perjodohan 1

113 7 0
                                    

Sudah seminggu ini Vero tidak menemui Anya. Bagaimana kabar wanita itu, dan bagaimana kehamilan nya ? Apa dia makan dengan baik atau tidak ? Apa ada yang menemaninya makan atau tidak ?

Semua pertanyaan itu terus berputar berulang di kepala Vero.

Setelah selesai mengerjakan semua kerjaan nya Vero tidak langsung pulang ke rumah, ia hanya menjalankan motor nya dengan santai di jalanan dan mengambil jalan memutar untuk sampai ke rumah nya. Meski ia tahu jalan memutar itu lumayan jauh dan memakan waktu yang lebih lama dari jalan yang sering ia lewati.

Sesampai nya di rumah, tidak ada satu kehidupan pun di sana. Bahkan para pelayan sudah tidak berkeliaran. Sebagian lampu juga sudah di matikan. Hanya para security yang berjaga malam yang masih menunjukan tanda-tanda keberadaan nya. Vero pun segera menaiki tangga dan masuk ke dalam kamarnya. Membanting tubuh lelah nya di atas kasur empuk nya dan menatap langit-langit kamarnya. Hari ini, entah kenapa ia merasakan tubuh nya sangat lelah dan lemas. Bahkan untuk menutup matanya saja seperti enggan untuk langsung terlelap ke alam mimpi.

Dengan satu hentakan kaki, ia melepaskan sepatunya, bergantian dengan kaki nya yang lain, sepatu itu terjatuh dengan bunyi bergelutuk di atas lantai. Vero mulai mengangkat kaki nya ke atas kasur dan mencopot satu persatu kaus kakinya, lalu melemparkannya sembarangan. Ia mulai meregangkan tubuh nya sampai terdengar bunyi krak  di setiap engsel tulang nya. Ia mendesah, tat kala ia mendapat kan sedikit kenyamanan di tempat nya.
" lelah nya, dasar teman laknat, akan ku balas nanti." Rutuknya ketika mengingat Alvin.

*****

" ah iya jeng Meli nanti kita ketemuan langsung di tempat ya. Oke. " Ivy menutup telpon nya. Lalu ia kembali menelpon teman-teman nya yang lain. Dan mengatakan hal sama.

Vero yang mendengar nya merasa aneh, apa ibu nya ini berniat untuk reunian atau berkumpul sosialita lagi dengan geng sosialita nya. " Ibu mau kumpul lagi ?" Tanya nya ketika Ivy  menutup hape nya dan mulai mengambil sendok.

" ya. Dan ibu ingin minta tolong pada mu."

" apaan ?"

" hari ini kamu temani ibu ya. Kamu kan tau, ibu belum pulih benar. Tapi ibu sangat bosan diam terus di rumah. Apalagi kalau kamu tidak ada. Benar-benar membosankan." Ivy mendrama tisir ekspresi wajahnya dengan menonjolkan kedua mata nya dan mulut yang berkomat Kamit.

" ibu aku harus kerja. Maaf, tapi mungkin kapan-kapan aku akan mengatur jadwal ku untuk menemani ibu "

" apa ?" Oh tidak, jika Vero tidak bisa ikut dengan nya maka rencana nya akan gagal. " kenapa ? Bukan kah kau sendiri yang bilang jika ibu tidak boleh pergi sendirian jika mau keluar rumah ??"

" ya , tapi sungguh. Kali ini aku tidak bisa menemani ibu."

" tidak bisa. Pokok nya kamu harus temani ibu."

" ibu memaksa ?"

" ya. Kau ini dasar Anak nakal. Dimana hati nurani mu sebagai seorang anak. Kau tega membiarkan ibu mu yang baru pulih ini pergi sendirian ?" O y berakting pura-pura menangis dan menutup mulut dan hidung nya dengan sapu tangan. " ya tuhan andaikan saja anak ku yang lain ada di sini aku tidak akan kesepian seperti ini." Ivy terus meracau kata-kata yang bisa membuat hati Vero luluh. Sesekali matanya akan melirik melihat bagaimana Vero.

Vero hanya mendesah, lalu memijit kepalanya. Jika sudah seperti ini ia tidak bisa menolak keinginan ibu nya itu. Dan sudah pasti dia tidak akan berhenti sebelum Vero mengatakan 'iya' .
" baiklah Bu ,baiklah." Akhirnya Vero mengalah. Ia akan menemani ibu nya dan kembali mengerjakan kerjaan nya setelah selesai dengan ibu nya.

" apa ?kau mau menemani ibu ?"

" ya Bu."

" lalu bagaimana dengan pekerjaan mu ?"

" ibu tidak akan lama kan ?" Ivy yerlihat menimbang sesuatu. Hingga sebuah senyum dan anggukan di kepalanya menjawab pertanyaan Vero. " jika ibu tidak akan lama, aku bisa masuk kerja nanti siang, setelah selesai dengan ibu "

" ah, baiklah. Ibu senang mendengarnya." Karena senang Ivy sampai lupa dengan makanan nya dan malah pergi ke kamar nya.

*****
Jika ada hal yang sangat membosankan untuk seorang Vero tidak lain adalahenemani seorang wanita berkumpul dengan teman perkumpulannya.
Dan disinilah dia sekarang, berkumpul bersama sang ibu yang sibuk dengan teman-teman nya. Bahkan mereka juga membawa serta putri mereka yang sekarang sedang mengerubungi Vero. Entah perasaan nya saja atau memang benar, jika hanya dia saja satu-satu nya kaum Adam di sini.

Meski Vero akui perempuan-perempuan ini memang menarik. Tapi tidak ada satu pun yang menarik minat nya.
" Boleh aku tahu berapa umur mu ?"
Seorang wanita dengan baju yang cukup minim bertanya dengan manja padanya.

" apa penting sebuah umur ?"Vero malah bertanya balik ketimbang menjawab nya. Ayo lah jika ia mengatakannya maka para wanita ini tidak akan berhenti menanyai nya.

" owh.." desah para wanita itu. " kau tahu, ini baru pertama kali Tante Ivy membawa anak nya." Ucap salah satu wanita dengan baju biru.

" ya, dan tidak disangka. Anak Tante Ivy sangat panas." Ungkap wanita dengan baju minim yang Vero tahu bernama Laila.

" ah. Ya." Vero hanya bisa tersenyum kecut mendengar setiap rayuan para wanita itu. Terdengar menggelikan, tapi biasanya dia akan menanggapi semua ucapan-ucapan manja yang terdengar. Entah lah semenjak mengenal Anya dia berubah. Ya dia mulai meninggalkan beberapa kebiasaan lama nya. Dia juga mulai membatasi pergaulan nya dengan teman wanita nya. Banyak hal dan kebiasaan yang ia tinggalkan smenjak mengenal Anya dan mulai dekat dengan nya. Tapi Vero sendiri masih bingung dengan perasaan nya pada Anya.

Satu Minggu ini dia tidak bertemu dengan Anya, memberi kabar pun tidak. Sebalik nya Anya juga tidak ada mengirimi pesan pada nya atau chat apapun. Mereka seolah putus komunikasi selama seminggu ini.

" Vero, bagaimana anak Tante ?" Wanita teman ibu nya yang tahu bernama Mala bertanya setelah beberapa waktu ia berhasil keluar dari kerumunan para wanita dan gadis di sana. Sayang nya Ivy seolah tidak ingin ia terbebas dari situasi itu, ibunya malah membuatnya harus merasakan jengah dengan semua pertanyaan-pertanyaan temannya.

" cantik. " jawab nya singkat. Vero kembali meneguk minumannya dengan berat.

" ah . Hanya cantik saja ?" Tante Mala kembali bertanya. Suara nya yang di buat mendayu-dayu membuat Vero ingin  memuntahkan isi perut nya detik itu juga.

" ya, anak Tante cantik. Lalu apa aku harus mrnambahkan yang lain ?"

" tidak usah, itu sudah cukup. " Tante Mala meneguk minumannya sedikit. " Lalu bagaimana dengan mu ?" Tante Mala kembali bertanya.

" aku ?" Vero menunjuk dirinya. " aku krnapa Tante ?"

" apa kau tidak suka pada anak Tante ?? Atau gadis yang lain mungkin ?"

" apa ?" Vero di buat menganga dengan pertanyaan Tante Mala yang di rasa cukup to the point. Apa mungkin maksud ibu nya menahannya disini ada lah dengan maksud dan tujuan yang kini ada di kepalanya ???

Oh god. Bagus, apa yang akan di lakukan ibu nya pada nya sekarang ??

Turun RanjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang