Alvin dan Sela

180 11 0
                                    

"honey, kamu tahu. Aku gak pernah dapetin hadiah seindah dan semahal ini." Sela masih menelisik cingcin emas pemberian Alvin.

" Maaf karena aku gak bisa ngasih yang lebih bagus."

" Jangan ngomong gitu, sekarang kan kamu belum bisa. Siapa tahu nanti kamu bakal bisa beliin aku berlian yang besar." Hayal Sela.

" Hahahah.. amin kan aja dulu. Aku janji, aku akan kerja keras  buat masa depan kita." Alvin memeluk Sela.

" Harus. Kamu udah janji bakal nikahin aku, jadi kamu harus kerja keras. Karena aku gak mau hidup kita dihina sama orang."

" Gak masalah. Kau akan bekerja lebih keras lagi agar kita gak hidup susah. Setidaknya, kota gak minta makan sana sini. Heheuheuheu.."

" Al, aku gak akan sanggup kalau harus pisah dari kamu." Sela mengalungkan tangannya di leher Alvin. " Janji ya Al, jangan tinggalin aku."

" Kamu jangan takut, aku gak akan tinggalin kamu."  Alvin meraih tengkuk Sela dan mengecup keningnya.

" Janji ya Al, kita akna selalu bersama, apapun yang terjadi kita gak akan pernah berpisah." Sela mengangkat jari kelingkingnya.

Alvin tersenyum, ia menautkan jari kelingkingny dengan Sela." Aku janji."

Kedunya pun tersenyum bahagia, Sling mengikat janji cinta meski Alvin masih belum memberi tahukna hubungannya dengan Sela pada kedua orang tua nya.

***
Janji tinggallah janji. Alvin hanya menatap sedih jendela di depannya.

Hari ini hujan turun tnpa di undang, berkali-kali Sela menelpon Alvin tapi tidak juga ada jawaban darinya.

" Alvin mana sih ? Gak biasanya gak angkat telpon dari aku." Sela kembali mencoba menelpo Alvin. " Ergh..." Karena tidak ada juga jawaban dari Alvin, akhir nya ia memutuskan untuk pergi.

Alvin menatap nanar layar hape nya. Dilihatnya tujuh panggilan tak terjawab dari Sela. Ya, Alvin sengaja tidak mengangkat telpon dari Sela karena ia tidak tahu harus bersikap bagaimana sekarang. Di satu sisi ia sangat menyayangi Sela, di sisi lain ia merasa marah dan kecewa padanya. " Ya tuhan apa yang harus aku lakukan sekarang ?" Alvin mengusap kasar wajah nya. Ia benar-benar tidak siap untuk menghadapi segala kemungkinan jika bertemu dengan Sela.

" Al, gue mau cuti dulu ya. Tiga harian paling." Tanpa mengetuk pintu lebih dulu Vero masuk. Dilihatnya Alvin yang bengong dengan wajah kusut seperti orang setres. " Lo kenapa ? Gak biasanya kaya baju yang belum di setrika." Vero mencoba menelisik setiap penampilan Alvin mulai dari wajah hingga pakaian.
" Kalau ada apa-apa Lo bisa telpon gue."

" Ya." Jawab Alvin singkat.

Vero diam." Lo baik-baik aja ? Atau Lo sakit ?"

" Gak. Gue baik kok. Jangan khawatir."

" Yakin ? Muka Lo kusut banget soal nya."

" Yakin. Lo bisa cuti dengan tenang."

Vero berlalu, meninggalkan Alvin sendiri di kantor.

Selang satu jam setelah keeprgian Vero, Alvin di kejutkan dengan kedatangan sela ke kantornya.

" Honey." Sela memeluk manja pada Alvin. " Kenapa sih, dari tadi aku telpon gak di angkat ?"

Alvin tidak langsung menjawab ia masih bimbang harus bagaimana bersikap. " Maaf, ada banyak kerjaan dan client." Alasannya.

" Oh, aku ganggu gak ?" Sela melihat meja Alvin memang berantakan penuh dengan file dan kertas-kertas berserakan.

" Ya. Sedikit." Alvin memaksakan senyumnya pada Sela.

" Oh, maaf honey. Aku pikir kamu senggang. Karena biasanya kamu....."

" Maaf honey, kali ini aku sedang sibuk." Alvin menatap dalam mata Sela. Seolah menerawang jauh kedalam dirinya.

Sela yng mengerti maksud tersirat Alvin hanya bisa tersenyum. " Baiklah. Aku pergi dulu, aku tunggu di rumah. Aku masak spesial buat kamu." Masih dengn senyum nya Sela pergi sesudah mengecup pipi Alvin.

Ada yang aneh menurut hati kecil Sela. Tidak biasa nya Alvin seeprti ini. Meski banyak tumpukna pekerjaan di kantor nya, ia alan tetap mengangkat telpon darinya. Bahkan tadi Alvin terasa sedikit  cuek padanya.
" Halo. Amar, ayo kita bertemu. Aku bosan."
Iyulah Sela, disaat ia merasa sendiri dan bosan, maka Amar akan menjadi tempatnya untuk menghilangkan penat.

***
" Bagaimana dengan hadiah ynag aku kirimkan ?"

" Hadiah ? Apa ?"

" Ow pasti belum sampai. Nanti juga kau akan tahu."

" Katakan padaku, kau memberiku hadiah apa ?" Sela mendeaak Amar agar mengatakannya.

" Sudahlah, itu kejutan. Aku ingin kau melihatnya langsung."

Sela memanyunkan bibir nya. Ia merasa kesal jika Amar sudah bermain teka teki seeprti ini. " Baiklah. Aku sudah tidak sabar ingin melohat hafiah apa sih yang kamu kirim ? Awas aja kalau jelek."

" Tidak akan. Aku yakin kamu akan suka." Ucap Aman percaya diri.

" Amar, kau tau. Beberapa hari ini Alvin terasa aneh." Keluh Sela.

Amar yang merasa risih menarik nafasnya berat. " Terus kamu ingin aku bagaimana ?"

" Entahlah." Sela menyandarkan punggungnya. " Tidak biasanya dia seperti itu."

" Katakan padaku. Kau ingin aku apakan dia."

" Tidak... Tidak. Aku tidak ingin dia kenapa-napa."

" Sayang, kau tahu jika aku mampu melakukan apapun untukmu. Bahkan melenyapkan Alvin untuk selamanya." Tekan Amar

" Jangan gila Amar. Aku tidak ingin kau masuk penjara hanya karena membunuh Alvin. Dan kau harus ingat, aku tidak akan pernah membiarkan mu menyakiti Alvin walau pun hanya satu goresan." Sela pergi meninggalkan Amar sendiri. " Amar sudah gila. Krnapa aku jadi takut ya ?" Tanya nya pada diri sendiri.

Amar memperhatikan Sela dari kaca jendela restauran. tangannya mengepal erat sampai urat-uratnya keluar. " Jika aku tidak bisa memiliki mu maka dia juga tidak bisa."

Turun RanjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang