dari hati untuk cinta 2

98 8 0
                                    

Amar terlihat lesu di kantor nya.

Setelah pertemuannya dengan Sela 2 hari lalu, ia terus memikirkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi jika hal itu sampai terjadi.

" apa yang harus aku lakukan ?" Ia mengusap kasar wajahnya yang sudah terlihat sangat kusut.

Jika seisi kantor selalu melihat Amar dalam keadaan bugar dan fresh, sekarang mereka harus di suguhi pemandangan sebalik nya. Amar laki-laki berdarah indo-cina itu harus berfikir keras selama berhari-hari agar Sela tidak melakukan hal bodoh.

Ya, tadinya dia memang menerima ajakan Sela karena dia tidak ingin Sela memutuskan hubungan dengan nya. Tapi sekarang dia harus memutar otak agar Sela tidak melakukan rencana nya.

Tok...tok...tok...

Suara ketukan di pintu membuyarkan pikiran nya yang bercabang.

" masuk lah." Seorang wanita yang tidak lain adalah sekretarisnya Humaira masuk, dengan berbagai berkas di tangannya.

" maaf mengganggu pak. Saya hanya ingin memberi tahu kan jadwal anda siang ini dan beberapa berkas yang harus anda baca lebih dulu." Humaira menjelaskan setiap detil yang harus di lakukan Amar hari itu.
Dengan seksama Amar mendengarkan setiap kata yang di jelaskan oleh Humaira.

" Mai " begitulah Amar memanggil nya. " kamu temenin aku ya, kayak nya aku lagi gak fokus."

" bapak sakit ?"

" ya. Kepala sedikit pusing." Amar memang merasakan pusing, karena ia banyak berpikir sampai lupa makan dan jam tidur yang terganggu.

" ya sudah kalau gitu saya siapkan dulu bahan presentasi nya."

Amar hanya menganggukkan kepalanya. Ia sangat beruntung memiliki sekretaris sebaik Humaira, gadis berkerudung itu bekerja dengan baik di kantornya.

***

"Alhamdulilah." Ucap Humaira ketika mereka selesai menandatangani kontrak kerja.

Amar melihat sekretarisnya dengan seksama. " kamu lapar gak ?"

" ya dong. Sudah lewat jam makan siang." Humaira memperlihatkan jam yang menunjukan pukul 13.00 di hape nya. " bapak juga pasti lapar kan ?"

" ya, kamu mau makan apa ? Saya traktir."

" beneran nih pak ?? Kalo gitu saya mau makan di restoran yang makanannya enak-enak pak."

" kamu meledek saya ?? Ayo, saya bawa kamu ke restauran mewah di deket sini." Amar berjalan lebih dulu meninggalkan Humaira yang masih bersenang ria dengan kepalanya membayangkan berbagai makanan enak yang akan dia makan.

Tidak jauh dari tempat mereka meeteng tadi, Amar benar-benar membawanya ke sebuah restauran mewah. " wah.." Humaira terkagum melihat restauran yang kini ada di depannya.

" jangan bengong Mai, nanti kamu ileran." Ejek Amar ketika melihat Himaira malah terpesona dengan interior restauran dari pada langsung duduk dan memesan makanan.

" ish, apaan sih. Mau duduk dimana pak ?"

" gak disini, kita pesen tempat privat aja." Amar pun pergi memesan tempat privat, sementara Humaira masih senang melakukan Selfi di setiap sudut yang menurut nya unik, dia juga tidak melewatkan aksi live nya di akun sosmed nya.

" nih, sekarang aku mau ke ruangan khusus pribadi, ah...jujur ini prngalaman pertama aku masuk restauran mewah guys, sumpah demi apa ini ... Kayak mimpi. Tapi nyata banget..." Racau nya di aksi live sambil terus berjalan menyusuri lorong menuju tempat privat.

Amar hanya diam tidak banyak komentar apapun tentang kelakuan Humaira yang sangat kekanakan, ia juga senantiasa mendengarkan setiap racauan Humaira dan sesekali tersenyum.

" Guys nih bos ku, yang traktir aku di restauran mewan ini " Humaira mengarahkan kamera pada Amar.

Amar tidak menolak ia malah tersenyum dan melambaikan tangan ke arah kamera. " guys bos ku baik kan ya, gak jutek, tuh liat pak bos lagi pesen makanan. Katanya sih makanan yang gak pernah aku makan. Kita liat yu,, makanan apaan sih ? Penasaran juga aku..." Humaira terus mengatakan hal- hal yang ada di sana. Seperti interior restauran nya, dinding nya bahkan kali ini dia memeprlihatkan kamar kecil di ruangan privat itu. Semua ituembuat Amar tidak habis pikir. Ini kali eprtama ia melihat Humaira seperti itu. Jika di kantor ia adalah seorang karyawan yang baik dan patuh, ia juga akan telaten mengurus setiap jadwalnya. Memberikan setiap laporan dngan benar dan terkadang memberikan saran dan masukan yang bagus untuk Amar.

" oke guys, makanan nya lama. Kita jeda dulu ya ntar kalo makanan nya udah ready kita lanjut live nya oke, bye ... Bye.... See you next time." Humaira melambaikan tangannya ke arah kamera.

Akhirnya, Amar bisa mendengarkan keheningan setelah beberapa menit mendengar burung berkicau di ruangan itu.

" pak saya ijin keluar dulu sebentar ya."

" mau kemana kamu ? Sebentar lagi makanan nya siap."

" bentar aja pak gak lama." Humaira segera keluar dari ruangan itu, meninggalkan Amar sendirian di temani sunyi.

Tidak berapa lama kemudian Humaira datang " wah , wangi banget. Kayak nya enak nih." Humaira menatap takjub dengan makanan yang sudah tersaji di depannya.

" kamu kemana saja, kalau dingin kurang enak nanti."

Bukannya mendengarkan Amar, Humaira malah kembali mengeluarkan hape nya dan memfoto semua makanan tersebut dari berbagai arah yang di rasanya bagus.

" ini buat di makan, bukan buat model. Cepetan ayo saya sudah laper."

" tunggu, sebentar pak." Humaira kembali memotret makanan yang tersaji di depannya.

" sudah saya sudah lapar." Amar langsung mengambil potongan daging yang tersaji di depannya.

Humaira pun mengambil sajian seafood yang ia lihat sangat menggugah selera makannya.

" ih, gila enak banget. Beneran deh pak ini tuh enak banget." Humaira kembali memasukan sesendok seafood ke dalam mulut nya.

Amar hanya tersenyum melihat tingkah Humaira yang seperti orang udik, baru kali ini ia melihat seorang gadis yang tidak punya rasa jaim saat makan dengan lawan jenis nya. Biasanya para gadis akan malu-malu saat menyuapkan makanan. Atau pura-pura santai meski dalam hati mereka sangat kegirangan.

Tapi yang ia lihat pada Humaira berbeda, ia malah terkesan udik dan kampungan. Seperti orang kampung yang baru saja datang ke kota. Tidak henti-henti nya memperlihatkan ekspresi takjub pada hal-hal yang baru yang di lihatnya. Dan sekarang Amat di buat geleng-geleng kepala saat ia memotret semua makanan dan terus meracau saat memakannya. Benar-benar di luar dugaan tingkah laku sekretaris nya ini. Tidak ada rasa malu atau gengsi apapun saat bersamanya, seolah jiwa nya bebas meng ekspresikan setiap perasaan yang ia rasa, tidak ada beban aappun yang ia pikirkan.

" bapak kenapa liatin saya kaya gitu ?" Humaira jadi gelagapan mendapati sedari tadi Amar terus menatapnya tanpa berkedip.

Amar yang mulai sadar segera menetralkan pandangannya, ia merasa malu karena kedapatan memperhatikan Humaira seperti itu. " Sorry, saya lagi melamun aja."

Humaira mengambil sebuah bungkusan di dalam tas nya. " ini kalau bapak seudah beres makannya, minum obat sama vitamin ini." Ia menyerahka sebuah tablet vitamin dan obat pusing pada Amar.

" Jadi tadi kamu pergi apotek ?"

" ya, bukannya bapak bilang bapak sedikit pusing ? Saya lihat juga muka bapak pucat dan lesu. Maka nya saya belikan obat ini."

Amar tidak habis pikir, bagaimana bisa seorang sekretaris memperhatikan dia sampai sedetail itu
" baiklah, terima kasih." Karena merasa tersanjung Amar menerima obat dari Humaira.

" lebih baik kita lanjutkan lagi makan nya."

Humaira hanya mengangguk saja dan kembali menekuni makanannya. Mencoba setiap sajian dan mulai bersendawa saat perut nya sudah kenyang namun mulut nya masih penuh dengan makanan.

****

Turun RanjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang