Tempat Tersembunyi

297 41 0
                                    

Atla pada awalnya akan mengajak Abang Juna ke hutan mangrove tapi itu masuk ke dalam list terakhir. Karena sekarang akan pergi ke pantai yang jarang sekali orang kunjungi, padahal keindahannya sama bahkan lebih indah lagi.

Butuh waktu satu jam menuju ke sana, mungkin itu lah salah satu alasan orang tidak ingin pergi ke sana. Sebab jalan yang dilaluinya tidak mulus.

"Tapi, gak papa kan bang jalannya jelek?"

"Gak papa, kalau pun mobil abang rusak tinggal dibawa ke bengkel. "

Keduanya tertawa renyah. Untuk pertama kalinya Atla merasa senang ada orang yang ia ajak bicara bisa sesantai ini, dan juga Atla merasa jadi memiliki teman lagi padahal keduanya memiliki jarak umur yang lumayan.

"Ini akses satu-satunya untuk ke sana bang, dan tidak pernah di perbaiki jalannya. Mungkin tidak banyak orang yang berwisata ke daerah sini, padal tempatnya bagus-bagus. " jelas Atla dan Juna senantiasa mendengarkannya.

"Makannya Atla bawa abang untuk main ke sini, agar abang tau bahwa ada loh tempat indah selain yang orang-orang tau itu. "

"Mungkin tempatnya tidak terurus kali dek—"

"Nggak bang, warga lokal selalu mengurusnya dengan baik. " sela Atla. Nadanya sedikit meninggi karena tidak terima akan ucapan Abang Juna yang ingin merendahkan tempat itu.

"Oh, okey. Sorry ya " jawab Juna sambil mengelus surai Atla.

Ini di luar dugaan dan Atla kaget dengan hal itu. Kenapa? Karena dari dulu Atla tidak suka kepalanya di elus kecuali oleh nenek dan Riksa. Menurutnya orang lain atau orang yang tidak di kenal itu jika mengusap surainya, bagai mengasihani dirinya.

Dengan cepat Atla menjauh dan berbicara kembali untuk mengalihkan segalanya, "Di sana pantainya warna pink, terus banyak batu-batu juga. Cantik pokoknya bang. "

"Adek udah sering ke sana ya?"

Atla menengok Juna, "Enggak. Pernah sekali itu juga udah lama waktunya. "

Tidak terasa keduanya sudah sampai, bahkan Atla tidak merasakan guncangan apapun. Padahal ia tahu jalanan sangat jelek.

"Karena mobil abang ini di buat khusus untuk kenyamanan penumpang dan pengemudi. Jadi kalau ada jalanan rusak tidak akan terasa. " ucap Juna seakan tahu isi pikiran Atla.

Dan ternyata benar apa yang dikatakan oleh Atla, bahwa pantai ini seperti surga dunia yang tersembunyi. Sangat indah namun tidak banyak wisatawan yang datang.

"Mau kelapa gak, dek?"

"Beli yu. " ajak Juna tanpa menunggu jawaban dari Atla.

Keduanya menghampiri penjual dan membelinya dua, lantas kembali ke pantai mencari tempat untuk meneduh agar bisa menikmati kelapa muda itu.

Dalam keheningan yang tercipta, lagi-lagi Juna kembali membuka mulut untuk memulai obrolan, "Abang boleh nanya gak?"

Atla mengangguk.

"Kemarin kamu kan hujan-hujanan, pulang basah kuyup dimarahin sama mama kamu gak?"

Atla menggeleng, "Mau aku ngapain juga gak pernah dimarahin siapapun—"

"Kenapa?" sela Juna.

"Karena Atla gak punya orang tua. Atla sekarang hidup sendiri, karena nenek sudah meninggal juga. "

Juna langsung meletakan kelapa mudanya di meja dan kembali mengelus kepala Atla, namun kali ini anak itu menghindar dengan cepat, "Atla gak suka diusap-usap kayak gitu, bang. "

"Oh, maaf abang lancang. "

Keheningan kali ini cukup lama karena Juna berlarut dalam pikirannya sedangkan Atla sedang asik mengabadikan segala momen dengan gawainya.

MISTERI LAUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang