kau memang tak sama (REVISI)

11.5K 508 17
                                    

Anya menarik nafasnya perlahan. Seolah sedang menghadapi sebuah vonis hukuman mati, ia tidak berani menatap Alvin yg kini tengah menatapnya.

Sesaat setelah Alvin menemuinya di rumahnya. Mereka memutuskan untuk membicarakannya di ruang tamu.
Tak ada yg spesial pada Alvin hari ini. Selain wajah nya yg dingin bagai bongkahan es besar di kutub Utara.

Sekali lagi, Anya meneguk susah salivanya.

Alvin terus menatap Anya dengan tatapan setajam elang nya. Wajahnya begitu dingin dan tak tersentuh.

Lama ia menunggu Anya untuk bicara tapi tak sepatah katapun keluar dari mulutnya.

Yang di lakukan nya hanya menunduk, dan- gemetar   ??

Alvin kembali berfokus pada wajah Anya yg masih menunduk. Wajahnya pucat dan terlihat tegang.

Alvin pun menghela nafas, perlahan-lahan wajah dinginnya sedikit menunjukan kehangatan.
" Ada yg ingin kau sampaikan ?!" Ucapnya membuka percakapan.

Anya hanya diam membeku. Dia tak tahu harus mengatakan apa. Karena memang sekarang ia belum siap untuk mengatakan apapun pada Alvin.

Anya menarik nafasnya dalam dan menghembuskan nya.

Dengan sedikit keberanian, ia  menatap Alvin yg kini menatapnya dengan alis berkerut.
" Okay. Alvin, kamu sudah janji akan menerima apapun keputusanku bukan ?!"

Alvin hanya menganggukan kepalanya.

"Dan- inilah keputusanku. kita jalani apa yg ada. Biar waktu yg menjawab semuanya. Aku harap kamu tidak marah."

Tak ada jawaban apapun dari Alvin. Bahkan raut wajahnya tetap biasa saja. Hanya matanya yg terus menatap penuh selidik pada Anya.

Tak ada yg berbicara. Mereka hanya saling bertatap dalam keheningan.

Suara dering telpon Alvin mengembalikan mereka pada kenyataan.
Dengan sigap Alvin mengangkat panggilan dari sebrang sana.
" Hallo..."

" Ya. Nanti aku kesana."
Alvin segera mengakhiri panggilannya dan kembali fokus pada Anya yg kini terlihat gelisah.

" Aku memang pernah mengatakannya. Ku pikir kau akan setia pada kakakku." Ucapnya dingin.

Seolah tertusuk sebuah belati, Anya merasakan luka tak kasat mata yg menghujam dadanya.

Ia pun merasa tidak nyaman dengan sesekali mengusap tengkuknya yg kini terasa merinding. Anya tidak tahu harus bagaimana ?! Perkataan Alvin sangat menyakitkan.

Apa dia salah bicara ? Kenapa Alvin begitu kejam padanya ?

Tak terasa, setetes air mata lolos dari matanya. Dengan berat, ia berusaha untuk menjaga agar tidak menangis di depan Alvin. Tapi apa daya, Alvin benar. Semua ucapannya benar.

Mungkinkah Alvin mengira Anya adalah wanita gatal yg gampangan ?

" Alvin. Aku tidak sejelek itu. Mungkin kau dan orang-orang akan berfikir seperti itu tapi-"

" Tapi apa.??" Alvin menyela dengan tatapan menuntut. Anya hanya bisa merasakan sakit ketika mata itu selalu menatap nya penuh tuntutan.

" Akan ada baiknya jika aku tidak terlalu memikirkan kepergian Aldo. suatu hari nanti, aku pasti akan melupakan Aldo. Dengan atau tanpa kamu. "

Hening. Tidak ada pembicaraan lagi setelah Anya memberanikan diri mengucapkan kata yg sangat sulit untuk ia ucapkan.

Alvin pun berdiri, dan melangkahkan kakinya yg lebar keluar dari rumah minimalis nan asri itu.

Anya hanya terdiam dengan perasaan sakit dan kecewa. Entah kenapa ia merasa kecewa dengan sikap Alvin yg selalu terlihat menghakiminya.
Apa dia sudah melakukan kesalahan ???!

Jika di ingat-ingat, sejak menikah dengan Aldo, tidak sedikit pun dia dan Alvin sering bertegur sapa atau sekedar ikut berkumpul bersama keluarga, ia selalu menyibukkan dirinya di luar rumah.

Jadi, tidak banyak Anya berinteraksi dengan Alvin.
Dan ia benar-benar dingin. Akan sangat sulit menyesuaikan diri dengan Alvin, mungkin dia dan Alvin memang tidak cocok untuk  bersama.

Sudahlah, apapun yang akan terjadi nanti biarlah waktu yg menjawabnya.

Jika saja permintaan konyolbtidak ada dia tidak akan berurusan dengan Alvin si gunung es .

====================================
Di part ini revisi nya dikit aja ya

Turun RanjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang