Mulai Percaya

173 25 0
                                    

"Lihat nak, ayah tidak berbohong kan?"

Atla menatap kosong ke bawah, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ini seperti mimpi, kenapa harus terjadi hal ini? Apakah ini adalah bencana alam?

Tidak percaya jika itu adalah bencana alam, ia sudah mampu berpikir kritis dan mampu menggunakan logikanya. Atla yakin, ini pasti ulah manusia yang dengan sengaja menghancurkan tempat indah ini.

Mungkin akan sangat lama untuk tempat wisata yang indah ini pulih kembali. Di mana tempat Atla menghabiskan waktunya untuk setiap hari, segala moment telah terekam jelas dalam benaknya di tempat ini. Apalagi rumah yang sekarang ditatapnya itu, sudah rata dengan tanah.

"Boleh gak, Atla minta turun? Pliss ..."

Tio nampak ragu, sebab tempat itu sangat-sangat berbahaya. Mungkin jika dilihat sekilas, tidak ada orang akan tetapi tidak tahu jika menginjakan kaki ledakan akan terjadi.

"Atla akan percaya Om melakukan tes DNA. Asalkan mengizinkan Atla untuk turun, Atla hanya ingin melihat saja siapa tau ada barang berharga yang masih bisa diamankan ..." jelasnya dengan nada pelan dan sedikit bergetar.

Tio sungguh tidak tega melihat putranya sampai memohon seperti itu, namun resiko sangat besar jika mereka turun dari helikopter.

Yap! Pagi ini, Tio menepati janjinya akan membawa Atla berkunjung ke rumahnya dulu. Seharusnya mereka berangkat kemarin sore, hanya saja ada beberapa kendala. Maka, hari ini.

Tio menggunakan helikopter sebagai alternatif yang terbaik, sebab terakhir kali ke sana dengan mobil sungguh mengancam nyawa.

Helaan napas keluar dari bilah Tio, "Baiklah, kita akan turun sekarang. "

Kini, mereka turun dan Atla melihat sekeliling lantas menatap Tio dengan heran. Banyak sekali orang yang mengelilingi keduanya. Jadi, posisi Atla dan Tio berada di tengah-tengah bawahan Tio.

Tanpa memikirkan panjang lebar, Atla berjalan dengan pelan dan susah payah untuk melewati bangunan runtuh itu. Dengan sangat peka, Tio membantu memapah Atla, ia takut putranya itu terluka.

"Pelan-pelan, Nak. "

Tio menggenggam erat tangan Atla, kemanapun anak itu melakangkah ia ikut bahkan bawahannya pun mengikuti langkah Atla.

Dua jam mereka di sana, dengan Atla yang bolak-balik dengan pengharapan besar ia bisa menemukan barang berharga namun nihil.

Atla menatap Tio yang ada dihadapannya dengan wajah yang kecewa, marah, capek, semuanya campur aduk. Dengan cepat Tio merengkuh tubuh putranya itu ke dalam pelukan hangat, dan tidak lupa mengecup kepalanya.

"Pulang ya? Ayah janji akan membangun kembali rumah ini dan membantu pemerintah setempat untuk memperbaiki tempat wisata ini ..."

Atla hanya mengangguk sebagai jawaban, ia sudah putus asa dan tidak memiliki semangat hidup. Sedih rasanya foto dirinya ketika kecil, foto nenek dan foto Riksa tidak dapat diselamatkan.

Dalam perjalanan pulang, tidak ada percakapan apapun. Akan tetapi Tio dengan sabar selalu mengusap pelan tangan anaknya yang digenggam itu, bahkan dirangkul ke dalam dekapannya.

Atla sedang sibuk pikirannya dan netranya melihat keadaan sekitar yang hancur, sampai ia teringat sesuatu lantas menatap Tio.

"Om, Atla gak akan ngelak lagi, akan percaya dan Atla akan memgikuti serangkaian untuk tes DNA. " ucapnya penuh keyakinan.

Entah mengapa ada rasa tidak senang dalam diri Tio mendengar hal tersebut, tetapi juga itu adalah hal yang bagus. Maka ia akan melakukan tes DNA hari ini juga.

MISTERI LAUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang