alasan 2

76 5 0
                                    

Sela menatap sedih makanan di depannya. Ia terus menatap jam yang menempel di dinding, lalu kembali menatap ponselnya.

Tidak satu pun pesan yang di balas oleh Alvin. Berkali-kali ia mencob amenelpon nya juga tetap tidak ada jawaban dari  menyerah. Sela kembali ke kamarnya. Ia mengganti baju nya, lalu merebahkan tubuh lelahnya di atas sofa di ruang tamu rumahnya.

***
" Kau ini bagaimana ? Baju apa yang kamu mau ??" Anya terus mengomel karena Alvin tidak juga menemukan baju yang cocok untuk hadiahnya.

" Maaf An. Kamu cape ? Gimana kalau kita makan dulu ??" Alvin tersenyum.

" Ya cape lah. Kamu pikir aku senang gitu muter-muter mall kaya gini ?"

" Maaf An. Ayo kita makan dulu. Di sana ada tempat makan." Alvin memapah Anya yang terlihat cape. Berputar-putar di mall selama lebih dari satu jam bukan lah hal gampang bagi ibu hamil seperti Anya.

Alvin yang merasa bersalah akhirnya mengakhiri alasannya. Ia pun mengajak Anya makan, karena Anya memang sudah terlihat kesal bercampur lelah.
" Maaf An. Kamu cape ya ?"

" Ya lah. Kamu rasain nih lagi hamil kaya aku, di ajakin muter-muter di mall kaya gini ."

" Iya An , maaf. Gini aja deh . Sebagai gantinya, aku traktir kamu belanja aja, gimana ?"

Anya menimbang usul Alvin. Jika menurut hati Anya sangat ingin memarahi dan memaki Alvin sampai puas. Tapi karena dia menawarkan belanja apa salah nya. Anya akan menguras semua isi dompetnya. Biar saja, biar dia tau rasa. " Deal. Awas aja kalau kamu bohong."

" Gak akan. Sekarang kita makan dulu ya."

Akhirnya Alvin bisa bernafas lega. Sebenarnya ia juga sangat khawatir jika terjadi sesuatu pada Anya. Maka ibunya sudah pasti akan menyalahkannya dan memarahinya. Dan memang benar, jika ia yang membuat Anya kelelahan. Mau bagaimana lagi, hanya Anya satu-satunya alasan kuat untuk menghindari Sela.

***
Flash back on

"Honey, sorry banget rumah aku masih berantakan." Sela meringis melihat keadaan rumah nya yngasih berantakan saat Alvin datang. Ini adalah kali pertama Alvin berkunjung ke rumahnya.

" Gak apa-apa. Kita beresin bareng-bareng." Alvin langsung masuk. Sela begitu merasa bahagia karena mempunyai kekasih yang begitu baik seperti Alvin.

Alvin bisa menerima segala kekurangannya, tanpa terkecuali. Meski ada beberapa hal yang tidak Alvin sukai maka dengan lembut Alvin akan memberi tahukannya dengan lembut. Tidak ada bentakan atau amukan ketika ia merasa tidak nyaman dengan Sela.

" Maaf ya . Kamu pasti cape ? Aku buatin kopi ya." Sela segera beranjak pergi ke dapur membuat kopi untuk Alvin. Tidak berapa lama, ia kembali dengan secangkir kopi.

" Seger banget." Alvin tersenyum ia kembali menyesap kopi yang di buatkan Sela untuknya. " Makasih ya."

" Harusnya aku yang terimakasih. Kamu udah mau mampir dan beresin rumah reyot aku. Maaf ya honey, aku segini ada nya." Sela mengeluhkan karena rumah nya yang sempit dan kurang layak. Terlebih lagi lingkungan tersebut sedikit kumuh karena berada di dalam gang di belakang pusat perbelanjaan.

" Honey, aku cinta kamu. Bukan rumah kamu. Aku gak peduli dengan rumah kamu kaya gimana. Yang aku peduliin, kamu cinta aku dan Nerima aku seperti aku menerima kamu." Alvin menatap dalam mata Sela.

Sela tersenyum. " Ya honey. Aku menerima kamu seperti kamu menerima aku. Aku janji, aku bakalan cinta kamu sampai hanya maut yang bisa memisahkan kita." Air matanya nyaris jatuh, Alvin segera mengusapnya.

Tangis haru Sela mampu menghanyutkan Alvin hingga ia memeluk Sela dengan sangat erat.

Flash back off

Sela menatap nanar pintu rumahnya. Kenangan nya bersama Alvin membuat hatinya berdenyut nyeri. Dulu saat ia masih di rumah butut nya. Alvin sering sekali datang ke rumahnya. Hingga ia membelikan rumah baru yang akan di tempati ya jika sudah menikah nanti. Namun Alvin dengan segala kebaikan hatinya mengijinkan Sela untuk menempati rumah itu, rumah yang sekarang Sela tempati. Adalah rumah masa depan mereka yang Alvin beli dengan hasil keringatnya.

" Kenapa kamu seperti berubah Vin ?" Sela bertanya pada angin. Karena di ruangan itu tidak ada siapa pun kecuali dirinya. 

" Apa yang terjadi ? Ya tuhan, semoga tidak terjadi sesuatu hingga Alvin tidak bisa datang kesini." Sela terus berdoa agar Alvin tetap baik-baik saja. Ia terus mencemaskan Alvin tanpa ia sadari, kesalahan nya telah tercium oleh Alvin.

Terlalu larut dalam lamunannya, sampai Sela tidak sadar Jik ponselnya sudah berkali-kali berdering. Hingg suara bel pintu berbunyi barulah ia tersenyum dan segera membukanya. Namun, senyumny hilang begitu saja sat ia melihat siapa yang datang.

" Kenapa ? Sepertinya kau tidak senang aku datang kesini ?"

Sela segera melirik situasi di sekitar rumah nya. Ia melihat kekiri dan kekanan, untuk memastikan jika tidak ada orang yang melihat. " Cepat masuk." Sela segera menarik tangan Amar agar segera masuk. " Kenapa kau datang kemari ?"

" Karen aku rindu kamu." Jawab Amar enteng. Ia seger meraih tengkuk Sel dan menciumnya.

Sela yang berada mood yang kurang bagus tidak membalas ciuman Amar." Ku mengundang Alvin kemari, bagaimana jika dia melihat kita ?"

" Biar saja, apa masalahnya." Amar kembali meraih tengkuk Sela dan menyudutkannya. Amar mencium bibir Sela dengan cepat dan menghimpit tubuhnya agar tidak melakukan perlawanan.

Sela hanya bisa pasrah ketika Amar terus bermain dengan lidahnya. Sesekali ia membalasnya. Tidak seperti biasanya, saat bermain dengan Amar seperti ini ia memikirkan Alvin.

***
Jalanan macet membuat Alvin harus bersabar. Setelah puas ia berkeliling dengan Anya, dan Anya yang puas menguras isi dompet Alvin akhirnya mereka memutuskan untuk pulang.

Anya yang tertidur karena lelah tidak menyadari jika sepasang mata kini sedang menatapnya dengan teduh.

Ada rasa bersalah, kasihan dan entah perasaan apalagi Alvin juga tidak tahu. Namun, hatinya tersentuh untuk menatap Anya yang tertidur pulas di sampingnya.

" Maaf An."

Turun RanjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang