Atla Berulah?

135 26 0
                                    

Prang!

Para maid menghampiri suara itu, di sana ada Atla dan juga Genzi serta vas yang sudah pecah tepat di dekat kaki Atla. Semua menjadi panas dingin, sebab yang pecah itu adalah vas kesayangan nyonya.

Bahkan para maid tidak diperbolehkan untuk menyentuhnya, hanya nyonya saja yang boleh membersihkan itu. Dan kini sudah pecah, entah akan apa yang terjadi.

Lantas siapa yang berani melakukan hal itu? Kepala maid langsung membawa Genzi menjauh dari sana, sudah pasti bukan putranya yang melakukan hal itu.

"Ada apa ini?" suara berat Alano mampu membuat semuanya merinding. Tak lama Ana muncul, keduanya menuruni anak tangga.

"Bukan Genzi yang melakukannya. " Alano menatap datar Genzi begitu juga dengan Ana, pagi ini tidak ada senyuman di wajah Ana.

Lagi pula keduanya belum menanyakan siapa yang melakukannya, lantas kenapa Genzi nampak ketakutan. Atla saja masih diam membisu.

"Kau tidak apa-apa nak? Kau tidak terluka sayang?" tanya Ana kepada Atla. Ia membawa Atla menjauh dari pecahan vas itu, takut kaki putranya terluka.

"Bersihkan!" titah Alano.

Ia menunjuk Genzi yang berada dalam pelukan mamanya, "Kami tidak bodoh! Dan kau keterlaluan! Peringatan satu!" tegasnya.

Keduanya melihat dari cctv bahwa Genzi lah pelakunya dengan sengaja, ketika Atla baru saja turun dari tangga.

Ana membawa Atla ke meja makan untuk sarapan, putranya itu sudah rapi dengan balutan seragamnya. Seharusnya pagi ini menjadi pagi yang ceria, tapi karena ulah anak itu mood baik Atla turun.

"Emm ... Atla pulang sekolah mau main dulu boleh gak?"

"Kamu izin sama siapa, Nak? Coba yang jelas. "

"Bun, Pa ... Atla pulang sekolah mau main dulu boleh gak?"

Alano tersenyum tipis, "Dengan siapa?"

"Sama Zofan. "

"Mainnya di sini, nanti Papa jemput lagi ..."

Atla mengangguk, memang keduanya sudah ada niatan akan main di rumah Atla. Lebih tepatnya Zofan sih yang meminta bahkan anak itu memaksa, dengan alasan ingin sedikit menghirup aroma rumah orang.

Padahal, kenyataannya Zofan ingin melihat tingkah Genzi ketika di rumah itu bagaimana.

Hari ini Bundanya ada kesibukan lain, maka Atla diantarkan oleh Papa saja. Dalam perjalanan, Atla melamun namun tidak lama suara Papanya terdengar.

"Kenapa sayang? Kau sakit?" punggung tangannya ia tempelkan pada dahi Atla, tapi suhu tubuhnya normal.

"Keadaan ayah sama Om Deo gimana Pa?"

Itulah yang sedang Atla pikirkan, ia rindh mereka. Tidak ada kabar sama sekali, takut hal buruk terjadi. Sungguh Atla ingin bertemu sekarang juga kalau bisa.

Mendengar hal itu Alano menepikan terlebih dahulu mobilnya, ia memegang kedua pundak putranya sambil tersenyum agar membawa kehangatan untuk putranya itu.

"Atla percaya sama ayah dan om? Bahwa mereka itu kuat? Atla percaya sama Papa? Papa pasti membantu mereka. "

"Jadi, Papa harap Atla jangan takut, Atla pasti akan bertemu lagi dengan mereka. Percaya?"

Kata-kata itu bagai penenang untuk Atla, tentu ada rasa lega dalam dirinya mendengar itu. Tetiba sifat kegarangan dalam diri Papanya itu hilang.

Atla paham, "Boleh gak Atla peluk Papa?"

MISTERI LAUTWhere stories live. Discover now