Kebahagiaan

117 27 1
                                    

"Lo siapanya Ibu sama Bapak?"

"Ibu sama Bapak yang dimaksud lo itu, Bunda sama Papanya Atla?" tanya Zofan.

Ini sudah masuk jam istirahat, Atla dan Zofan sedang makan yang dibawa dari rumahnya di kantin. Tiba-tiba saja Genzi menghampiri dan langsung melayangkan pertanyaan itu.

"Bunda sama Papa? Bukannya Ibu sama Bapak itu gak punya anak. "

"Gue tanya sama lo, lantas lo siapanya Om sam Tante?" kali ini Zofan membalikan pertanyaan, justru yang ditanya oleh Genzi hanya diam saja.

Sebenarnya Zofan lah yang main nyosor-nyosor saja menjawab pertanyaan dari Genzi. Mungkin dirinya ingin menjahili anak itu.

Genzi diam tidak menjawan pertanyaan dari Zofan, "Gue gak punya urusan sama lo!" jawabnya.

"Itu bukan jawaban dari pertanyaan gue, bodoh!"

"Sialan!" desis Genzi, lantas meninggalkan kantin juga teman-temannya yang sejak tadi memperhatikannya.

Zofan tersenyum puas, akhirnya bisa membuat si biang onar itu kesal. Biasanya dia yang membuat orang kesal, kini harus gantian.

"Kayaknya lo dendam banget ya sama Genzi, ahaha ..."

"Oh jelas! Gue akan menegakan keadilan di sekolah ini!" ucapnya penuh kepercayaan diri dan tegas, terlihat ciri-ciri calon ketua osisnya.

Atla tidak mampu menahan tawa, mood sekali temannya ini.

Setelah menyelesaikan makan, keduanya kembali ke kelas. Meskipun masih ada waktu jam istirahat, Atla dan Zofan ingin berdiam diri di kelas sebelum nanti berganti pakaian untuk olahraga.

Ah! Atla tidak suka jam olahraga siang hari, kenapa tidak pagi hari saja kan lebih enak terus juga badan masih fresh, jadi lebih semangat juga menjalaninya.

Sementara itu keadaan di rooftop, Genzi sedang murung ditemani dengan kawan-kawannya. Memang sejak pagi tadi mereka merasa ada yang aneh dengan anak itu.

Sampai pada jam istirahat tiba-tiba saja Genzi menghampiri anak baru, dan pergi begitu saja dengan wajah seperti menahan amarah.

"Bapak dan Ibu tadi malam, tiba-tiba saja membawa anak itu. "

"Emang siapa anak itu?"

"Entah, mungkin anak pungut. "

"Ya karena, Ibu sama Bapak kan gak punya anak. Lo semua tau sendiri kan ..."

Mereka mengangguk menyetujui ucapan Genzi, jadi ini yang membuatnya murung dan tidak enak dipandang wajahnya.

"Terus gimana? Jadi, anak itu sekarang tinggal di rumah lo?"

"Iya, mana kamarnya lebih bagus dari gue lagi!"

"Lo juga harus minta keadilan dong!"

Genzi mengangguk samar, seharusnya seperti itu. Hanya saja tidak mungkin dan meskipun ia melakukannya, tetap Bapak akan mengatakan hal itu lagi.

"Kalau emang dia anak angkat, ya lo sama dia sama-sama anak angkat seharusnya ada keadilan. "

"Tapi kalau dia anak kandung, lo gak layak minta keadilan. " lanjut Apow.

Entah kenapa Genzi merasa tidak rela Atla berada di rumah itu, pasti akan mengalihkan perhatiannya Ibu dan Bapak. Meskipun selama ini dirinya tidak mendapatkan perhatian, tapi setiap hari Genzi selalu berusaha.

"Tajem banget ucapan lo! Kasian si Genzi. "

"Gue cuma bilang gitu doang, gak ada niatan buat menyinggung perasaan dia " jawab Apow membela dirinya, karena memang seperti itu kenyataannya.

MISTERI LAUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang