Biadab!

121 21 0
                                    

"Apa kabar Tio?"

"Ouh, Deo kau tidak merindukan kakakmu?"

"Sudah lama kita tidak berjumpa, "

Rumah itu bergema dengan suara tawa Giaz yang begitu kerasnya. Ari dan Tuan Besar Kalana sudah duduk di sofa, dengan satu kaki ditumpu ke kaki satunya lagi.

"Om, mana Atla? Juna kangen dengannya. "

"Kau curang sekali sudah bertemu dengannya, aku sama sekali belum melihat wajahnya langsung. Di mana adikku itu?"

Tio dan Deo mengepalkan kedua tangannya kuat, ini lah yang mereka takutkan jika Atla masih tinggal bersamanya sampai sekarang. Beruntunglah Atla sudah bersama dengan Bundanya, kini Tio harus segera mengurus keluarganya yant biadab ini.

Sudah belasan tahun ia dan Deo memutuskan hubungannnya dengan keluarga itu, kejadian yang menimpa Tio sungguh menyakitkan dan itu adalah ulah dari keluarganya sendiri!

Kini lihat! Setelah melakukan kejahatan, mereka datang tanpa rasa bersalah dan justru ingin bertemu dengan seorang anak yang dulu telah mereka buang.

"Siapa kalian? "

"Astaga, ternyata belasan tahun tidak bertemu mampu membuat orang amnesia ya?" ujar Ari, sambil menghisap rokok dan asapnya ia keluarkan sembarang. Padahal ruangan itu ber-AC.

"Kau ayah yang jahat Tio, tidak mempertemukan anakmu dengan kakeknya, pamannya, kakak-kakaknya, ayah yang gagal. " ucap Giaz santai.

Tio dan Deo menahan diri habis-habisan agar amarahnya tidak meledak-ledak. Keduanya ingin meladeni mereka terlebih dahulu, sejauh mana mereka akan bertingkah.

"Kalian sungguh biadab!"

Sementara itu di kediaman Trafa.

Kekhawatiran Ana sungguh berlebihan terhadap Atla, padahal sebelumnya sudah diberi tahu oleh Tio bahwa jika Atla sakit mungkin anak itu sedang banyak pikiran.

Jadi, tunggu saja satu hari jika tidak turun panasnya lebih baik dibawa ke rumah sakit. Tapi, selama ini Tio merawat Atla yang sakit hanya semalaman saja. Keesokan harinya putranya itu sudah sembuh sekali.

"Aku akan tidur di sini, menemani putraku. "

"Tentu Ana, aku pun begitu. "

Pada akhirnya, mereka memutuskan tidur di kamar putranya untuk berjaga-jaga juga. Takut tengah malam Atla membutuhkan sesuatu.

Ana berada di sebelah kanan Atla, tangannya terangkat menyingkirkan rambut yang menghalangi dahinya, panas sekali. Bahkan keduanya merasakan suhu panas dekat dengan putranya.

"Bun-da, pusing ..." rengeknya.

Alano gemas sekali mendengar hal itu, begitupun Ana. Setelah beberapa hari tinggal bersama mereka, Atla tidak pernah menunjukan sisi manjanya.

Lantas sekarang mereka tahu, ketika putranya sakit. Maka disitulah sisi manja dari Atla akan keluar, bahkan sekarang entah Ana begitu gembira mendengar rengekan putranya.

"Iya sayang, bunda pijit ya. "

Dengan pelan Ana memijat kepala Atla, sedangkan Alano tidak mau kalah. Dirinya mengusap pelan dada sang putra, hal itu menambah kenyenyakan dalam tidurnya Atla.

"Aku tau penyebab Atla seperti ini, ia merindukan ayah dan omnya. "

"Pagi tadi, di mobil Atla terlihat khawatir ia terus saja melamun. "

Ana fokus memperhatikan suaminya bercerita.

"Ketika ditanya, ternyata merindukan ayah dan omnya. "

Ana memegang pipi Atla yang sedikit berisi itu dan ia usap pelan, "Jangan seperti itu Nak, ayah dan Om Deo pasti baik-baik saja. "

MISTERI LAUTWhere stories live. Discover now