Live With Mother

132 28 2
                                    

Dor!

"AYAH!"

Atla kembali mendengar suara tembakan itu setelah insiden di pantai, bahkan suara itu dari area rumahnya. Tio langsung memeluk Atla, "Sayang sekarang kamu harus pergi dengan Bunda dan Papa kamu, lewat jalan belakang. "

"Kakek kamu sudah datang, ayah ingin menyambutnya ..." Atla memandang wajah ayahnya yang tersenyum, namun ia yakin itu adalah penenang untuk dirinya.

"Deo cepat antarkan mereka!" Tegasnya.

Atla melihat Alano memeluk Tio dan sepertinya membisikan sesuatu.

"Ayah, jangan sampai terluka. "

Langsung mendapatkan anggukan, dan Atla bersama Bunda juga Papanya keluar dari rumah itu melewati pintu belakang, yang bahkan Atla saja baru tahu ada.

Ketika sudah di luar, ternyata ada mobil yang menunggu. Dan sebelum masuk mobil Atla menyempatkan untuk memeluk Omnya, "Buddy, bersenang-senanglah tinggal bersama Bunda. Om dan Ayah pasti selamat. "

Lagi dan lagi Atla melihat Alano memeluk Deo sambil membisikan sesuatu, ia penasaran namun tidak berani untuk bertanya. Bahkan sejak tadi makan malam pun entah kenapa Atla ciut sekali dihadapan Alano, auranya berbeda sekali.

"Sayang, kau harus yakin ayah dan Om Deo pasti selamat. " Ana mengelus surai lembut Atla, namun dengan lembut Atla menyingkirkannya.

"Bun, Atla gak suka dielus kepala. "

"Baiklah, Bunda minta maaf. "

Ana memeluk Atla erat, tidak melepaskannya dan sang empunya pun tidak menolaknya. Sepertinya memang Atla terlihat nyaman dengan posisinya.

"Kau belum memanggilku Papa sejak tadi, Atla. " suara berat itu membuat Atla merinding, dan ia mencoba untuk menatap Alano.

Namun masih dengan diam membisu, bagaimana ini rasanya ia takut sekali untuk sekadar mengucapkan kata Papa itu.

"Tidak usah takut Nak, panggil saja Papa. Lagi pula kamu sudah bertemu, kan?"

Tiba-tiba saja Alano menipiskan jarak duduknya, kini Atla benar-benar dihimpit tidak ada space sama sekali.

"Papa ..."

"Bagus. "

Bagi Atla rasanya melegakan sekali. Juga entah kenapa ia bahagia. Namun berubah menjadi kesal, "Atla gak suka Pa ..." lagi-lagi kepala Atla dielus kini pelakunya adalah Alano.

Tidak ada kata yang keluar lagi dari mulut Alano, apakah ia melakukan kesalahan? Jadi Atla beringsut mendekatkan dirinya kepada Bunda.

"Emm ... Bunda "

"Iya sayang, kenapa?"

Masih dalam posisi yang sama Atla memeluk Bundanya dan badannya sedikit condong, jadi membelakangi sang papa.

"Berarti Atla punya kakak?"

"Kakak?"

"Siapa nak?"

Alano langsung paham arah pembicaraannya, tapi ia akan diam dulu biarkan istrinya yang menjawab.

"Gen-zi?"

Ana mengangguk, "Genzi bukan anak Bunda sama papa sayang. "

"Loh, tapi-"

Atla mengubah posisinya kini duduk tegap, menatap Ana dan Alano bergantian.

"Kata teman Atla, Genzi anak pemilik sekolah yang berarti anak Papa dong ..."

"Tidak seperti itu. " jawab Alano, itu bukan jawaban yang Atla minta. Tidak ada penjelasan sama sekali.

MISTERI LAUTWhere stories live. Discover now