Semua karena mu

95 8 0
                                    

" An, pahlawan Lo udah lama gak keliatan." Ujar Rio.

Anya menanggapi acuh " sibuk kerja kali." Ia masih fokus pada pekerjaannya.

" Jangan-jangan lagi Adain acara nikahan lagi." Rio menduga-duga, agar Anya mau fokus pada nya. Dan itu berhasil membuat Anya berhenti sebentar dari pekerjaannya.

Sekelebat bayangan Vero sedang melangsungkan acara pernikahan dengan wanita lain. Membuat hati ya sedikit takut, dan jantung nya berdegup kencang. 'bagaimana jika memang benar ?' Tapi sedetik kemudin Anya menggelengkan kepalanya, menyingkirkan pikiran-pikiran aneh dan mencoba untuk tetap berpikir positif tentang Vero.

" Heh, jangan ngomong sembarangan. Tar Anya kalo stres gimana ?" Rita melempar Rio dengan pensil yang ada di tangan nya.

" Ih. Gue kan cuman bilang gimana kalo seandainya. Gitu doang. Ya kalau dia emang serius sama Anya dia gak akan ngilang sampai berhari-hari tanpa kabar kan ?"

Anya dan Rita saling berpandangan. Tidak ada jawaban dari mereka.
" Udah deh, kita lagi kerja. Jadi bahas masalah kerjaan aja." Rita kembali pada pekerjaannya. Dia merasa kurang enak pada Anya karena Rio tiba-tiba berbicara seperti itu.

Anya juga tidak terlalu menanggapi, meski dalam pikirannya ia membenarkan ucapan Rio. Namun ia juga sadar, siapa dia untuk Vero ? Apa posisinya dalam hidup Vero ? Anya tidak lain hanyalah seseorang yang kebetulan hadir dalam hidup Vero. Bahkan status hubungan mereka pun tidak jelas.

Mereka memang dekat, bahkan bisa di katakan jika mereka seperti sepasang kekasih. Tapi Anya kemudian mengelus perutnya yang buncit. Kehamilannya sudah memasuki usia 6 bulan. Dan ini bukan lah anak Vero. Anya tidak ingin banyak berpikir. Sekarang ini ia hanya ingin bekerja dulu. Banyak sekali desain yang harus ia selesaikan. Jika tidak bos nya akan marah lagi.

***

"Honey." Alvin mencium mesra Sela. Sudah lama ia tidak merasakan kelembutan bibir wanita itu.

" Emmh " sela melenguh. Merasakan gelenyar yang merasuki tubuhnya.

Alvin mencium sela dengan kasar, intens dan panas. Membuat wanita itu tanpa sadar naik ke pangkuannya dan meraih lehernya semakin memperdalam ciuman mereka.

" Engh " keduanya melenguh, saling bersahutan. Bahkan Sela sangat agresif, ia memainkan irama dalam tempo yang sangat menggoda Alvin.

Alvin tidak ingin kalah, ia membalik posisi dan menjatuhkan Sela ke atas kursi hingga terlentang. Sela tidak meronta atau menolak. Ia hanya pasrah di bawah kungkungan tubuh Alvin.

" Honey. Kita sudahi dulu." Tiba-tiba saja Alvin menyudahi semuanya.

Sela yang masih ngos-ngosan hanya terpaku. " Ke..kenapa ?"

" Tidak apa-apa." Alvin menjauh dari tubuh Sela. Ia membenarkan kemeja nya yang sedikit kusut." Aku gak mau kita bermain terlalu jauh."Alvin menatap sendu Sela.

" Tapi. Aku gak masalah meski kita terlanjur..." Alvin menyentuhkan jari telunjuknya di bibir Sela.

" Stop. Aku gak mau hubungan yang kita jalani selama ini harus terkotori hanya karena nafsu belaka." Sela di buat tercengang dengan ucapan Alvin. Ia tidak menyangka jika Alvin akan menolak nya." Aku gak mau kamu di cap sebagai wanita gak bener. Apalagi kau tau bagaimana ibu ku menilai mu ? Mestinya, kita buktikan pada ibu dan orang-orang, kalau kita tidak melakukan hal di luar batas kita."  Alvin menolak dengan lembut. Meski ia juga tidak bisa  membohongi dirinya jika sekarang ia benar-benar ingin menerkam Sela dan menikmati setiap jengkal tubuh nya.
Namun jauh dalam hati nya, ia tidak ingin mengotori Sela dengan cara seperti ini. Ia masih mencintai wanita itu dengan tulus.

Sela tidak bisa berkata-kata. Setiap tutur kata yang Alvin ucapkan membuat gejolak di dalam dada nya mereda. Meski ia merasa dongkol karena Alvin menolak nya. Tapi ia merasa terharu dengan apa yang di ucapkan Alvin. Jauh di dalam hati nya, ia begitu tulus. Lalu bagaimana dengan dirinya sendiri ? Ia malah selingkuh dengan Amar. Bahkan ia tidak bisa memilih antara keduanya. Sela terlalu di butakan dengan harta hingga ia tidak bisa melihat lelaki mana yang tulus mencintai nya dan menerima kekurangannya. Karena baginya, baik Alvin atau pun Amar, mereka sama-sama mesin uang untuk nya. Keduanya tulus menerima dia, hingga tidak tahu apa yang sedang ia mainkan di belakang mereka.

***

Anya menyesap sedikit demi sedikit susu  yang baru saja ia seduh.

Sudah enam bulan, tapi ia masih belum bisa makan dengan benar. Apa bawaan bayi atau memang hormon nya yang belum stabil. Anya melihat jam di dinding , waktu menunjukan pukul delapan malam, tapi Anya belum merasa ngantuk. Ia memilih untuk menonton tv sambil bersantai. Karena merasa lelah, Anya menaikan kedua kakinya di atas sofa. Ia mengatur posisi tubuh nya agar terasa nyaman. Tidak ada acara tv yang menurut nya bagus, ia hanya memutar canel yang satu ke canel yang satu nya lagi.

Bosan, tentu saja. Ia memutuskan masuk ke kamar, berdiri di depan jendela besar di sana dan melihat pemandangan langit yang semakin menggelap. Ada banyak bintang disana, dan ada bulan yang bersinar terang. Andai ada seorang teman yang menemaninya sekarang, mungkin ia tidak akan merasa kesepian seperti ini.

Tiba-tiba ia teringat dengan ucapan Rio.

Vero, memang sudah seminggu lebih tidak ada kabar darinya. Biasa nya Vero akan memulai chat duluan, tapi selama ini tidak ada chat apapun dari nya. Bahkan hanya sekedar missed call saja tidak ada. Jangan kan hadiah kejutan kecil yang sering ia berikan padanya, bayangan nya pun tidak terlihat.

'sudahlah An, memang kamu siapa nya dia sampai kamu berharap dia ada disini sama kamu ?' Anya membatin sendiri.

Harusnya Anya tau diri, ia bukan siapa-siapa Vero. Dia bukan saudara atau keluarga Vero. Dia hanya teman lama yang kebetulan bertemu lagi tanpa sengaja. Lagi pula dia sedang hamil. Bagaimana jika banyak yang menyangka jika ini adalah anak Vero. Akan lebih kasihan juga buat Vero jika dikira anak yang dia kandung adalah anaknya.
Mungkin akan lebih baik jika mereka seperti ini. Memiliki batasan masing,-masing, agar terhindar dari masalah di masa mendatang.

Lagi pula sekarang Anya sudah jauh lebih baik, rasa mual dan muntah nya sudah mulai berkurang, meski ia akui jika rasa mood swing nya masing ada. Tapi ia masih bisa mengontrol.

Ada banyak orng disekitarnya, teman-temannya, mertuanya. Dan bahkan Alvin yang dingin pun perlahan mulai mencair dan lebih perhatian padanya. Itu akan lebih baik, dari pada terus mengharapkan Vero Yang ada di samping nya. Jika saja hubungan mereka jelas, mungkin Anya tidak akan merasa gelisah seperti sekarang ini.

Turun RanjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang