menoleh dengan cepat "pacar?" tanyanya dengan antusias dan Haruto langsung siaga satu.

Ningning mengangguk-angguk dengan senyum misterius di bibirnya

"gue tau harus ngapain"

"Please lo jangan coba-coba buat nyari masalah"

Ningning menatap Haruto dan tersenyum manis "nggak kok, lo tenang aja"

4WallsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang