Kembali Sekolah

155 26 0
                                    

Setelah merenung beberapa hari ini, Atla menerima tawaran dari ayahnya untuk sekolah di sana, bahkan sekarang rasa canggung itu sudah mulai hilang. Ia lebih berani melakukan segala hal di rumah itu.

Seperti halnya sekarang, dirinya sedang bermain Play Station yang dibelikan oelh ayahnya karena Atla menginginkannya. Tidak sulit bagi Tio untuk mengabulkannya.

Sebab itu adalah permintaan pertama putranya yang telah berhasil menggunakan uang hasil ia bekerja.

Perlu kalian tahu, beberapa hari ini pun pekerjaan Tio diserahkan kepada Deo, yang membuat orang itu misah-misuh setiap harinya.

"Kakak macam apa kau ini! Akan aku buat bangkrut perusahaan kau!"

"Jika itu terjadi, kau tidak akan bisa bertemu Atla selamanya!" balas Tio mengancamnya.

"Kau!" desisnya.

"Kerjakan ini! " Deo memberikan laptop yang ada dipangkuannya kepads Tio dengan paksa.

"Aku sudah muak dengan pekerjaan kau sejak pagi! Dan malam pun aku harus mengerjakannya! Cih!"

"Lebih baik aku pergi ke kamar Buddy menemani dirinya main game ..." Deo melenggang tanpa mendengarkan umpatan yang diberikan sang kakak.

Dengan terpaksa malam ini Tio mengerjakan apa yang belum Deo kerjakan. Padahal ia sudah memiliki rencana, akan menemani putranya bermain game di kamarnya.

"BUATKAN SAYA KOPI!"

"Kau dengar itu Buddy? Ayahmu menyebalkan sekali. "

Keduanya yang sedang berada di kamar lantai dua, mendengar teriakan Tio yang menggelegar membuat Deo menggelengkan kepala.

"Kenapa ayah dengan Om selalu bertengkar?" tanya Atla sambil tatapannya fokus kepada layar yang menampilkan game.

Deo berdecak, "Ayahmu yang selalu memancing emosi Om. "

"Apakah hal itu sudah dari dulu terjadi?"

"Ya ..."

Disebelah tubuh Atla banyak sekali susu dan snack, yang membuat Deo tertarik ingin makan juga. Maka, keduanya larut dalam permainan sampai tidak terasa sudah larut malam.

"Dek, kenapa belum tidur?"

Atla menoleh ke arah suara itu, di mana Tio sedang berdiri diambang pintu.

"Astaga, mata sudah merah begitu!" ucapnya dengan suaranya menaik. Atla pun mengucek matanya karena memang sangat perih, tapi ia tidak ingin berhenti main. Sebab ini adalah game impiannya. Dari dulu Atla sangat ingin sekali memiliki play station.

"Ayo tidur, kau besok sekolah sayang ..." Deo pun membawa Atla ke kasurnya, dan Tio mengikuti.

Ia sedikit getar melihat tatapan kakaknya, sebab dirinya tidak menegur Atla justru malah larut dalam kesenangan. Siap-siap saja nanti dirinya akan kena semburan lagi.

Setelahnya Deo membereskan PS serta sampah makanan, sementara itu Tio ikut berbaring disamping Atla yang sudah menutup matanya. Tio dengan pelan mengusap kedua mata putranya, pasti sangat perih.

Bayangkan saja berjam-jam menatap layar, ia tahu rasanya bagaimana. Sekarang pun kedua mata putranya berair.

"Jangan seperti itu lagi, Nak. Nanti matamu rusak ..." gumam Tio.

Dirinya tadi harus menyelesaikan sisa pekerjaan yang sudah dilakukan oleh adik sialannya itu.

***

"Aku ikut mengantarkan Atla. "

"Kau diam saja di sini, atau lanjutkan pekerjaanku. " balas Tio.

"Licik sekali kau! Aku akan tetap ikut!"  kekeh Deo.

MISTERI LAUTDove le storie prendono vita. Scoprilo ora