Bila nanti

120 11 0
                                    

" kau di mana ?" tanya Vero pada seseorang di sebrang sana.

" baiklah sebentar lagi aku sampai." Vero menutup sambungan telponnya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Setelah menerima telpon  di rumah Anya, Vero segera pulang. Meski dalam hati ia angat khawatir meninggalkan Anya sendirian dalam keadaan seperti itu. Tapi urusan keluarganya jauh lebih penting sekarang. Ibunya pingsan dan di bawa ke rumah sakit. Apalagi sekarang di rumah sedang tidak ada ayah nya dan adiknya sedang di luar kota.

setelah menempuh perjalanan yang terasa lama meski di tempuh dengan kecepatan tinggi itu pun, Vero langsung menuju ruangan ICU untuk menemui orang yang di carinya.
" bagaimana dengan ibu ?" tanya nya pada Ridwan. 

Ridwan adalah orang kepercayaan Vero untuk mengurus urusannya jika Vero sedang dalam mode ingin santai.

" Nyonya Ivy mengalami serangan jantung ringan. Tapi dokter sudah menanganinya." jelas Ridwan.

" syukurlah." Vero mengusap wajahnya yang terlihat tegang. " apa aku boleh masuk ?"

" Belum pak. dokter bilang, nyonya sedang beristirahat jadi belum bisa di ganggu dulu." terang Ridwan.

" baiklah, aku mengerti." Vero kembali menatap ruangan dengan pintu kaca itu sekali lagi." apa yang terjadi, kenapa ibu bisa terkena serangan jantung begini ? tadi pagi ibu baik-baik saja."

" saya juga kurang tahu, karena saya sedang ada di kantor, tiba-tiba saja pelayan rumah menelpon saya. dan mengatakan jika nyonya Ivy pingsan di kamarnya."

" jadi, tidak ada yang tahu apa yang terjadi dengan ibu ?"

" ya kurang lebih seperti itu pak." jawaban Ridwan sukses membuatnya lemas, wanita yang sangat ia sayangi kini terbaring lemah di atas kasur putih itu.

***

Beberapa waktu lalu, setelah beberapa jam akhirnya Vero bisa menemani ibunya di dalam. Menggenggam tangannya dan menunggunya dengan cemas di sampingnya. Beruntung ia seorang laki-laki, jika seorang perempuan mungkin dari tadi ia sudah menangis meraung-raung di depan Ridwan.

Ridwan, diman dia ?
sejah Vero masuk ke dalam Ridwan tidak terlihat lagi. Vero pun membuka handphone nya dan menelpon Ridwan.

" Dimana ?" tanya nya.

' saya sedang makan pak. Maaf saya lapar." jawab Ridwan di sebrang sana.

" baiklah."

" Anda mau makan pak ? biar saya bawakan sekalian."

Vero terdiam, ia berpikir mau makan apa. terakhir ia makan tadi dengan Anya, dan itu juga hanya sedikit hanya untuk mengganjal perut nya saja.
" Apa saja. kau tahu apa yang ku suka." pada akhirnya Vero pasrah saja, makanan apapun yang Ridwan bawakan akan ia makan. Lagi pula, perut nya juga mulai terasa lapar.

Ridwan menatap layar hape nya. Ia bisa merasakan betapa sedihnya tuannya melihat ibu yang sangat ia sayang harus terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.
Ridwan mendesah dan melanjutkan acara makannya yang sempat terhambat barusan.

Setelah beberapa menit akhirnya Ridwan memutuskan untuk membeli nasi goreng. Tidak restaurant di jam tengah malam begini yang masih buka. Kalau pun ada itu sangat jarang dan jauh dari lokasi rumah sakit. Beruntung Vero bukan orang yang pilih-pilih makanan, jadi selam ini adalah makanan halal dan  terlihat normal Vero pasti akan memakan nya.

" Pak." Ridwan menyapa Vero yang tertidur dengan posisi duduk di samping ranjang ibunya.

Vero pun terperanjat dan melihat Ridwan dengan bungkusan kresek putih.
" kau sudah kembali ?"

" ya pak. Maaf tidak makanan yang enak di sekitar sini, saya hanya membawakan ini untu anda." jelas Ridwan dengan memperlihatkan bungkusan kresek di tangan nya.

" tidak apa-apa, saya sudah sangat lapar." Vero mengambilnya dan membukanya.
Ia memakan nasi goreng itu dengan sangat lahap, meski dalam hati nasi goreng itu tidak se enak nasi goreng yang ia beli di restauran. Dari pada kelaparan dan ia akan berakhir terbaring karena pingsan nanti.

" Kau sudah mengerjakan kontrak kerja dengan perusahaan pak Burhan ?"

" Sudah pak."

" Bagaimana perkembangannya ?"

" Mereka merespon dengan positif pak, kita juga berhasil mendapatkan tender yang di Kalimantan pak. Tapi masih dalam proses perbandingan dengan perusahaan nnya pak Reno."

" jika kita sudah mendapatkannya kenapa masih ada perbandingan dengan perusahaan lain ?"

" entahlah, mungkin mereka masih ingin mencari yang benar-benar pas degan kriteria mereka."

" baiklah, lakukan yang terbaik agar kita mendapatkannya." Vero menatap ibunya dan menghembuskan nafas lelah. " sampai kapan ibuku terbaring seperti ini ?" tanya nya seakan mengambang di udara.

Ridwan yang mengerti perasaan Vero hanya bisa mendesah pasrah, tidak ada yang bisa ia lakukan selain menunggu perkembangan lebih lanjut setelah dokter menanganinya." kita hanya tinggal menunggu perkembangannya pak. dan itu butuh waktu, mohon anda bersabar." hanya itu  yang dapat Ridwan katakan, semoga saja tuan nya itu bisa lebih sabar lagi dan tidak akan marah seperti di kantor.

" kau tahu, aku akan sangat menyesal jika tejadi sesuatu pada ibu ku."Ridwan diam, mendengarkan apa yang akan di katakan oleh Vero selanjutnya. " ibu selalu bertanya kapan aku akan menikah ? dan aku tidak menjawabnya. "

" lalu kenapa anda tidak menjawabnya saja, jika anda belum mau menikah." saran Ridwan.

" entahlah, aku juga tidak tahu harus menjawab apa. Karena faktanya, aku belum mempunyai calon untuk jadi menantu ibu ku."

Ridwan mengernyit. " bukannya bu Anya...."

" aku tidak tahu. di lain sisi aku merasa senang jika berada di dekatnya, aku juga merasa nyaman jika berbincang dengannya, tapi aku tidak tahu apa yang aku lakukan ini ?"

" jadi anda hanya berteman dengan bu Anya ?"

" ya, kami hanya berteman."jawab Vero. Meski dalam hati ia juga ragu, apakah benar  jika selama ini mereka hanya berteman dekat atau ada perasaan lain dalam hati kecilnya untuk Anya. " tapi aku juga tidak yakin,"

Ridwan bisa merasakan kegalauan yang dirasakan Vero, oleh karena itu ia hanya bisa mendesah. Begini lah jika orang seperti Vero jatuh cinta. Laki-laki yang terbiasa dekat dengan wanita akan linglung sendiri dengan perasaannya jika ia mulai merasakan ketertarikan pada wanita yang mampu membuatnya bertekuk lutut pada perasaannya. Hingga ia sendiri tidak bisa membedakan daratan dan lautan.

Turun RanjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang