Fakta (Bohong)

132 17 0
                                    

"Atla, oper!" teriak Zofan.

Satu minggu berlalu setelah Zofan menginap, kehidupan keduanya berjalan seperti biasanya. Zofan dengan segala aturannya dan Atla dengan kebebasan namun ada batasannya juga.

Sekarang di sekolah sedang mengadakan lomba antar sekolah, Atla dan Zofan main basket mewakili sekolahnya ini masih babak awal jadi bagi mereka lawannya masih mudah.

Terbukti, lawannya benar-benar dibuat malu oleh tuan rumah. Dan tim basket Atla masuk ke babak selanjutnya.

"Gue mau air dingin. "

Pihak sekolah menyediakan minuman dingin dan juga makanan secara gratis. Setiap tahun memang seperti itu, bagi Alano selaku pemilik sekolah tidak akan merasa rugi jika hanya mengeluarkan uang sedikit demi hal ini.

Itu tidak ada apa-apanya dan tentu akan tergantikan dengan anak-anak yang sekolah di sana membayar uang bulanan sekolah.

Lomba antar sekolah ini seminggu, dan banyak sekali mulai dari olahraga sampai akademis yang dilombakan. Atla pun mengikuti beberapa lomba diantaranya, basket, cerdas cermat, melukis.

"Gue gak nyangka lo punya jiwa seni. "

"Masa iya gue harus umbar-umbar kemampuan gue? Buktikan aja dilapangan. " jawabnya dengan sedikit angkuh membuat Zofan seolah ingin muntah.

Begitu pula dengan orang tuanya, sebab Atla tidak pernah melukis ataupun menggambar bahkan ia tidak pernah meminta membelikan alat-alat yang mengarah ke sana.

"Itu adalah bakat terpendam gue, karena dulu gue gak bisa beli alat dan bahannya. Mahal, gak punya duit gue "

"Jadi bakat lo yang itu udah jarang banget diasah?"

"Udah gak pernah malah "

"Terus lo ikut lomba ini, gimana?"

"Ya gak gimana-gimana, mau liat aja sampai mana kemampuan gue ini. Kalau bagus mau gue asah kalau jelek udah biarin aja. "

"Gue mau makan bakso, ke sana yuk " ajak Zofan.

Di sini juga ada bazar makanan dan gratis, ini semua ditanggung oleh sekolah. Sambil menyaksikan sekolah lain bertanding dan mengamati strateginya, mereka mengisi perut dulu.

"Gila sih bokap lo sekaya itu anjir. Ngadain ini tanpa memungut uang sepeserpun bahkan hadiah untuk setiap lomba gede, luar biasa. "

Atla hanya mengangguk saja, fokusnya kepada bakso yang enak ini namun telinganya banyak mendengar suara, salah satunya celotehan Zofan.

"Eh, eh ... si Genzi sekarang suka menyendiri kayaknya. " netra Zofan menangkap sosok Genzi yang sedang duduk dipinggir lapangan.

Atla pun mengalihkan pandangannya dan melihat apa yang diucapkan Zofan, lantas ke mana teman-temannya yang selalu ada itu?

"Kasian juga ya kalau diliat "

"Nah itu, kayaknya lagi ada masalah sama teman-temannya deh. Atau emang mereka udah sadar si Genzi itu gak layak ditemani?"

"Ah elah Fan, pusing gue mau nambah porsi aja. " Atla pergi ke stand bakso lagi.

Namun Zofan masih fokus pada Genzi, entahlah ia begitu penasaran dengan kehidupan anak itu. Tapi melihat wajahnya membuat Zofan muak, sebab selalu teringat wajah sombongnya dulu.

Tapi hal itu muncul sejak kehadiran Atla, sebelum Atla ada Zofan tidak pernah terpikirkan sama sekali ingin tahu kehidupan Genzi.

Sebenarnya ada apa dengan dirinya ini?

"Udah kali! Lo ngelamun mulu. "

Atla kembali dengan satu mangkuk baso dan juga salad buah dua box dalam jinjingannya yang dibungkus plastik.

MISTERI LAUTWhere stories live. Discover now